Tangan Kiri yang Tidak Tahu Tangan Kanan
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan,... (QS. Al-Hadid : 20)
Adalah Imam Ahmad, apabila berjalan di jalan raya, maka
beliau berjalan di antara dua orang kuli angkut barang sehingga dirinya tidak
dapat di tunjuk dengan jari tangan, sehingga orang-orang menyangkanya bahwa ia
kuli angkut barang dan mereka tidak menunjukinya dengan jari tangan. Adalah
seseorang di antara mereka jika masuk ke dalam pertempuran menutup mukanya
dengan kain cadar dan kemudian meletakkan ghanimah tersebut sehingga
orang-orang tidak mengetahui namanya. Pada waktu Maslamah bin 'Abdul Malik mengepung
salah sebuah benteng musuh dalam waktu yang cukup lama. Pada suatu malam salah
seorang mujahidin dengan menutup mukanya dengan cadar berangkat dengan
sembunyi-sembunyi dan kemudian memanjat benteng tersebut. Lalu ia meloncat
turun ke arah penjaga-penjaga benteng dan membunuhnya. Kemudian dia membuka
pintu gerbang tersebut, segera pasukan Islam masuk dan menguasai benteng
tersebut. Maslamah memanggil-manggil lama sekali : "Siapakah di antara
kalian yang berkain cadar tadi?". Tak seorangpun maju menghadapnya. Di
malam yang lain, seorang berkain cadar masuk ke kemah Maslamah dan berkata:
"Inginkah kamu mengetahui orang berkain cadar itu?", "Ya
benar" jawabnya. Orang tersebut berkata :"Syaratnya ialah jangan
engkau sebut namanya kepada seorangpun, dan syarat yang lain engkau jangan
memberi hadiah maupun ganjaran". "Ya, saya bersedia" jawabnya.
Maka orang tersebut berkata :"Sayalah orang yang berkain cadar itu."
Dia tidak menyebutkan namanya dan kemudian lari menghilang. Lalu sesudah itu,
setiap kali Maslamah menghadap ke arah kiblat, maka dia memanjatkan do'a
:"Ya Allah, kumpulkanlah aku bersama orang yang berkain cadar!"
Dalam konteks ini, makna ketulusan hati hanya mengharap
ridho Allah benar-benar terpatri. Harta dunia tidak dihiraukannya. Nama baik
tidak dianutnya. Seseorang dengan perjuangan keras, membela diinul islam
mencoba untuk selalu mentup jati dirinya tanpa meminta belas kasihan dan tanpa
meminta imbalan.
Lebih dari sebuah Tanya menurut saya. Seorang dengan
ketaqwaan yang tinggi pastilah orang tersebut. Konasumsi kekuatan khalayak
tidak diharaukan. Ketika banyak orang menyembunyikan tangan kanannya dalam
berbuat baik, kita akan mendapatkan suatu komunitas yang tanpa ambisi kuat
untuk saling menguasai.
Saya jadi ingat kisah pemerintah Umar bin Abdul Aziz, dimana
pada masa itu para pengurus zakat dan infaq kesulitan untuk mencari orang yang
mau menerima zakat dan infaq tersebut. Adalagi kisah seorang sahabat Nabi
ketika suatu perang dalam keaadaan luka mengalami kehausan luarbisa. Tapi
karena mendengar ada sahabat lain yang kehausan, dia memilih sahabatnya untuk
meminumnya, dan masalahnya, sahabat –sahabat tersebut saling melempar air
tersebut. Hingga akhirnya mair tersebut kembali kepada sahabat pertama, namun,
sahabat tersebut sudah keburu meninggal.
Hati yang benar dan
contoh-contoh yang tinggi seperti inilah yang menjaga dan melindungi masyarakat
Islam dari kehancuran. Keadaan dimana hawa nafsu dan syahwat telat menguasai
para pemimpin dan para penguasa.Merekalah yang seharusnya melindungi warganya
dari kekurangan, dan menutup mukanya dengan cadar agar rakyat tidak mengetahui
apa yang diperbuat, seperti kisah terkenal Umar bin Khotob yang dimaki seorang
ibu karena begitu miskinnya.
(Sumber : buku Tarbiyah Jihadiyah 1 - Asy-Syahid DR.
Abdullah Azzam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar