Jumat, 23 Desember 2016

KERINDUAN SEORANG IBU PADA PUTRINYA



KERINDUAN SEORANG IBU PADA PUTRINYA
Ia tersenyum. Masih menerawang dalam awan yang saat itu masih hangat rasanya. Segurat bayangan  kenangan hadir di dalam raga jiwanya. Tawa riang seorang gadis kecil, isak tangis buah hati, dan manjannya.  Kekuatannya akan kasihnya selalu menghangatkan lilin anaknya yang seenaknya sendiri bergerak. Meskipun anak lucu ini tumbuh menjadi anak yang keras kepala dan penuh jawaban.
Bagaimana kisah seorang ibu yang memikirkan untuk anak, suami, dan kehidupannya kedepan. Untuk memikirkan diri sendiri saja ibu seakan melupakan dirinya. Apakah sempat terbayangkan pada diri kita bagaimana ibu begitu tergopoh-gopoh menjemput anaknya, begitu bingung memutar uangnya demi sepotong coklat rengekan anaknya. Walau badai menerjang, badai itu Terbayang saat hujan deras mengguyur bumi, ia berjalan sekian kilo untuk menjemput sang buah hati dari sekolahnya. Jalanan licin tak beraspal, bukan halangannya untuk membawakan sebuah payung untuk si putri kesayangan. Dan ketika sang buah hati datang dengan sebuah senyum dan ciuman di tangan, alangkah bahagia hatinya, terbanglah seketika segala penat yang sempat meraja di tubuhnya yang letih.
Dan ia masih tersenyum, meski ketika hari berjalan mengikuti hari, si buah hati semakin mendekapkan erat badannya dengan rasa manja, dan manja itu pun menjadi. Ibu tetap saja menatap rindu ke buah hatinya, meskipun  di wajah anak ini tercoret segurat garis ketidakpuasan, meskipun lontaran kata menyakitkan hati menyeruak dari bibirnya, segala apa yang dirasa di dalam hati pujaan hati, begitu pulalah yang tergambar diwajahnya.
 Ia pun rindu, ketika gadis kecilnya pulang membawa berbagai macam bentuk nggak jelas, atau membawa berplastik-plastik karet gelang. Ia tahu, putri kesayangannya main apa saja, dengan siapa saja. Dia tetap menyimpan rindu, ketika memarahi gadis kecilnya yang setiap hari main apa saja. Anak perempuannya telah menemukan dunianya. Alam yang diinginkannya telah beralih keluar. Masih ditungguinya seberkas kasih yang dimilikinya untuk anaknya.
Anakku tidak seperti anak lainnya, mereka beda. Ah?  Itu yang akan terucap dari mulut seorang ibu. bidadari kecilnya itu tak seperti anak kebanyakan. Ia selalu ingin tahu, ia selalu ingin mencoba, ia selalu menjadi cerdas dimata ibunya, dan tentu saja ia yang tercantik seperti bidadari yang terbang. Anak tercantiknya ini belum tentu mengingat seindah ibunya mengingat anaknya.
Si manis mulai dewasa dan mulai mengerti memahami likaliku kehidupan. Ibu sudah menjadi bagian yang beda bagi anaknya. Anaknya tetap saja bermain-main dengan dunianya. Sang ibu tetap menunggu dan menemani disamping anaknya, tawa candanya tetap menyenangkan baginya. Ibu masih duduk dimeja,terperangkap dalam masa kecil anaknya yang terus terbayang. Kasihan ibu….kasihmu ibu membuat siapa saja akan melelehkan air mata. Apakah putrimu sudah tahu itu ibu?
Ibu itu rindu semuanya. Bahkan jika si putri manja itu datang sambil cemberut atau menangis pun, ia tetap merindukannya. Ibu akan terkenang ketika ibu sudah sampai kepada Sang Pemilik sejati, bulir penyesalan saja yang tergambar…apakah itu yang akan diinginkan? Waktu pun akan menghilankan penyesalan dibenak putrinya tersebut, begitu sedihnya.
Ibu hanya butuh kata cinta dari anaknya, hilanglah capeknya selama berpuluh-puluh tahun mengurusnya.

Tidak ada komentar: