Jumat, 23 Desember 2016

NEGERI QU'RAN di Mesir



NEGERI QU'RAN di Mesir
Suatu senja di Kairo. Saat-saat kelelahan menyelimuti para penumpang kereta bawah tanah jurusan Helwan. Ada pekerja kantoran dengan masih menggunakan setelan jas rapi, ada mahasiswa yang berpenampilan trendi, lelaki tua dengan tas lusuhnya dan beberapa wanita setengah baya bersama anak-anaknya. Serta masih banyak lagi orang-orang yang tidak bisa saya sebut satu persatu memenuhi gerbong kereta.
Ada banyak sisi dari hidup ini...yang takkan pernah bisa kita mengerti..
Ada banyak ruang..yang semakin membuat kita sadar..
Jika di dunia ini kita bukan siapa-siapa..tidak memiliki kekuasaan apapun...
Jika kita memang hanya seorang makhluk...dan DISANA..ada sang Khalik...
Yang telah mengatur semuanya...termasuk hidup kita...
Saya harus menyelesaikan tugas mengajar privat di selatan Kairo hari itu. Perjalanan sekitar tiga puluh menit dari stasiun Demerdash, Abbasea. Pikiran saya tidak tenang, masih berkecamuk semenjak siang tadi. Kata teman-teman satu Fakultas ujian bisa jadi dimajukan dari biasanya. Terbayang oleh saya hafalan delapan Juz Al-Qur’an sudah menunggu. Ah, jika saja dulu di Indonesia sudah hafal banyak Al-Qur’an rasanya tidak usah pusing memikirkannya lagi, tinggal mengulang dan mendalami. Tidak seperti sekarang, terburu-buru menghafal karena ujian sudah dekat. Padahal dosen di kuliah berulang kali mengingatkan jangan menghafal Qur’an karena ujian, hafalkan ayat-ayat Qur’an karena ia kitabmu.
tapi satu hal yang pasti...SENANG..sedih..sempit..lapang..semuanya adalah sisi-sisi
dari misteri kehidupan ini...yang mau gak mau..harus kita hadapi.
Diam-diam saya mengeluarkan mushaf kecil, membaca sisa bacaan yang belum selesai. Di depan saya berdiri, nampak anak muda berpakaian trendi sedang membaca kumpulan surat-surat pilihan dalam Al-Qur’an yang disebut Sab’ul Munjiyat. Tidak lama ia berdiri meninggalkan tempat duduknya, bersamaan dengan henti roda-roda baja kereta. Saya pun menempati kursi kosong bekas pemuda tadi. Wajah-wajah dalam gerbong itu nampak lelah. Tetapi saya sedikit menemukan kesejukan, beberapa orang dalam gerbong itu membaca Al-Qur’an. Lelaki tua berambut putih yang duduk di samping saya juga mengeluarkan mushaf besar dari dalam tas lusuhnya. Memang terlihat ganjil, namun ia berusaha menyesuaikan dengan kondisi matanya yang (mungkin) sudah rabun.
Saudaraku....
Mungkin kita pernah merasa susah dan sempit dalam mengarungi kehidupan...
Itu ternyata adalah bagian dari rahmat Allah SWT..agar kita bisa merasakan suasana senang
dan lapang dalam mengarungi kehidupan..

Masyarakat Mesir cukup religius dalam keseharian mereka, utamanya dalam interaksi mereka dengan Al-Qur’an di tengah arus globalisasi dan invasi budaya Barat yang merajalela di negeri-negeri Muslim. Polisi, tentara dan satpam yang sedang jaga tak segan membaca Al-Qur’an. Saat pergi ke pertokoan Khan Khalili di kawasan Husein saya pun beberapa kali menyaksikan pemandangan yang membuat gairah keimanan menyala, beberapa penjaga toko Khan Khalili membaca Al-Qur’an sambil menunggu pembeli yang mayoritas turis Asing. Dan saat kami pergi ke kuliah, dalam bis-bis kota yang sesak beberapa orang Mesir membaca dan mengulang hafalan Qur’an-nya.
Saudaraku..
Mungkin kita pernah merasakan duka dan bencana dalam hidup...
Itu ternyata merupakan bagian kasih sayang Allah, agar kita mengerti cara bersyukur dan berterimakasih
kepada-Nya.
Pernah satu waktu sepulang dari perjalanan yang sama, saya ditegur seorang pemuda yang sedang mengulang hafalan Qur’an-nya.
“Apakah kamu membawa mushaf?”
“Ya” Jawab saya. “Mengapa kamu tidak membacanya?” katanya lagi.
“Saya tidak punya wudlu.”
“Apa salahnya mengulang hafalan Qur’an? Saya juga tidak punya wudlu!” saya mengangguk dan membenarkan nasihatnya.
Agar kita belajar menghargai..memelihara nikmat dariNya....
Agar kita lebih berhati-hati..menggunakan berbagai pemberianNya yang tak terhitung itu kepada kita.
Beberapa waktu lalu, adik kelas saya satu sekolah dulu bertanya, “Bagaimana cara menghafal Qur’an yang efektif?” Saya tidak punya jawaban yang betul-betul saya tahu, hanya saja saya sarankan untuk terus menghafal dan banyak mengulang. Usahakan baca Qur’an di mana pun ada kesempatan seperti masyarakat Mesir melakukannya. Ia kemudian menjawab, bahwa untuk membaca Qur’an di setiap kesempatan terasa sulit jika diterapkan di kota seperti Jakarta. Saya tidak tahu pasti apakah memang benar di Jakarta susah untuk melakukannya? Karena masyarakat yang tadi saya ceritakan di atas ada di Kairo yang nota bene ibu kota Mesir.
Saudaraku....hidup memang penuh misteri...
Tapi justru kerena KEMISTERIAN itulah..justru harus membuat kita......
semakin dekat dengan yang berada di balik KEMISTERIAN itu...
Allah SWT............
Setidaknya satu hal yang diharap para pembaca Qur’an itu: keberkahan. Keberhakan dalam segala hal, bukan hanya dari sisi materi, jauh dari itu keberkahan di Hari Pengadilan seluruh manusia. Karena kata Nabi SAW, “Bacalah Qur’an. Karena ia akan menjadi pemberi syafa’at kepada para pembacanya.” Dan keberkahan itu sendiri telah dijanjikan Allah dalam kitab-Nya ini, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Q.S. Shaad: 29). Penulis buku ‘Fî Dzilâlil Qurân’ (Di Bawah Naungan Qur’an) Sayyid Qutb, mengungkapkan kekagumannya kepada Al-Qur’an setelah lama ia bergelut dengan berbagai pemikiran Materealis, “Wajadtu-l Qur’an” (Kutemukan Al-Qur’an) katanya. Semenjak itu ia pun konsen mempelajari Al-Qur’an sampai ia menemui syahid di tiang gantungan, setelah merampungkan karya monumentalnya: Fî Dzilâlil Qur’ân.
Saudaraku..
Mungkin kita pernah merasakan duka dan bencana dalam hidup...
Itu ternyata merupakan bagian kasih sayang Allah, agar kita mengerti cara bersyukur dan berterimakasih
kepada-Nya.
Agar kita belajar menghargai..memelihara nikmat dariNya....
Agar kita lebih berhati-hati..menggunakan berbagai pemberianNya yang tak terhitung itu kepada kita.
Inilah sedikit gambaran dari sebuah Negeri Qur’an bernama Mesir. ‘Negeri Qur’an’ hanyalah sebuah nama yang terlintas di benak saya. Ia bukanlah negeri yang selalu identik dengan tanah Arab, bukan itu yang saya maksud. Negeri Qur’an ialah negeri yang masyarakat Muslimnya dekat dengan Al-Qur’an apapun bahasa nasionalnya. Negeri yang mencintai Al-Qur’an sebagaimana mereka menyintai Allah pemilik kitab-Nya. Negeri itu mungkin saja negeri kita tercinta: Indonesia. Yang harus selalu kita pertanyakan, “Apakah kita termasuk orang-orang yang gemar membaca Al-Qur’an?” dan “Apakah kita masih mengharapkan syafa’at dari Al-Qur’an?” karena, ia (Al-Qur’an) datang sebagai pemberi syafa’at bagi para pembacanya. Wallahu ‘alam
Sumber : Negeri Quran  Kairo, 10 April 2006, puisi misteri kehidupan dari internet

Tidak ada komentar: