Selasa, 13 Desember 2016

KUDA DENGAN KEKUATAN MOTIVASI



KUDA DENGAN KEKUATAN MOTIVASI

Kebiasaan Bersyukur adalah manifestasi dari aplikasi ucapan "hamdallah", sebagaimana diajarkan dalam kehidupan keagamaan kita. Dalam setiap gerak langkah kehidupan, dalam setiap apa yang kita dapatkan, dalam setiap apa yang telah kita lakukan, senantiasa akhiri dengan ucapan, "Segala Puji Dan Syukur Hanya Kepada Allah SWT". Karena sesungguhnya semuanya adalah milik Allah Tuhan Yang Maha Memiliki dan akan kembali kepadaNYA. Jadikanlah hal ini kebiasaan Anda, maka rasakan keberhasilan yang sesungguhnya, “the ultimate meaning” atau makna tertinggi kehidupan, yakni merasakan kebahagiaan dalam rasa syukur kepada Tuhan.
Seekor anjing tampak menatapi tingkah seekor kuda yang berlari-lari tak jauh dari hadapannya. Sang kuda begitu ceria. Sesekali, kuda menggoyangkan kepalanya seperti sedang berdendang riang. Anjing pun mengubah wajah cemberutnya dengan bersuara ke arah kuda.
Manis pahit kehidupan kadang bergantung pada bagaimana kita memandang. Dari situlah sikap diri akan menemukan cermin. Kalau hidup dipandang dengan wajah muram, maka cermin akan memantulkan sikap susah, suram, dan tidak mengenakkan.
"Kamu begitu bahagia, kuda?" tanya sang anjing menampakkan wajah penasaran. Padahal, di masa kering seperti ini, sebagian besar penghuni padang rumput terjebak kehidupan yang begitu sulit.
Cobalah letakkan mata hati kita di tempat yang nyaman untuk memandang hidup ini secara positif. Maka, kita akan menemukan energi baru tentang bagaimana mengarungi hidup. Dari situlah, sikap yang muncul persis seperti diungkapkan sang kuda, "Aku merasa bahagia karena selalu berpikir apa yang bisa kuberikan. Bukan, apa yang bisa kudapatkan."
"Ya, aku bahagia!" ucap kuda sambil terus berlari kecil seraya tetap mengungkapkan keceriaannya. "Kamu tidak merasa susah di masa kering seperti ini?" tanya anjing dengan wajah masih muram. Tidak!" jawab kuda singkat. Gerakkan larinya semakin melambat. Dan, sang kuda pun menghentikan langkahnya di depan sang anjing.
Pernahkah Anda memberikan sesuatu kepada orang lain, membantu orang lain dan kemudian mereka yang menerimanya mengucapkan terimakasih kepada Anda ? Bagaimana perasaan Anda sewaktu dapat memberikan sesuatu kepada orang lain, menolong orang lain yang memerlukan bantuan dan mereka mengucapkan terimakasih atas bantuan Anda ? Perasaan Anda tentu senang dan bahagia, bukan. Meskipun sekedar ucapan terimakasih, namun itu dapat menyempurnakan kebahagiaan Anda dalam memberikan sesuatu. Demikian sisi perasaan dari sang pemberi dengan ungkapan terimakasih dari yang diberinya.
"Apa kamu sudah kaya, temanku?" tanya si anjing serius. Yang ditanya tidak memberikan reaksi istimewa. Kuda cuma menjawab pelan, "Tidak!" "Mungkin kamu sudah punya rumah baru seperti kura-kura, keong, atau yang lainnya?" tanya anjing tetap menunjukkan rasa penasaran. Kuda hanya menggeleng.
Sadarkah kita, bahwa hidup ini adalah pemberian Allah Tuhan Yang Memiliki Kehidupan ? Hidup ini bukan kehendak kita, tetapi kehendak Allah SWT. Maka berdirilah kita dalam kehidupan dunia ini sebagai "objek" penerima kehidupan dengan segala karunia yang diberikanNya. Berdirilah pada posisi diri kita sebagai "hamba" atau "abdi" dari Allah Yang Maha Kuasa terhadap hidup kita.
"Mungkin Kamu sudah bisa menghasilkan mutiara seperti para kerang di laut?" tanya sang anjing lagi. Lagi-lagi, kuda menggeleng. "Lalu? Kenapa kamu begitu bahagia?" sergah anjing lebih serius.
Menyadari posisi diri kita, pikirkanlah kembali apa yang sudah diberikan Allah Tuhan Yang Maha Pemberi kepada diri kita ?. Pikirkan kembali, begitu banyaknya kenikmatan dan anugerah istimewa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita. Renungkan kembali apa yang ada dalam diri kita saat ini, betapa banyak yang sudah kita miliki.
- Kesehatan badan kita dan keluarga kita
- Sandang pangan yang sudah kita nikmati selama ini
- Kehidupan yang tenang, damai dan bahagia selama ini
- Betapa sangat bernilainya memiliki kedua mata yang mampu melihat dunia
- Betapa berharganya memiliki kedua kaki yang berfungsi menopang beban tubuh kita
"Entahlah," jawab kuda sambil tetap menunjukkan wajah cerianya. "Aku bahagia bukan karena punya apa-apa. Aku bahagia karena bisa memberi apa yang kupunya: tenaga, kecerdasan, bahkan keceriaan," penjelasan kuda begitu panjang.
Betapa sangat istimewanya karunia kecerdasan akal dan pikiran yang sehat. Dengan kekuatan kecerdasan akal dan pikiran yang sehat ini, manusia mampu menjalani hidup dengan berbagai dinamikanya. Menjelajahi dunia dengan pengetahuan, menembus ruang angkasa dan kedalaman lautan dengan kecerdasannya. Apakah kita mengira bahwa semua hal itu begitu sepele dan sederhana, sehingga dengan mudah mengabaikannya ? Apakah kita merasa semua itu sangatlah tidak berarti dibandingkan dengan sesuatu yang kita kejar dan belum kita miliki selama ini ?
"Itukah yang membuatmu bahagia dibanding aku?" tanya anjing mulai menemukan jawaban menarik. "Aku merasa bahagia dan kaya karena selalu berpikir apa yang bisa kuberikan. Dan bukan, apa yang bisa kudapatkan," tambah si kuda yang mulai beranjak untuk kembali berlari.
Pikirkan, apakah kita mau menukar kedua mata dengan harta berlimpah, misalnya. Ataukah kita rela menjual pendengaran dengan emas permata, menggadaikan kesehatan dengan istana yang menjulang tinggi ?. Maukah kita menukar kedua tangan dan kaki dengan mobil mewah, sementara kita buntung ? Atau bersediakah kita memiliki harta segunung, tetapi akal dan pikiran tidak sehat, alias tidak waras ? Begitulah sebenarnya, kita ini telah hidup berada dalam kenikmatan yang pasti tidak akan rela melepaskannya hanya demi harta, kekayaan, jabatan, kenikmatan dunia dan sesuatu yang belum kita miliki.
Maka pantaslah kalau kemudian kita senantiasa mengucapkan terimakasih kepada  Tuhan Sang Pemberi Kehidupan. Pantaslah kalau kemudian kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Pemberi. Bersyukur, berarti menghargai karunia yang diberikanNYA, mengembangkan anugerah berupa potensi diri dan menggunakannya untuk mensejahterakan diri dan orang lain. Kesadaran bersyukur akan pemberian Allah dapat membuka mata hati kita, membuka pikiran kita menjadi fokus pada memberi dan kesediaan untuk berbagi, bukannya focus pada menunggu dan mengharap sesuatu yang belum ada.
Akhiri Dengan Kebiasaan Bersyukur merupakan kerendahan hati, mengakui mengakui adanya karunia dari Allah Yang Maha Memiliki Kehidupan, bukan dari lainnya. Apakah posisi kita saat ini sebagai pengusaha, sebagai karyawan, sebagai pegawai, direktur, manager, orang sukses, orang kaya, pemimpin, rakyat biasa, atau siapa saja, pantas mengakhir setiap langkah dalam kehidupan sehari-hari dengan bersyukur. Apa yang sudah kita dapatkan dalam berbisnis, dalam bekerja, dalam berusaha, pada hakekatnya datangnya dari Allah. Mungkin saja penyebabnya dari sahabat, keluarga, saudara, teman bekerja, berdagang, berbisnis, atau lainnya. Semua itu hanyalah perantara.
Maka senantiasa Akhiri Dengan Kebiasaan Bersyukur, ini artinya kita mengembalikan kehidupan kita kepada Sang Pemberi Kehidupan. Menyadari semuanya adalah pemberian Allah Sang Maha Pemberi. Kebiasaan ini akan mempengaruhi keikhlasan hati dan lisan untuk menyanjung Dzat Yang Maha Agung. Kemudian anggota badan kita akan menggunakan segala karunia tersebut untuk kehidupan sesuai dengan kehendak Allah Sang Pemberi Kehidupan.
Mengakhiri Dengan Kebiasaan Bersyukur, tidak berarti mematikan semangat dan motivasi untuk maju dan meraih prestasi kehidupan yang lebih tinggi. Namun kesadaran seperti ini akan menjadikan kita tidak serakah serta mengabaikan anugerah dan karunia yang sudah kita miliki. Kesadaran seperti ini, menjadikan kita mampu menikmati setiap tahapan proses kehidupan menuju tujuan dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan.


Sumber: oleh Muhammad Nuh dan Akhiri Dengan Kebiasaan Bersyukur Oleh Eko Jalu Santoso, Founder Motivasi(Nurani) Indonesia: motivasiindonesia- subscribe@ yahoogroups.


Tidak ada komentar: