Jumat, 16 Desember 2016

Tangan Kiri yang Tidak Tahu Tangan Kanan



Tangan Kiri yang Tidak Tahu Tangan Kanan
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,... (QS. Al-Hadid : 20)
Adalah Imam Ahmad, apabila berjalan di jalan raya, maka beliau berjalan di antara dua orang kuli angkut barang sehingga dirinya tidak dapat di tunjuk dengan jari tangan, sehingga orang-orang menyangkanya bahwa ia kuli angkut barang dan mereka tidak menunjukinya dengan jari tangan. Adalah seseorang di antara mereka jika masuk ke dalam pertempuran menutup mukanya dengan kain cadar dan kemudian meletakkan ghanimah tersebut sehingga orang-orang tidak mengetahui namanya.  Pada waktu Maslamah bin 'Abdul Malik mengepung salah sebuah benteng musuh dalam waktu yang cukup lama. Pada suatu malam salah seorang mujahidin dengan menutup mukanya dengan cadar berangkat dengan sembunyi-sembunyi dan kemudian memanjat benteng tersebut. Lalu ia meloncat turun ke arah penjaga-penjaga benteng dan membunuhnya. Kemudian dia membuka pintu gerbang tersebut, segera pasukan Islam masuk dan menguasai benteng tersebut. Maslamah memanggil-manggil lama sekali : "Siapakah di antara kalian yang berkain cadar tadi?". Tak seorangpun maju menghadapnya. Di malam yang lain, seorang berkain cadar masuk ke kemah Maslamah dan berkata: "Inginkah kamu mengetahui orang berkain cadar itu?", "Ya benar" jawabnya. Orang tersebut berkata :"Syaratnya ialah jangan engkau sebut namanya kepada seorangpun, dan syarat yang lain engkau jangan memberi hadiah maupun ganjaran". "Ya, saya bersedia" jawabnya. Maka orang tersebut berkata :"Sayalah orang yang berkain cadar itu." Dia tidak menyebutkan namanya dan kemudian lari menghilang. Lalu sesudah itu, setiap kali Maslamah menghadap ke arah kiblat, maka dia memanjatkan do'a :"Ya Allah, kumpulkanlah aku bersama orang yang berkain cadar!"
Dalam konteks ini, makna ketulusan hati hanya mengharap ridho Allah benar-benar terpatri. Harta dunia tidak dihiraukannya. Nama baik tidak dianutnya. Seseorang dengan perjuangan keras, membela diinul islam mencoba untuk selalu mentup jati dirinya tanpa meminta belas kasihan dan tanpa meminta imbalan.
Lebih dari sebuah Tanya menurut saya. Seorang dengan ketaqwaan yang tinggi pastilah orang tersebut. Konasumsi kekuatan khalayak tidak diharaukan. Ketika banyak orang menyembunyikan tangan kanannya dalam berbuat baik, kita akan mendapatkan suatu komunitas yang tanpa ambisi kuat untuk saling menguasai.
Saya jadi ingat kisah pemerintah Umar bin Abdul Aziz, dimana pada masa itu para pengurus zakat dan infaq kesulitan untuk mencari orang yang mau menerima zakat dan infaq tersebut. Adalagi kisah seorang sahabat Nabi ketika suatu perang dalam keaadaan luka mengalami kehausan luarbisa. Tapi karena mendengar ada sahabat lain yang kehausan, dia memilih sahabatnya untuk meminumnya, dan masalahnya, sahabat –sahabat tersebut saling melempar air tersebut. Hingga akhirnya mair tersebut kembali kepada sahabat pertama, namun, sahabat tersebut sudah keburu meninggal.
 Hati yang benar dan contoh-contoh yang tinggi seperti inilah yang menjaga dan melindungi masyarakat Islam dari kehancuran. Keadaan dimana hawa nafsu dan syahwat telat menguasai para pemimpin dan para penguasa.Merekalah yang seharusnya melindungi warganya dari kekurangan, dan menutup mukanya dengan cadar agar rakyat tidak mengetahui apa yang diperbuat, seperti kisah terkenal Umar bin Khotob yang dimaki seorang ibu karena begitu miskinnya.
(Sumber : buku Tarbiyah Jihadiyah 1 - Asy-Syahid DR. Abdullah Azzam)




Tidak ada komentar: