Jumat, 23 Desember 2016

Ketika Kematian Itu Menunggu Kita



Ketika Kematian Itu Menunggu Kita
Pada suatu waktu, khalifah Sulaiman bin Abdul Malik datang ke Madinah. Beliau ingin bertemu dengan Abu Hazim, yaitu satu-satunya sahabat Rasulullah saw. yang masih hidup. Kepada Abu Hazim, khalifah menanyakan tentang bagaimana keadaan seseorang itu pada waktu ia akan meninggal dunia. Maka Abu Hazim pun berkata : “Keadaan orang yang akan meninggal dunia itu ada dua macam. Pertama, seperti perantau yang dipanggil pulang ke kampung halamannya untuk menyaksikan hasil kirimannya yang sudah dibuatkan rumah yang bagus dengan taman yang indah. Gambaran mengenai semuanya itu telah dikirimkan kepadanya sebelum dia berangkat. Kita dapat bayangkan bagaimana sukacitanya perasaan sang perantau, tentu ia ingin segera mempercepat kepulangannya itu. Apalagi dikabarkan pula kepadanya, bahwa kedatangannya nanti akan disambut oleh masyarakat dengan riang gembira sebagai perantau yang behasil. Adapun kejadian yang kedua, adalah seperti penjahat yang lari dari penjara kemudian dia tertangkap kembali. Ia akan diseret, disiksa, dan dilemparkan dengan kejam ke tempatnya semula. Dapat dibayangkan, betapa takut dan ngerinya perasaan orang itu.”
Mendengar penjelasan Abu Hazim itu, kontan khalifah menangis tersedu-sedu sambil berdo’a dengan syahdu, “Ya Allah! Janganlah Engkau jadikan aku di waktu kembali kepada-Mu seperti layaknya seorang penjahat yang melarikan diri kemudian tertangkap kembali.”
Bagian pertama, menggambarkan orang-orang yang meyakini bahwa suatu waktu mereka akan kembali kepada Allah.  Mereka berusaha sekuat tenaga menyiapkan bekal yang banyak untuk perjalanan yang jauh di alam akhirat. Bekal itu ialah amal saleh dalam jalur hablum minnallah dan jalur hablum-minannas.
Bagian kedua, mewakili orang-orang yang lalai menyiapkan perbekalan. Umur dihabiskan untuk memenuhi kepuasan hawa nafsu belaka. Mereka gigih mencari fasilitas demi memuaskan kebutuhan nafsu, seperti foya-foya dan mengumbar nafsu syahwat, memiliki rumah seperti istana dan mobil-mobil mewah yang kesemuanya itu hanya untuk prestise saja. Ukuran kesuksesan hidup di dunia dilihat dari fasilitas atau materi yang mereka miliki.
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.  (Al-Baqarah:212)
Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (Al-Baqarah : 126)
Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun… (An-Nuur : 39)

Umar bin Khatab r.a berkata, “Hitunglah dirimu sebelum dihitung dan timbanglah dirimu sebelum ditimbang!”  Rasulullah bersabda, “Sering-seringlah kalian ingat akan sesuatu yang melenyapkan kenikmatan-kenikmatan (yakni kematian).” (HR. Abu Hurairah dari an-Nasa’i)
Hadits Ibnu Umar r.a katanya, Aku pernah mendatangi Rasulullah saw,. yang ketika itu dia berada ditengah-tengah orang banyak. Ada seorang Anshar bertanya kepada Rasulullah, “wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling mulia di sisi Allah? Kata Nabi saw. : Yaitu orang yang selalu mengingat mati dan menyediakan persiapan untuk itu. Dengan itulah hilangnya kerakusan duniawi.” (Rawi : Ibnu Abi Dunya)
Hadits diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan ath-Thabrani, Syadad bin Aus mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Orang yang pintar ialah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untu kepentingan akhirat nanti. Dan, orang lemah ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi berharap-harap terhadap Allah.
Seorang ahli hikmah berkata,”….orang yang lupa mengingat mati tidak ubahnya bagaikan sapi. Meskipun tempat penjagalan hanya berjarak beberapa meter darinya, sapi tetap saja tenang memakan rumput-rumputan segar dengan lahapnya. Kalau saja ia dapat berpikir bahwa gilirannya dijagal tinggal beberapa menit lagi, niscaya nafsu makannya akan hilang, dan pastilah ia berupaya untuk melarikan diri dari tempat itu…..”
Sayidina Ali bin Abi Thalib r.a berkata,”…..coba perhatikan dirimu baik-baik, tidak lama lagi kamu akan mencapai tujuan akhir semua manusia yaitu terbujur kaku di bawah lapisan tanah. Segala perbuatanmu akan diperlihatkan kepada dirimu di padang mahsyar, yaitu tempat dimana orang-orang yang telah berbuat aniaya akan merintih menyesali diri; orang yang lalai akan sangat menyesali diri dan berharap seandainya ia dapat kembali ke dunia. Namun itu semua tiada berguna, karena kesempatan mengulang sungguh tidak akan pernah ada…”
Abu Hamzah Al-Khurasani (seorang sufi, wafat tahun 903) mengatakan, “Barangsiapa telah merasakan ingat kematian, maka Allah akan menjadikan ia senang mencari pahala dan benci terhadap dosa.” (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). (Al-Mu’minuun : 99)
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (Al- Jumu’ah : 8)
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Munafiquun : 11)

Tidak ada komentar: