Contoh model Siaran Pers dari PT. DEMI GISELA CITRA PRO :
BUKU PENULISAN SKENARIO
PALING KOMPREHENSIF
DALAM BAHASA INDONESIA
Jakarta, 22 Januari 2007.
Pertumbuhan
film Indonesia
yang menjamur belakangan ini membutuhkan pasokan cerita yang harus semakin
berkualitas. Tanpa kisah, dan cara pengisahan, yang bermutu, kualitas sebuah
film akan berhenti pada deretan gambar yang mungkin terlihat spektakuler atau
eksotis, namun hambar, hampa makna, dan gagal menyapa jiwa pemirsa. Kondisi
inilah yang menyebabkan H. Misbach Yusa Biran, 73 tahun, penulis skenario film
Indonesia paling senior saat ini, terpanggil untuk menulis buku Teknik Menulis Skenario Film Cerita,
yang akan diluncurkan secara resmi pada hari Selasa, 30 Januari 2007.
Buku-buku
penulisan skenario yang ditulis oleh orang Indonesia sebelum ini memang cukup
mudah ditemukan di rak-rak toko buku. Namun karya Misbach Yusa Biran ini – ia
menulis skenario film pertamanya tahun 1955 – memiliki arti penting lebih dari
sekadar panduan teoritis. “Pengalaman pak Misbach yang sangat kaya baik sebagai
penulis skenario, dosen penulisan skenario, dan keterlibatannya di dunia film
Indonesia yang sudah lebih dari setengah abad, menjadikan buku ini sebagai
panduan yang layak dimiliki oleh para pencinta film Indonesia, terutama mereka
yang serius ingin berprofesi sebagai penulis skenario,” ujar H. Deddy Mizwar,
aktor-sutradara-produser senior yang menjadi publisher buku ini lewat bendera PT Demi Gisela Citra Pro bekerja
sama dengan PT. Pustaka Jaya.
Dalam pandangan Riri
Riza, sutradara muda yang semakin penting eksistensinya di ranah film Indonesia,
“Karya H. Misbach Yusa Biran ini merupakan buku pertama yang menguraikan
seluk-beluk penulisan skenario film secara sungguh-sungguh, dengan
contoh-contoh yang berasal dari film-film terkenal di dunia, yang disusun
secara sistematis.”
Lahir di
Rangkasbitung, Banten, pada 11 September 1933, Misbach Yusa Biran memasuki
dunia perfilman ketika berusia 21 tahun di studio Perfini yang dipimpin oleh
Usmar Ismail. Di lembaga itu dia menjadi asisten sutradara dan anggota sidang
pengarang. Setahun kemudian skenario pertamanya muncul dan difilmkan dengan
judul Saodah. Setelah itu
kreativitasnya seakan tak terbendung. Selama tiga tahun (1957-1960) ia membuat
film pendek dan dokumenter. Menyutradarai film cerita pertama tahun 1961,
Misbach memutuskan berhenti menyutradarai pada 1971 karena tidak mau menulis
untuk industri film yang getol membuat film-film porno pada saat itu.
Beberapa filmography Misbach, baik sebagai
penulis skenario maupun sutradara, yang sudah mencapai tahapan klasik dalam
sejarah film Indonesia
adalah
Istana yang Hilang (1960), Matjan
Kemayoran (1965), Irisan-irisan Hati
(1988), Fatahillah (1996), Bengkel Bang Jun (film seri TV), Shakila (30 episode), Jalan Lain ke Sana (62 episode).
Menurut Misbach,
sejumlah kawan-kawan terdekatnya sudah meminta agar pengalamannya yang panjang
dalam penulisan skenario itu dibukukan sejak tahun 80-an, di tengah membanjirnya
buku-buku penulisan skenario dalam bahasa Inggris yang menjadi buku wajib di
sekolah-sekolah film. Namun kesibukannya sebagai pengurus Sinematek, pengajar
di kursus-kursus penulisan skenario (termasuk juga di Institut Kesenian
Jakarta), juri Festival Film Indonesia, dan sebagainya, membuat niat untuk
menulis buku seperti itu terhambat.
Untunglah,
akhirnya tercapai pula keinginan Misbach Yusa Biran untuk menuntaskan rencana yang sudah muncul sejak
dua dekade silam itu. Bukan saja pengalamannya yang sangat kaya yang menjadi
intisari buku ini, melainkan juga telaah dan analisisnya terhadap sejumlah
film-film internasional, yang membuat buku ini layak dimiliki. “Doa saya adalah
semoga Allah mengizinkan saya membuat uraian yang bermanfaat dan bisa membantu
lahirnya pembuatan film yang bagus secara artistik, maupun dari sudut pembinaan
bangsa. Amin!” ujar Misbach Yusa Biran.
*
Untuk informasi lengkap tentang isi buku, dan rincian acara peluncuran
tanggal 30 Januari, silakan hubungi: Arief
Gustaman di 081320718571 atau
(021) 86903830
Tidak ada komentar:
Posting Komentar