Kamis, 22 Desember 2016

Konseptual Ikhlas



Konseptual Ikhlas 
Dihadapan komandan dan pasukannya menjelang Perang Yarmuk Khalid bin Walid menyampaikan, “Ketahuilah, hari ini adalah hari Allah. Tidak boleh ada kesombongan dan sikap melampaui batas. Ikhlaskan niat kalian untuk berjihad dan carilah ridha Allah dengan amal kalian”. Tak lama kemudian, datanglah utusan khalifah membawa sepucuk surat untuk Khalid bin walid. “Pedang Allah” ini segera membacanya. Di dalamnya tercantum beberapa hal termasuk berita wafatnya Khalifah Abu Bakar dan beralihnya kekhalifahan ke tangan Umar bin Khathab. Yang terpenting dari surat itu, khalifah mencopot jabatan panglima perang yang disandang Khalid bin Walid, dan mengangkat Ubaidah bin Jarrah sebagai penggantinya.
Khalid bin Walid sendiri? Ia menerima pemberhentian dari Umar tersebut  dengan lapang dada. Tidak ada kekecewaan dan luapan  emosi terpancar dari wajahnya. “Aku tidak berperang untuk Tuhannya Umar” demikian ungkapnya. Ia segera mendatangi Abu Ubaidah bin Jarrah untuk menyerahkan kendali kepemimpinan. Setelah itu ia berperang habis-habisan dibawah komando mantan anak buahnya tersebut. Padahal, masa itu adalah masa keemasan Khalid bin Walid.
Keikhlasan adalah suatu kata yang mudah untuk diterapkan. Ikhlas, ya memang ikhlas. Kata-kata ikhlas ini sampai-sampai dijadikan satu kaidah ilmu oleh Dedi Mizwar dalam filmnya Kiamat Sudah Dekat. Ikhlas adalah suatu perasaan untuk menerimaan keadaan yang terjadi pada dairi dan linglkungan. Dimana keadaan tersebut bisa sangat-sangat tidak disukai oleh diri kita sendiri. Bagaimana ikhlas bisa menjalari tubuh kita dan menyatu dalam diri kita sperti Khalid bin Walid. Keentengan Khalid bin Walid menyerahkan tampuk pimpinan kepada Ubaidah Bin Jarrah, merupakan kisah tauladan yang benar-benar patut diacungi jempol. Ikhlas ini juga saya dapatkan dari ceramah Ustad Mansyur. Ketika beliau mempertanyakan apakah kita mampu menyedekahkan uang 60 juta dijalanAllah?kata beliau tergantung. Kalau uang 60 juta tersebut  hanya itu barang berharga kita, apakah kita benar-benar ikhlas? Kemudian menjadi biasa saja apabila  60 juta ini, kita memiliki harga rumah 10 milyar…
Bahagianya Khalid bin walid, lihatlah, betapa mudahnya ia menyerahkan jabatan kepada anak buahnya, lalu berperang mempertaruhkan nyawanya sebagai seorang prajurit. Perjuangannya sebagai prajurit hanya untuk Allah semata. Sehingga jabatan bukan merupakan kemutlakan bagi Khalid. Allah SWT yang menjadi tumpuan harapan keridhoannya. Subhanallah.
Ada beberapa pengertian ikhlas. Ikhlas adalah semata-mata bertujuan karena Allah ketika melakukan ketaatan.  Ada yang mengatakan ikhlas ialah membersihkan amalan dari ingin mencari perhatian manusia. Sebagian lagi ada yang mendefinisikan bahwa orang yang ikhlas ialah orang yang tidak memperdulikan (meskipun seluruh) penghormatan dan penghargaan hilang dari dirinya dan berpindah kepada orang lain,karena ingin memperbaiki hatinya hanya untuk Allah semata dan ia tidak senang jikalau amalan yang ia lakukan diperhatikan oleh orang,walaupun perbuatan itu sepele. Ditanya Sahl bin Abdullah At-Tusturi, Apa yang paling berat bagi nafsu? Ia menjawab: "Ikhlas, karena dengan demikian nafsu tidak memiliki tempat dan bagian lagi." Berkata Sufyan Ats-Tsauri: "Tidak ada yang paling berat untuk kuobati daripada niatku, karena ia selalu berubah-ubah."
Ikhlas merupakan hakikat dari agama dan kunci dakwah para rasul Shallallaahu 'alaihi wa Salam. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan (ikhlas) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan meunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. 98:5). Juga firmanNya yang lain, artinya: "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya." (QS. 67:2). Berkata Al Fudhail (Ibnu Iyadl, penj), makna dari kata ahsanu 'amala (lebih baik amalnya) adalah akhlasuhu wa Ashwabuhu, yang lebih ikhlas dan lebih benar (sesuai tuntunan). Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu beliau berkata: 'Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam bersabda, Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Aku adalah Tuhan yang tidak membutuhkan persekutuan , barang siapa melakukan suatu per-buatan yang di dalamnya menyekutukan Aku dengan selainKu maka Aku tinggalkan dia dan juga sekutunya." (HR. Muslim).
Bagaimana agar kita bisa ikhlas? Tekhniknya “sederhana”. Pusatkan pikiran dan amal hanya untuk Allah. Berfikirlah, bagaimana agar amal kita bisa diterima Allah. Titik. Tidak usah mengharap balas jasa, pujian, atau keuntungan sesaat. Lakukan yang terbaik, sampaikan dengan cara terbaik, berikan yang terbaik, dan dengan hati terbaik. Orang ikhlas itu pasti bahagia dalam hidupnya. Amin ya robbal Alamin
Sumber: Disarikan dari buku al ikhlash wa asy syirkul asghar,Dr Abdul Aziz bin Muhammad Al Abdul Lathif, Darul Wathan Riyadh (Ibnu Djawari) dan dari berbagai Sumber.

Tidak ada komentar: