Selasa, 13 Desember 2016

Ketika BI Rate Turun



Ketika BI Rate Turun
Pelambatan ekonomi global menjadi landasan pemangkasan suku bunga tersebut. "Perkembangan ekonomi global yang masih menunjukkan pelambatan yang lebih dalam, tercermin dari prakiraan merosotnya perekonomian negara-negara maju yang lebih besar dari perkiraan semula. Kondisi pasar keuangan global pun masih rapuh dengan semakin banyaknya laporan kerugian lembaga keuangan dunia," demikian siaran pers hasil rapat dewan gubernur. "Pelambatan kondisi ekonomi negara maju tersebut memicu penurunan kinerja ekspor Indonesia, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perekonomian secara keseluruhan."
Berbagai indikator mutakhir menunjukkan perkembangan ekonomi global ternyata lebih suram dari yang diperkirakan beberapa bulan yang lalu," kata Boediono dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (4/2). Dia menjelaskan, dampak krisis keuangan global makin terasa di dalam negeri, terutama sektor-sektor yang terkait dengan perdagangan luar negeri (sektor tradables).
Sementara di sektor non-tradables perkembangannya relatif stabil. Pertumbuhan kredit perbankan dan besaran-besaran moneter menunjukkan perlambatan dari laju pertumbuhan yang tinggi dalam semester kedua 2008.
Menurut dia, tekanan inflasi terus mereda. Dalam dua bulan berturut-turut (Desember 2008 dan Januari 2009), indeks harga konsumen (IHK) mengalami penurunan. Sementara itu, cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2009 tercatat sebesar US$ 50,9 miliar (Rp 595 triliun) atau setara 5,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Indonesia. Menurut Boediono, kondisi perbankan nasional sampai saat ini baik, seperti tercermin dari perkembangan rasiko kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) dan kredit macet (Non-Performing Loan/NPL) perbankan yang tetap pada batas-batas aman. Sementara itu, kondisi likuiditas perbankan, termasuk aliran likuiditas dalam pasar uang antarbank, mulai mengalami perbaikan dibandingkan dengan beberapa bulan yang lalu.
Pemerintah mengharapkan Bank Indonesia segera menurunkan tingkat Suku Bunga BI atau BI Rate dari saat ini 9,25 persen menyusul terjadinya deflasi sebesar 0,04 persen pada Desember 2008. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Meneg PPN)/Kepala Bappenas Paskah Suzetta di Jakarta, Selasa, mengatakan penurunan BI Rate diyakini akan sangat membantu menggerakkan sektor riil di tengah krisis ekonomi global yang terjadi saat ini.
Menurut dia, deflasi berdampak pada pengurangan tingkat kemiskinan serta peningkatan pertumbuhan ekonomim oleh karena itu sebaiknya BI Rate turun supaya sektor riil bergerak."BI Rate harus turun, supaya bisa dukung sektor riil," katanya usai pelantikan pejabat di lingkungan Meneg PPN/Bappenas.

Perhitungan BPS bahwa sekarang deflasi, tambahnya, bagi pemerintah merupakan hadiah di awal tahun karena hal itu dapat kurangi kemiskinan. Paskah mengatakan pemerintah akan terus mempertahankan inflasi yang rendah di 2009 guna menurunkan angka kemiskinan dan juga pengangguran."BI diharapkan menurunkan suku bunga untuk mengurangi penganggguran. Penurunan suku bunga juga bisa bantu UMKM," katanya.
Meneg PPN/Kepala Beppnas juga mengatakan pihaknya memiliki simulasi bila pertumbuhan ekonomi 5,5 persen pada 2009 akan menekan tingkat pengangguran menjadi 7,9 persen. "Pertumbuhan ekonomi cukup penting, kalau seandainya pertumbuhan 4,5 persen artinya tingkat pengangguran bisa di atas 9 persen, jadi 2009 kita mengusahakan pertumbuhan 5,5 persen, karena kalau 5,5 persen tigkat pengangguran bisa ditekan 7,9 persen," katanya.
Menurut dia, indikasi tersebut didapat dengan asumsi sesuai dengan Tahun 2008 setiap satu persen pertumbuhan ekonomi mampu menyerap 431 ribu tenaga kerja. Untuk itu, sambungnya, pemerintah akan berusaha sekuat tenaga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 2009 sekitar 5,5 persen salah satunya dengan mengoptimalkan stimulus fiskal sebesar Rp50 triliun.(*)
Pelambatan ekonomi global menjadi landasan pemangkasan suku bunga tersebut. "Perkembangan ekonomi global yang masih menunjukkan pelambatan yang lebih dalam, tercermin dari prakiraan merosotnya perekonomian negara-negara maju yang lebih besar dari perkiraan semula. Kondisi pasar keuangan global pun masih rapuh dengan semakin banyaknya laporan kerugian lembaga keuangan dunia," demikian siaran pers hasil rapat dewan gubernur. "Pelambatan kondisi ekonomi negara maju tersebut memicu penurunan kinerja ekspor Indonesia, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perekonomian secara keseluruhan."
Perbankan segera mengkaji penurunan suku bunganya setelah Bank Indonesia menurunkan BI Rate  sebesar 50 basis poin menjadi 8,25%, kata Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Agus Martowardojo. “Memang ada room untuk penurunan bunga, kami sambut baik, walau Mandiri sudah turunkan suku bunga, kami tahu masih ada bank-bank lain yang belum turunkan suku bunga, jadi mereka segera sesuaikan kondisi keuangannya,” kata Agus yang juga Direktur Utama Bank Mandiri tersebut di Jakarta, Rabu. Dia mengatakan, penurunan suku bunga nantinya tidak semata-mata berasal dari turunnya biaya modal tapi juga terhadap risiko yang dihadapi.
Agus mengatakan,  apabila penurunan BI Rate itu merupakan bagian  penyesuaian ekonomi maka hal itu juga akan mendorong perbankan untuk ikut serta menyesuaikan suku bunganya. “Seandainya saat sekarang terjadi penyesuaian-penyesuaian termasuk harga BBM yang turun, juga jasa lain bisa diturunkan otomatis akan membuat kondisi ekonomi lebih baik, perbankan juga akan bisa menyesuaikan bunganya,” katanya.
Dia menambahkan, Bank Mandiri telah menurunkan suku bunganya dua minggu lalu, untuk penurunan BI Rate kali ini, pihaknya masih mengkaji terkait hal itu. “Kita akan melihat kondisi secara umum. Juga melihat kombinasi antara risiko, margin yang ada dan baru akan kita sesuaikan,” katanya.
Direktur Bank BNI Gatot M Suwondo mengatakan, pihaknya telah memperkirakan bahwa suku bunga BI Rate akan turun. “Kita mengharapkan suku bunga akan turun, tinggal menunggu timing-nya,” katanya. Menurut dia, perbankan kemungkinan baru bisa melakukan penyesuaian penurunan suku bunga acuan BI Rate sekitar dua atau tiga bulan kemudian.
Dia mengatakan, untuk penyesuaian di kredit, saat ini masih melihat kondisi yang ada sebab bunga kredit telah turun sebelumnya. Sementara untuk deposito kemungkinan pihaknya dapat menurunkan 0,5 persen lagi. Direktur Komersial Bank Bukopin Mikrowa Kirana mengatakan, pihaknya akan segera menyesuaikan penurunan suku bunga BI Rate tersebut. Namun demikian, ia mengatakan, perlu waktu untuk menyesuaikan, terutama terkait dengan dana pihak ketiga yang tidak bisa serta merta di sesuaikan.
Kepala Bank Bukopin Cabang Medan Eddy Linson sepakat dengan pimpinannya itu. “Kita sangat menyambut baik dengan penurunan BI rate menjadi 8,25% tersebut,” jelasnya ketika dihubungi MedanBisnis via telepon seluler, kemarin. Namun, Eddy mengatakan, turunnya BI Rate tersebut tidak serta merta akan mendorong penurunan suku bunga kredit. Hal ini disebabkan kondisi likuditas di perbankan masih tergolong ketat, kecuali bank-bank BUMN yang likuditasnya memang berlebih. “Likuiditas saat ini banyak tersedot ke bank-bank BUMN. Hal ini mengakibatkan bank-bank swasta, khususnya yang kecil, harus mencari cara agar masyarakat mau menempatkan dananya di bank mereka. Salah satunya adalah dengan menawarkan suku bunga simpanan yang cukup tinggi,” ujarnya.
Eddy mengatakan, kondisi di pasar uang juga saat ini masih belum stabil. Bank-bank besar, khususnya bank BUMN, yang memiliki likuiditas besar, masih enggan memberi pinjaman kepada bank-bank yang membutuhkan likuditasnya. Sementara Regional Corporate Officer Sumatera Bank Danamon, Alexis Marzo  mengungkapkan  ketatnya likuditas tersebut hanya terjadi pada bank-bank tertentu. “Ketatnya likuditas sebenarnya tergantung pada banknya,” ungkapnya.
Deputi Gubernur Senior BI Miranda S. Goeltom Bank Indonesia (BI) mengungkapkan penurunan BI Rate dilakukan demi menggerakkan lagi perekonomian di tengah lesunya perekonomian global. Dengan BI Rate turun 50 basis poin, bank diharapkan semakin banyak mengucurkan kredit untuk mendorong pertumbuhan sebesar 4,5% tahun ini.
“BI menganggap bahwa kita perlu memberikan sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi perlu didorong oleh suatu koordinasi yang baik, dimana peranan BI adalah penurunan suku bunga. BI memahami apa, kebijakan yang diperlukan pada saat kondisi seperti ini,” tambah Miranda.
BI berharap penurunan BI Rate ini bisa menjadi sinyal bagi perbankan agar memberikan kredit lebih banyak. “Kami ingin menghimbau perbankan,” tegasnya. Untuk ke depannya, kata Miranda, penurunan BI Rate masih terbuka lebar jika memang inflasi semakin terkendali dan di tengah perekonomian global yang belum pulih.”Kalau bulan depan menunjukkan tanda-tanda inflasi semakin berkurang dan perekonomian dunia masih belum pasti, kami masih membuka ruang bagi penurunan suku bunga. Tapi berapa-berapanyanya belum bisa kita tentukan,” katanya.
Sumber : Tempo, Antara, Medan Bisnis, dan Jakarta Kominfo Newsroom








Tidak ada komentar: