Jumat, 23 Desember 2016

Dunia Sebatas Meminum Air Saja



Dunia Sebatas Meminum Air Saja
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan bagi manusia, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang paling baik perbuatannya. (Al-Kahfi : 7)
Apabila kita merenung dengan pikiran yang jernih, kita akan mengakui bahwa keberadaan manusia di muka bumi ini hanyalah untuk diuji. Seandainya hidup ini bukan untuk diuji,  kenapa Allah tidak langsung mengirimkan kita ke surga? Berbagai bentuk ujiannya itu bermacam-macam. Allah menguji kaumnya dengan kehandak Beliau. Janji Allah akan sorga begitu bergemuruh bagi kaumnya yang taat. Ujian terberat yang dirasakan makhluqNya biasanya berhubungan dengan  harta atau kedudukan. Harta atau kedudukan dapat dengan mudah membuat manusia terlena, menjadikan dunia sebagai cermin hidup, akhirat seakan hilang dari peredaran hidupnya. Harta yang seharusnya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan ketaqwaan kepada -Nya, kadang terpeleset untuk melakuakan maksiyat terhadap-Nya. Sayidina Ali r.a berwasiat, “hati-hatilah terhadap hartamu, karena ia dapat menjadi bahan utama pelampiasan hawa nafsu!” (“….Ya Allah, letakkanlah dunia di tangan kami, dan jangan Engkau jadikan dunia menetap di dalam hati kami…”)
Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan begitu saja mengatakan : kami telah beriman!, sedang mereka tidak diuji lagi? (Al-ankabuut : 2). Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) (Al-Baqarah : 214). Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. (Al-Anbiya’ : 35)
Rasulullah saw. pun memperingatkan kita : “Dunia itu adalah nerakanya orang mukmin dan surganya orang kafir. Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, dan neraka itu dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan (nafsu)”
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anak kamu itu  hanyalah sebagai cobaan…(Al-Anfaal : 28). Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (At –Taghaabun : 15). ….Dan Kami coba mereka dengan nikmat yang baik-baik dan bencana yang buruk-buruk. (Al-A’raaf : 168)
Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Rabbnya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka jahanam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (Thaahaa : 74). Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau……(Muhammad : 36). Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka) (Al-Hijr : 3).Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. (At-Takaatsur : 1&2)
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. (At-Taubah : 55)
Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyak harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani ; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur,…Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Hadiid : 20)
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal. (Thaahaa : 131)
Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang disisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal.Maka apakah kamu tidak memahaminya? (Al-Qashash : 30)
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.  (Luqman : 33)
Memang, kehidupan dunia adalah kehidupan nyata saat ini. Orang akan terpesona dengan yang pasti saat ini.  Yang dirasakan saat ini pastilah menyenangkan dan bisa dirasakan. Bukan seperti yang akan dirasakan kelak.
Seorang ahli hikmah berkata, “Barangsiapa yang menyaksikan dunia dengan mata batinnya, niscaya ia tidak akan rela menggunakan sebagian besar waktu dan tenaganya hanya semata-mata untuk merengkuh dunia ke dalam genggamannya.”
Dunia bagi kita hanyalah salah satu fase menuju tingkatan yang lebih tinggi lagi. Dunia bersifat sementara. Apa yang diraakan sekarang ini aka nada akhirnya. Allah telah menentukan hal tersebut. Secepat kita meminum air dikala haus saja.
“Akan datang kepada umatku suatu zaman, dimana mereka cinta kepada lima perkara dan lupa pada lima perkara yang lain. Yaitu cinta kepada dunia, lupa kepada akhirat; cinta kepada harta, lupa kepada perhitungan; cinta kepada makhluk, lupa kepada sang Kholiq; cinta kepada dosa, lupa kepada taubat; dan cinta kepada mahligai lupa kepada kuburan.”
Menurut Imam Ghazaly, kelak semua manusia akan melintasi jembatan yang dibawahnya terdapat neraka. Jembatan ini dikenal dengan sebutan shiraatal mustaqiim. Kelak bakal ada yang melewatinya secepat kilat, ada juga yang berlalu seperti angin atau sekencang larinya kuda, dan ada pula yang secepat terbangnya burung. Namun disamping itu, ada juga yang berjalan biasa, atau yang merangkak hingga hangus menjadi arang. Bahkan ada yang tersandung sehingga terjatuh ke dalam neraka. Perbedaan cara ini dikarenakan perbedaan sikap hidup selama di dunia, yaitu apakah selalu taat, atau sering membangkang pada aturan main-Nya. Shiraatalmustaqiim bukanlah jembatan seperti di dunia yang dapat ditempuh dengan kekuatan fisik atau kaki, tetapi jembatan ini hanya dapat diseberangi dengan kekuatan hati. Hati yang selalu membangkang ibarat sepasang kaki yang lumpuh (pincang), sedangkan hati yang selalu taat pada aturan main-Nya ibarat sepasang kaki seorang pelari ulung.
Sumber dari berbagai bacaan diinternet.

Tidak ada komentar: