Jumat, 23 Desember 2016

Kemunafikan yang Munafiq



Kemunafikan yang Munafiq
DAni dan Indra bertetangga kamar dalam satu kos dan mereka juga satu kampus. Yang membedakan mereka berdua adalah aktifitas dan kebiasaan keseharian.  Indra lebih banyak aktif di Lembaga Kemahasiswaan, sedangkan Dani banyak menghabiskan waktunya selain kuliah dengan bersenang-senang dan kongkow-kongkow.
Kebiasaan Dani adalah menonton film biru (porno) dikostannya.  Indra bukannya pernah menegur Dani, tapi biasanya dibalas Dani:  ‘Ah..! jangan munafiq luh Ndra, luh suka juga kan. Gak mungkin kalau luh gak suka juga gituan”
Dengan berbagai bentuk kasus,  ungkapan-ungkapan seperti itu ataupun yang setipe dengan itu sering terungkap. Konsep pembenaran tingkah laku yang dimainkan dengan konsep totem propaste. Suatu tingkah laku sebagian kecil yang diaminkan untuk semua orang pada umumnya. Konsep inilah yang sering digunakan untuk mempertahankan suatu tidak menyimpang.  Ketika suatu kegiatan menyimpang ini ditahbiskan salah, konsepsi blamming akan melarikan diri pada kekuatan unsur yang telah umum. Dalam diri manusia selalu akan muncul dua kecenderungan. Sesuai dengan unsur penyusun manusia sendiri yaitu tanah dan Ruh. Kecenderungan tersebut adalah mengikuti hawa nafsu (dibimbing oleh setan) dan mengikuti suara hati (dibimbing malaikat).
Orang yang tunduk akan petunjuk Allah akan berusaha dan selalu menahan hawa nafsunya serta hanya menyalurkan hawa nafsunya tempat yang diijinkan olehNya, walaupun pahit terasa. Orang yang mengikuti langkah syaitan akan cenderung mengikuti hawa nafsunya atau mengumbar hawa nafsu sekehendaknya.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya  dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah . Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Al-Jaatsiyah : 23)
Rasulullah dalam hadistnya menjelaskan juga bahwa jalan syaitan selalu dikelilingi dengan keindahan (yang enak-enak) sedangkan jalan  IIlahi dikelilingi dengan hal-hal yang terasa berat.
Seseorang yang berusaha mengalahkan atau menahan hawa nafsunya sekuat mungkin walaupun itu terasa menyenangkan baginya,dan dirinya belum kuat sepenuhnya, apakah disebut munafiq? Padahal ia lakukan itu karena takut akan balasan dari Allah. Apakah sebutan tersebut akan tersemat didada orang tersebut?  Suatu hal yang kadang membingungkan…kodifikasi melenceng dan abu abu ini yang kadang membuat bebrapa orang melakukan justifikasi secara kejam.
Ketika seseorang berusaha untuk berjalan lurus dengan usaha yang sebenar-benarny, dukunganlah yang harus dismatkan pada diri orang tersebut, bukan hinaan atau celaan ataupun sindiran tak pantas yang datang pada dirinya. Wallahu alam bisshowab


Tidak ada komentar: