Selasa, 06 Desember 2016

Ketika Keinginan Harus Belajar Dari Sebuah Jam



Ketika Keinginan Harus Belajar Dari Sebuah Jam
Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. “Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,536,000 kali selama setahun?”. “Ha?,” kata jam terperanjat, “Mana sanggup saya?”. “Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?” “Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?” jawab jam penuh keraguan. “Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?” “Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu” tetap saja jam ragu dengan kemampuan dirinya. Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam :”Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?”. “Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!” kata jam dengan penuh antusias. Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa, karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,536,000 kali.
Target tanpa terasa menjadi beban yang berat apabila dilihat apa yang harus dikerjakan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Jangka waktu ini membuat kita menjadi berfikir dan berfikir untuk melakukannya. Bediagnosa terhadap sesuatu terhadap tindakan kita. Namun ketika jangka waktu tersebut kita kurangi, beban tersebut menjadi menyusut dan kita akan berasa ringan terhadap beban. Keinginan yang membimbung tinggi dengan konsekuensi jadwal yang ketat membuat kita pesimis terhadap keadaan kita, apakah mampu kita melakukannya. Keadaan tersebut menjadi ringan apabila keita melangkah daulu dan menistakan pemikiran pemikiran jikalau.
Seorang anak kelas satu SMU gurem disuatu kota berkeinginan untuk bisa tembus ITB fakultas Teknik Elektro. Dia masuk SMU gurem tersebut karena dia tidak lolos masuk SMU favorit. Keinginan anak itu akan langsung terkubur apabila yang terbayang harus pintar dan jagoan disekolah tersebut. Tapi apabila tekadnya membaja dan langsung membuat jadwal yang ringan, seperti hanya mengulang pelajarn yang diajarkan hari sepulang sekolah dan mengerjakan pekerjaan rumah setiap hari. Beban itu menjadi tidak berat, kebiasaan itu ketika dirasa ringan, bisa ditambah sesuai kadar tubuh yang menyangga.
Jam itu mengajarkan rutinitas tanpa dirasa. Rutinitas yang dilakukan sehingga hasil nya menjadi tanpa dinyana. Kita berupaya mengumbar cita-cita. Tapi cita cita juga butuh perjuangan.tanpa perjuangan, cita-cita juga akan menertawai kita
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Jangan berkata “tidak” sebelum Anda pernah mencobanya. Berjuanglah, sampai anda benar2 jatuh dan tidak berdaya lagi

Tidak ada komentar: