KUDA DENGAN KEKUATAN MOTIVASI
Kebiasaan Bersyukur adalah manifestasi dari aplikasi ucapan
"hamdallah", sebagaimana diajarkan dalam kehidupan keagamaan kita.
Dalam setiap gerak langkah kehidupan, dalam setiap apa yang kita dapatkan,
dalam setiap apa yang telah kita lakukan, senantiasa akhiri dengan ucapan,
"Segala Puji Dan Syukur Hanya Kepada Allah SWT". Karena sesungguhnya
semuanya adalah milik Allah Tuhan Yang Maha Memiliki dan akan kembali
kepadaNYA. Jadikanlah hal ini kebiasaan Anda, maka rasakan keberhasilan yang
sesungguhnya, “the ultimate meaning” atau makna tertinggi kehidupan, yakni
merasakan kebahagiaan dalam rasa syukur kepada Tuhan.
Seekor anjing tampak menatapi
tingkah seekor kuda yang berlari-lari tak jauh dari hadapannya. Sang kuda
begitu ceria. Sesekali, kuda menggoyangkan kepalanya seperti sedang berdendang
riang. Anjing pun mengubah wajah cemberutnya dengan bersuara ke arah kuda.
Manis pahit kehidupan kadang bergantung pada bagaimana kita
memandang. Dari situlah sikap diri akan menemukan cermin. Kalau hidup dipandang
dengan wajah muram, maka cermin akan memantulkan sikap susah, suram, dan tidak
mengenakkan.
"Kamu begitu bahagia,
kuda?" tanya sang anjing menampakkan wajah penasaran. Padahal, di masa
kering seperti ini, sebagian besar penghuni padang rumput terjebak kehidupan
yang begitu sulit.
Cobalah letakkan mata hati kita di tempat yang nyaman untuk
memandang hidup ini secara positif. Maka, kita akan menemukan energi baru
tentang bagaimana mengarungi hidup. Dari situlah, sikap yang muncul persis
seperti diungkapkan sang kuda, "Aku merasa bahagia karena selalu berpikir
apa yang bisa kuberikan. Bukan, apa yang bisa kudapatkan."
"Ya, aku bahagia!" ucap
kuda sambil terus berlari kecil seraya tetap mengungkapkan keceriaannya. "Kamu
tidak merasa susah di masa kering seperti ini?" tanya anjing dengan wajah
masih muram. Tidak!" jawab kuda singkat. Gerakkan larinya semakin
melambat. Dan, sang kuda pun menghentikan langkahnya di depan sang anjing.
Pernahkah Anda memberikan sesuatu kepada orang lain, membantu
orang lain dan kemudian mereka yang menerimanya mengucapkan terimakasih kepada
Anda ? Bagaimana perasaan Anda sewaktu dapat memberikan sesuatu kepada orang
lain, menolong orang lain yang memerlukan bantuan dan mereka mengucapkan
terimakasih atas bantuan Anda ? Perasaan Anda tentu senang dan bahagia, bukan.
Meskipun sekedar ucapan terimakasih, namun itu dapat menyempurnakan kebahagiaan
Anda dalam memberikan sesuatu. Demikian sisi perasaan dari sang pemberi dengan
ungkapan terimakasih dari yang diberinya.
"Apa kamu sudah kaya,
temanku?" tanya si anjing serius. Yang ditanya tidak memberikan reaksi
istimewa. Kuda cuma menjawab pelan, "Tidak!" "Mungkin kamu sudah
punya rumah baru seperti kura-kura, keong, atau yang lainnya?" tanya
anjing tetap menunjukkan rasa penasaran. Kuda hanya menggeleng.
Sadarkah kita, bahwa hidup ini adalah pemberian Allah Tuhan
Yang Memiliki Kehidupan ? Hidup ini bukan kehendak kita, tetapi kehendak Allah
SWT. Maka berdirilah kita dalam kehidupan dunia ini sebagai "objek"
penerima kehidupan dengan segala karunia yang diberikanNya. Berdirilah pada
posisi diri kita sebagai "hamba" atau "abdi" dari Allah
Yang Maha Kuasa terhadap hidup kita.
"Mungkin Kamu sudah bisa
menghasilkan mutiara seperti para kerang di laut?" tanya sang anjing lagi.
Lagi-lagi, kuda menggeleng. "Lalu? Kenapa kamu begitu bahagia?"
sergah anjing lebih serius.
Menyadari posisi diri kita, pikirkanlah kembali apa yang
sudah diberikan Allah Tuhan Yang Maha Pemberi kepada diri kita ?. Pikirkan
kembali, begitu banyaknya kenikmatan dan anugerah istimewa yang sudah diberikan
Tuhan kepada kita. Renungkan kembali apa yang ada dalam diri kita saat ini,
betapa banyak yang sudah kita miliki.
- Kesehatan badan kita dan keluarga kita
- Sandang pangan yang sudah kita nikmati selama ini
- Kehidupan yang tenang, damai dan bahagia selama ini
- Betapa sangat bernilainya memiliki kedua mata yang mampu
melihat dunia
- Betapa berharganya memiliki kedua kaki yang berfungsi
menopang beban tubuh kita
"Entahlah," jawab kuda
sambil tetap menunjukkan wajah cerianya. "Aku bahagia bukan karena punya
apa-apa. Aku bahagia karena bisa memberi apa yang kupunya: tenaga, kecerdasan,
bahkan keceriaan," penjelasan kuda begitu panjang.
Betapa sangat istimewanya karunia kecerdasan akal dan
pikiran yang sehat. Dengan kekuatan kecerdasan akal dan pikiran yang sehat ini,
manusia mampu menjalani hidup dengan berbagai dinamikanya. Menjelajahi dunia
dengan pengetahuan, menembus ruang angkasa dan kedalaman lautan dengan
kecerdasannya. Apakah kita mengira bahwa semua hal itu begitu sepele dan
sederhana, sehingga dengan mudah mengabaikannya ? Apakah kita merasa semua itu
sangatlah tidak berarti dibandingkan dengan sesuatu yang kita kejar dan belum
kita miliki selama ini ?
"Itukah yang membuatmu bahagia
dibanding aku?" tanya anjing mulai menemukan jawaban menarik. "Aku
merasa bahagia dan kaya karena selalu berpikir apa yang bisa kuberikan. Dan
bukan, apa yang bisa kudapatkan," tambah si kuda yang mulai beranjak untuk
kembali berlari.
Pikirkan, apakah kita mau menukar kedua mata dengan harta
berlimpah, misalnya. Ataukah kita rela menjual pendengaran dengan emas permata,
menggadaikan kesehatan dengan istana yang menjulang tinggi ?. Maukah kita
menukar kedua tangan dan kaki dengan mobil mewah, sementara kita buntung ? Atau
bersediakah kita memiliki harta segunung, tetapi akal dan pikiran tidak sehat,
alias tidak waras ? Begitulah sebenarnya, kita ini telah hidup berada dalam
kenikmatan yang pasti tidak akan rela melepaskannya hanya demi harta, kekayaan,
jabatan, kenikmatan dunia dan sesuatu yang belum kita miliki.
Maka pantaslah kalau kemudian kita senantiasa mengucapkan
terimakasih kepada Tuhan Sang Pemberi
Kehidupan. Pantaslah kalau kemudian kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih Lagi Maha Pemberi. Bersyukur, berarti menghargai karunia yang
diberikanNYA, mengembangkan anugerah berupa potensi diri dan menggunakannya
untuk mensejahterakan diri dan orang lain. Kesadaran bersyukur akan pemberian
Allah dapat membuka mata hati kita, membuka pikiran kita menjadi fokus pada memberi
dan kesediaan untuk berbagi, bukannya focus pada menunggu dan mengharap sesuatu
yang belum ada.
Akhiri Dengan Kebiasaan Bersyukur merupakan kerendahan hati,
mengakui mengakui adanya karunia dari Allah Yang Maha Memiliki Kehidupan, bukan
dari lainnya. Apakah posisi kita saat ini sebagai pengusaha, sebagai karyawan,
sebagai pegawai, direktur, manager, orang sukses, orang kaya, pemimpin, rakyat
biasa, atau siapa saja, pantas mengakhir setiap langkah dalam kehidupan
sehari-hari dengan bersyukur. Apa yang sudah kita dapatkan dalam berbisnis,
dalam bekerja, dalam berusaha, pada hakekatnya datangnya dari Allah. Mungkin
saja penyebabnya dari sahabat, keluarga, saudara, teman bekerja, berdagang,
berbisnis, atau lainnya. Semua itu hanyalah perantara.
Maka senantiasa Akhiri Dengan Kebiasaan Bersyukur, ini
artinya kita mengembalikan kehidupan kita kepada Sang Pemberi Kehidupan.
Menyadari semuanya adalah pemberian Allah Sang Maha Pemberi. Kebiasaan ini akan
mempengaruhi keikhlasan hati dan lisan untuk menyanjung Dzat Yang Maha Agung.
Kemudian anggota badan kita akan menggunakan segala karunia tersebut untuk
kehidupan sesuai dengan kehendak Allah Sang Pemberi Kehidupan.
Mengakhiri Dengan Kebiasaan Bersyukur, tidak berarti
mematikan semangat dan motivasi untuk maju dan meraih prestasi kehidupan yang
lebih tinggi. Namun kesadaran seperti ini akan menjadikan kita tidak serakah
serta mengabaikan anugerah dan karunia yang sudah kita miliki. Kesadaran
seperti ini, menjadikan kita mampu menikmati setiap tahapan proses kehidupan
menuju tujuan dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan.
Sumber: oleh Muhammad Nuh dan Akhiri Dengan Kebiasaan
Bersyukur Oleh Eko Jalu Santoso, Founder Motivasi(Nurani) Indonesia:
motivasiindonesia- subscribe@ yahoogroups.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar