Selasa, 27 Desember 2016

Jembatan Ampera dalam Keagungannya



Jembatan Ampera



Jembatan Ampera adalah jembatan di kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, merupakan lambang kota, terletak di tengah-tengah  kota Palembang. Jembatan ini menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi
Pembangunan jembatan dimulai pada bulan April 1962. Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965 tepatnya pada tanggal 30 September 1965 Oleh Letjend Ahmad Yani ( sore hari Pak Yani Pulang dan subuh 1 Oktober 65 menjadi Korban Gestok) setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno dan menamakan Bung Karno sebagai nama jembatan. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi. Pada tahun 1966 nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat). Masyarakat palembang lebih suka memanggil jembatan ini dengan sebutan “Proyek Musi.” Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara.,
Desain awal, bagian tengah badan jembatan Ampera bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit. Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai. Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini.
Jembatan Ampera direnovasi pada tahun 1981, menghabiskan dana sekitar Rp 850 juta. Renovasi dilakukan setelah muncul kekhawatiran akan ancaman kerusakan Jembatan Ampera bisa membuatnya ambruk. Eforia reformasi tahun 1997, beberapa onderdil jembatan diketahui dipreteli pencuri. Pencurian dilakukan dengan memanjat menara jembatan, dan memotong beberapa onderdil jembatan yang sudah tidak berfungsi. Warna jembatan mengalami 3 kali perubahan dari awal berdiri berwarna abu-abu, tahun 1992 di ganti kuning, dan terakhir di tahun 2002 menjadi merah sampai sekarang.

Saat ini, berkembang wacana tentang pentingnya pembangunan Jembatan Musi III dan Musi IV, yang menghubungkan antara Seberang Ilir dan Seberang Ulu Palembang. Pembangunan dua jembatan dimaksudkan agar Jembatan Ampera tidak berlebih beban kendaraan yang melintas, sekaligus untuk lebih membuka kawasan Seberang Ulu.Menurut riset pemerintah Jepang, Jembatan Ampera masih tetap kokoh sampai 50 tahun lagi. dan akan segera di lakukan renovasi ulang oleh kontraktor Jepang , tetapi dengan catatan Jembatan harus di tutup selama 2 Tahun.

Jembatan Ampera yang dibangun sejak 1962 memang saat ini kondisinya masih kokoh sebagai lalu lintas transportasi di kota Palembang. Untuk beberapa tahun ke depan tidak ada jaminan jembatan ini kondisinya tetap stabil.




Sumber:
Berbagai Sumber

Tidak ada komentar: