Festival Cipete 2008
Sepanjang jalan Cipete ditutup untuk lalu lintas kendaraan. Tanggal 26 dan
27 Juli Festival Budaya Betawi digelar. Kalaupun mau nekad naik angkutan, naik
saja delman dengan biaya lima ribu rupiah. Acara tersebut secara resmi dibuka
oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Harapan Gubernur, acara tersebut bisa
diadakan rutin, karena mengusung budaya Betawi yang hanya bisa dilihat ”pas”
acara Ulang tahun Jakarta saja.
Pengunjung acara ini memang banyak. Seakan tidak berhenti berjejalan sepanjang
sisi-sisi jalan. Ada yang berkeluarga, berpasangan, ataupun ada yang sorangan
”wae”. Lumayan jauh area yang digunakan untuk ukuran ibu-ibu yang sedang hamil
delapan bulan.
Ketika kita memasuki pintu masuk Festival tersebut, suasana ”Betawi” begitu
terasa. Umbul-umbul khas betawi dengan penjual kerak telor disisi kiri dan
kanan sibuk mengoles alat masaknya. Delman ala masa kompeni berputar
bolak-balik mengelilingi sebuah taman kecil, jumlahnya kurang lebih 4 buah
delman. Mau mencari cucur, atau makanan khas betawi lainnya? Tenang, tempat inilah
kita akan mendapatkannya, walaupun tidak komplit, setidaknya makanan itu ada
beberapa. Para komunitas onthel juga menjajarkan sepeda onthelnya dengan rapi,
membuat kesan masa doeloe menjadi kental. Panggung untuk langgam kromong dengan
alunan yang mendawai membuat kita seakan salah kostum untuk terus berada disitu.
Salah satu stand yang saya sukai adalah stan yang menjual berbagai bentuk jam
model lama (jadul habis). Sayang duit saya tidak cukup untuk membelinya.
Ide dasar festival ini memang bagus, yakni berbasis pada akar budaya
betawi,. Tapi sayang, adanya motor gedhe yang terparkir dan mobil mewah
modifikasi mengurangi syahdunya aroma Betawi. Namun semisal yang diparkir adalah vespa lama atau
modifikasi mobil vw lama, masih terasa nyambung.
Ketika kita mengukur jalan kembali, jualan yang ditawarkan menjadi beragam,
dan sudah menghilang dari kebetawiannya. Pasar kaget sudah merubah suasana
tersebut. Dari Bakso sampai dengan raket pembunuh nyamuk. Model tenda yang
memanjang menyusur jalan menjadikan variasi tenda susah untuk bermain-main. Ondel-ondel
besar ditengah jalan di festival itu saja yang hanya mencirikan Festival Betawi.
Tingginya antusiasme warga terhadap acara ini terlihat sejak pagi hari,
ribuan masyarakat dari pelosok ibu kota berbondong-bondong menyusuri jalan
sepanjang Cipete Raya sampai Jalan Fatmawati Raya. Berbagai hiburan seperti
gambang kromong menambah semarak pagelaran yang biasa disebut Cipete Vaganza
tersebut.
Mau mencari sajian kuliner ala betawi, disinilah surganya. Ada kerak telor
yang ”pastinyaaa’ jadi ikon kota betawi. Bahkan roti buayapun menghiasi bebrapa
roti disitu. Panggung untuk menampilkan beberapa budaya berdiri megah ditengah
lorong pameran yang panjang. Sekilas
tanjidor masih reronggok di tepi panggung. Bebrapa baju ondel-ondel menghiasi
sisi-sisi panggung, mungkin sang penari sedang bergelayut dengan ramenya pasar
tersebut.
Festival budaya Betawi yang
menampilkan atraksi budaya dan makanan khas Betawi dan berlangsung di Jalan
Cipete Raya ini merupakan festival yang rencananya digelar tiap tahun di
wilayah tersebut. Di tengah ratusan warga dan undangan yang memenuhi area
festival, Fauzi mengatakan budaya Betawi terutama masakan-masakannya memiliki
kekhasan dan potensi yang perlu dikembangkan. Pengelolaannya bisa disesuaikan
dengan selera konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar