Selasa, 27 Desember 2016

Selarong Eksotisme Tersendiri



Selarong Eksotisme Tersendiri

Warga berpakaian tradisional Jawa memadati pelataran goa bersejarah. Grebeg Selarong kali ini diselenggarakan sederhana. Tanpa kirab, membawa sebuah gunungan berukuran kecil berhias hasil bumi serta disediakan 1.000 takir nasi liwet. Warga dan pengunjung memadati lokasi acara hingga usai. Dipenghujung acara dilaksanakan doa bersama yang dilanjutkan dengan kembul bujana atau makan bersama. Sebagai pelengkap ditampilkan kesenian reog “Mudho Manunggal”. Grebeg Selarong dimaknai sebagai manivestasi sedekah dan gotong-royong. Gerebeg Selarong sebagai peringatan dimulainya perang Diponegoro yang ditandai dengan hijrahnya Pangeran Diponegero dari kediamannyaamannya di Tegalrejo, Yogyakarta menuju ke Goa Selarong pada bulan Juli 1825.

Gua Selarong berada sekitar 14 km arah utara Yogyakarta Gua Selarong tepatnya terletak di kecamatan Pajangan dan berada di puncak bukit yang ditumbuhi pohon jambu biji yang banyak tumbuh di objek tersebut. Gua Selarong memiliki pemandangan alam yang indah. Kawasan ini sangat nyaman untuk Bumi Perkemahan (Camping Ground).
Dahulu gua ini digunakan sebagai markas gerilya Pangeran Diponegoro dalam perjuangannya melawan penjajahan Belanda pada tahun 1825–1830. Gua Selarong terdiri dari dua buah yang terletak di Pegunungan Selarong. Satu buah digunakan tempat peristirahatan Pangeran Diponegoro, satunya lagi untuk istrinya,Retnoningsih (gua putrid).

Peninggalan-peninggalan Pangeran Diponegoro dijumpai disekitar gua seperti bekas Musala (tempat Shalat) dan kolam tempat wudlu Pangeran Diponegoro, batu umpak masjid tak jauh dari batu umpak tersebut terdapat sendang (Kolam) berukuran 1x2x1 meter yang masyarakat setempat meyakininya sebagai tempat untuk bersuci,menadi dan wudlu P.Diponegoro semasa melawan Belanda. Disamping itu juga terdapat mata air abadi yang pancoran airnya sangat deras dan jernih. Sekitar 400 meter dari Gua Selarong juga terdapat Watu Gedogan atau bekas tempat makan kuda tunggangan Pangeran Diponegoro yang berbentuk batu hitam ukuran 100x75 cm tinggi 40 cm. Di tempat itu juga terdapat Watu (batu) Gedug yang juga digunakan Pamgeran Diponegoro untuk memanggil prajuritnya dengan cara " menggeduk-gedukkan" tungkai kakinya di atas batu tersebut.

kawasan wisata Goa Selarong dijadikan kawasan terpadu digunakan untuk memasarkan produk kerajinan masyarakat, cagar budaya, bumi perkemahan, wisata religius bernuansa pedesaan dan pengembangan industri agro. Di sekitar Goa Selarong, terdapat produksi kerajinan tangan dari kayu yang sudah berpotensi untuk dipromosikan ke luar daerah. Daerah wisata Goa Selarong banyak diminati para wisatawan, baik yang dari dalam maupun luar negeri.
Dalam memperingati perjuangan Pangeran Diponegoro di Goa Selarong sekaligus upaya mengangkat pariwisata di kabupaten Bantul khususnya Goa Selarong. Maulai tahun 2005 digelar event wisata Grebeg Goa Selarong. Pemerintah Desa Guwosari dan Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul bekerja sama membuat Grebeg Goa Selarong. Peringatan ini bertujuan untuk memperingati peristiwa hijrahnya pangeran Diponegoro dan keluarganya ke markas besar Goa Selarong tahun 1825.




Sumber :
Gua Selarong Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Grebeg Selarong, Tradisi Budaya Mengenang Perjuangan Diponegoro oleh Yan Arief

www.bantulbiz.com  Copyright © KPDE Pemkab Bantul – 2004 All Rights Reserved. Page loaded in 0.95 sec.






Tidak ada komentar: