Minggu, 25 Desember 2016

Hikayat Terpendam



Hikayat Terpendam.
Kura-kura yang biasa hidup di laut, pada musim bertelur, mereka bersama-sama menuju pantai. Setiba di pantai mereka menggali lubang dengan kedalaman yang cukup untuk melindungi telurnya. Kemudian mereka bertelur di lubang tersebut dan kemudian menimbunnya kembali. Setelah bertelur dan menimbun telur mereka dengan rapi mereka kembali berenang ke laut. Mereka meninggalkan calon anaknya dan tidak pernah dijenguk lagi.  Setelah telur menetas, bayi kura-kura tidak ditunggui oleh ibunya. Dia tidak tahu ibunya, tidak ada yang mengasuh dan tidak ada yang memberi makan. Bayi kura-kurapun tidak ada yang mengajari bagaimana cara mencari makan. Meskipun tidak ada yang mengajarinya mereka tahu apa yang harus mereka lakukan, yaitu berenang ke laut.  Ibunya tidak meninggalkan pesan di samping telurnya. Ibunya tidak menunggunya dari laut memanggil anaknya. Tidak ada juga pengumuman di pantai yang menyuruh bayi kura-kura tersebut untuk berenang ke laut. Tetapi mengapa mereka tahu dan melakukannya? Itulah kebesaran Allah yang telah menanamkan insting pada bayi kura-kura sehingga mereka tahu apa yang harus mereka lakukan.
Fenomena alam tersebut memberikan pelajaran bagi kita, bahwa apa yang terjadi di dunia ini bukan kebetulan semata. Semua telah diatur, semua ada maksudnya. "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan kadar (ukuran)."  (QS Al Qamar:49).  "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia- sia. Mahasuci Engkau. " (QS Ali Imran:191).
Allah mengetahui  tentang hakekat penggunaan ciptaanNya. Lalu, untuk apa diciptakannya manusia? Walllahu ‘alam Bisshowab, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS.Adz-Dzaariyaat:56).  Juga pada saat penciptaan Nabi Adam as, Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" (QS.Al-Baqarah:30)
Al-Ghaniy Al-Karim (Yang Maha Kaya lagi Maha Mulia) Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Kaya, Maha Terpuji, Maha Mulia Dan Maha Pengasih. Allah berbuat baik kepada Hamba-Nya bukan agar Dia terhindar dari mudharat, namun sebagai rahmat ihsan dan sifat dermawan-Nya semata. Allah Maha Kasih sayang dalam Dzat-Nya, berbuat ihsan dalam Dzat-Nya, Mulia dalam Dzat-Nya, Maha Kuasa dalam Dzat-Nya, Hidup dengan sendiri-Nya. Ihsan, kebaikan dan rahmat-Nya adalah sebagai tuntutan Dzat-Nya. Mustahil bagi Allah jika tidak demikian. Sedangkan seorang hamba tidak akan melakukan kebaikan kecuali karena ada keinginan memperoleh keuntungan. Manusia, apabila memberikan sesuatu atau berbuat kebaikan, mereka mempunyai tujuan agar disenangi dan dihormati atau untuk mendapatkan manfaat dan menghindari bahaya. Itu semua adalah berdasarkan izin dan kemurahan yang Allah berikan kepada mereka. Allah lah pemilik hakiki dari nikmat yang ada ditangan mereka. Walau demikian, mereka tidak melakukan sesuatu kecuali unuk mendapatkan bagian rezeki mereka, karena kecintaan mereka kepadanya. Jika mereka mencintai para Nabi dan para Wali, pasti mereka akan berusaha untuk berjumpa dengan mereka. Merasa senang untuk melihat wujud mereka dan mendengar perkataan mereka. Demikian juga, siapa yang mencintai seseorang karena keberaniannya, karena kekuasaannya, karena kecantikan ataupun karena kemurahannya, dia pasti ingin mendapatkan cintanya. Andaikan bukan karena kenikmatan yang ada, tentu ia tidak akan mencintainya, walau hanya sekedar untuk menyebutnya, meskipun mereka memberikan manfaat atau menghindarkannya dari mudharat - seperti penyakit atau musuh -. Mereka akan selalu meminta balasan atas apa yang mereka kerjakan, jika mereka bekerja bukan untuk Allah. Para prajurit, para budak raja, orang-orang bayaran dan para pembantu kepala pemerintahan tidak bekerja kecuali untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kebanyakan dari mereka tak ada yang bekerja semata-mata untuk memberikan manfaat kepada yang dilayani, kecuali jika mereka telah dididik dan dilatih oleh pihak lain, hingga pengabdian mereka menjadi bagian dari agama. Atau memiliki tabi'at untuk berbuat adil, ihsan ataupun untuk tujuan memberi balasan dan rahmat. Jika tidak, maka yang menjadi tujuan utama adalah memenuhi kepentingan dirinya sendiri. Inilah hikmah yang Allah tetapkan untuk kemaslahatan hamba-Nya. Allah telah membeda-bedakan kehidupan antara mereka di dunia, dan Allah mengangkat sebagian atas yang lain agar sebagian mereka mengambil manfaat dari sebagian yang lain.
 “Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian yang lain  beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang telah mereka kumpulkan." (Az-Zukhruf : 32)
Cuplikan dari Internet

Tidak ada komentar: