Minggu, 25 Desember 2016

Festival Cipete 2008



Festival Cipete 2008
Sepanjang jalan Cipete ditutup untuk lalu lintas kendaraan. Tanggal 26 dan 27 Juli Festival Budaya Betawi digelar. Kalaupun mau nekad naik angkutan, naik saja delman dengan biaya lima ribu rupiah. Acara tersebut secara resmi dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Harapan Gubernur, acara tersebut bisa diadakan rutin, karena mengusung budaya Betawi yang hanya bisa dilihat ”pas” acara Ulang tahun Jakarta saja.
Pengunjung acara ini memang banyak. Seakan tidak berhenti berjejalan sepanjang sisi-sisi jalan. Ada yang berkeluarga, berpasangan, ataupun ada yang sorangan ”wae”. Lumayan jauh area yang digunakan untuk ukuran ibu-ibu yang sedang hamil delapan bulan.
Ketika kita memasuki pintu masuk Festival tersebut, suasana ”Betawi” begitu terasa. Umbul-umbul khas betawi dengan penjual kerak telor disisi kiri dan kanan sibuk mengoles alat masaknya. Delman ala masa kompeni berputar bolak-balik mengelilingi sebuah taman kecil, jumlahnya kurang lebih 4 buah delman. Mau mencari cucur, atau makanan khas betawi lainnya? Tenang, tempat inilah kita akan mendapatkannya, walaupun tidak komplit, setidaknya makanan itu ada beberapa. Para komunitas onthel juga menjajarkan sepeda onthelnya dengan rapi, membuat kesan masa doeloe menjadi kental. Panggung untuk langgam kromong dengan alunan yang mendawai membuat kita seakan salah kostum untuk terus berada disitu. Salah satu stand yang saya sukai adalah stan yang menjual berbagai bentuk jam model lama (jadul habis). Sayang duit saya tidak cukup untuk membelinya.
Ide dasar festival ini memang bagus, yakni berbasis pada akar budaya betawi,. Tapi sayang, adanya motor gedhe yang terparkir dan mobil mewah modifikasi mengurangi syahdunya aroma Betawi. Namun  semisal yang diparkir adalah vespa lama atau modifikasi mobil vw lama, masih terasa nyambung.
Ketika kita mengukur jalan kembali, jualan yang ditawarkan menjadi beragam, dan sudah menghilang dari kebetawiannya. Pasar kaget sudah merubah suasana tersebut. Dari Bakso sampai dengan raket pembunuh nyamuk. Model tenda yang memanjang menyusur jalan menjadikan variasi tenda susah untuk bermain-main. Ondel-ondel besar ditengah jalan di festival itu saja yang hanya  mencirikan Festival Betawi.
Tingginya antusiasme warga terhadap acara ini terlihat sejak pagi hari, ribuan masyarakat dari pelosok ibu kota berbondong-bondong menyusuri jalan sepanjang Cipete Raya sampai Jalan Fatmawati Raya. Berbagai hiburan seperti gambang kromong menambah semarak pagelaran yang biasa disebut Cipete Vaganza tersebut.
Mau mencari sajian kuliner ala betawi, disinilah surganya. Ada kerak telor yang ”pastinyaaa’ jadi ikon kota betawi. Bahkan roti buayapun menghiasi bebrapa roti disitu. Panggung untuk menampilkan beberapa budaya berdiri megah ditengah lorong pameran yang  panjang. Sekilas tanjidor masih reronggok di tepi panggung. Bebrapa baju ondel-ondel menghiasi sisi-sisi panggung, mungkin sang penari sedang bergelayut dengan ramenya pasar tersebut.
Festival budaya Betawi yang menampilkan atraksi budaya dan makanan khas Betawi dan berlangsung di Jalan Cipete Raya ini merupakan festival yang rencananya digelar tiap tahun di wilayah tersebut. Di tengah ratusan warga dan undangan yang memenuhi area festival, Fauzi mengatakan budaya Betawi terutama masakan-masakannya memiliki kekhasan dan potensi yang perlu dikembangkan. Pengelolaannya bisa disesuaikan dengan selera konsumen.


Tidak ada komentar: