Kemunafikan yang Munafiq
DAni dan Indra bertetangga kamar dalam satu kos dan mereka
juga satu kampus. Yang membedakan mereka berdua adalah aktifitas dan kebiasaan
keseharian. Indra lebih banyak aktif di
Lembaga Kemahasiswaan, sedangkan Dani banyak menghabiskan waktunya selain
kuliah dengan bersenang-senang dan kongkow-kongkow.
Kebiasaan Dani adalah menonton film biru (porno)
dikostannya. Indra bukannya pernah
menegur Dani, tapi biasanya dibalas Dani: ‘Ah..! jangan munafiq luh Ndra, luh suka juga kan.
Gak mungkin kalau luh gak suka juga gituan”
Dengan berbagai bentuk kasus, ungkapan-ungkapan seperti itu ataupun yang
setipe dengan itu sering terungkap. Konsep pembenaran tingkah laku yang
dimainkan dengan konsep totem propaste. Suatu tingkah laku sebagian kecil yang
diaminkan untuk semua orang pada umumnya. Konsep inilah yang sering digunakan
untuk mempertahankan suatu tidak menyimpang. Ketika suatu kegiatan menyimpang ini
ditahbiskan salah, konsepsi blamming akan melarikan diri pada kekuatan unsur yang
telah umum. Dalam diri manusia selalu akan muncul dua kecenderungan. Sesuai
dengan unsur penyusun manusia sendiri yaitu tanah dan Ruh. Kecenderungan
tersebut adalah mengikuti hawa nafsu (dibimbing oleh setan) dan mengikuti suara
hati (dibimbing malaikat).
Orang yang tunduk akan petunjuk Allah akan berusaha dan
selalu menahan hawa nafsunya serta hanya menyalurkan hawa nafsunya tempat yang
diijinkan olehNya, walaupun pahit terasa. Orang yang mengikuti langkah syaitan
akan cenderung mengikuti hawa nafsunya atau mengumbar hawa nafsu sekehendaknya.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan
hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan
memberinya petunjuk sesudah Allah . Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran? (Al-Jaatsiyah : 23)
Rasulullah dalam hadistnya menjelaskan juga bahwa jalan
syaitan selalu dikelilingi dengan keindahan (yang enak-enak) sedangkan jalan IIlahi dikelilingi dengan hal-hal yang terasa
berat.
Seseorang yang berusaha mengalahkan atau menahan hawa
nafsunya sekuat mungkin walaupun itu terasa menyenangkan baginya,dan dirinya
belum kuat sepenuhnya, apakah disebut munafiq? Padahal ia lakukan itu karena
takut akan balasan dari Allah. Apakah sebutan tersebut akan tersemat didada
orang tersebut? Suatu hal yang kadang
membingungkan…kodifikasi melenceng dan abu abu ini yang kadang membuat bebrapa
orang melakukan justifikasi secara kejam.
Ketika seseorang berusaha untuk berjalan lurus dengan usaha
yang sebenar-benarny, dukunganlah yang harus dismatkan pada diri orang
tersebut, bukan hinaan atau celaan ataupun sindiran tak pantas yang datang pada
dirinya. Wallahu alam bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar