Museum Bala Putra Dewa
|
|
|
|
Museum ini dibangun pada tahun 1977 dengan arsitektur
tradisional Palembang diatas areal seluas 23.565 meter persegi dan diresmikan
pada tanggal 5 November 1984. Nama Bala Putra Dewa berasal dari nama seorang
raja Sriwijaya yang memerintah pada abad VIII-IX.
Di museum ini terdapat koleksi yang menggambarkan corak ragam kebudayaan dan alam Sumatera Selatan. Koleksinya terdiri dari berbagai benda histografi etnografi felologi, keramik, teknologi modern, seni rupa, flora dan fauna serta geologi. Selain itu terdapat rumah Limas dan rumah Ulu asli, kita dapat melihat dengan menggunakan kendaraan umum trayek km 12
Dari beberapa
prasasti yang telah ditemukan oleh para arkeolog dan sejarawan diantaranya
adalah prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya. Ada lima prasasti peninggalan
Kerajaan Sriwijaya, yaitu Prasasti Telaga Batu, Prasasti Kedukan Bukit,
Prasasti Talang Tuo, Prasasti Kota Kapur, dan Prasasti Boom Baru.
Prasasti Telaga Batu
ditemukan di Desa Telaga Batu Kecamatan Ilir Timur Pelembang Sumatera
Selatan. Prasasti tersebut tidak memiliki angka tahun tetapi ditulis
menggunakan huruf Palawa dengan bahasa Melayu Kuno. Tulisan-tulisan pada
Prasasti Telaga Batu terdiri dari 28 baris yang memuat informasi tentang
kutukan terhadap siapa saja yang tidak taat kepada pemerintah (raja). Selain
itu, juga menjelaskan susunan ketatanegaraan Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Kedukan
Bukit ditemukan di Desa Kedukan Bukit, di tepi Sungai Tatang (anak Sungai
Musi), tepatnya di kaki Bukit Seguntang. Prasasti tersebut berangka tahun 605
saka / 683 M. Prasasti Kedukan Bukit ditulis menggunakan huruf Palawa yang
berbahasa Melayu Kuno. Terdiri dari 10 baris yang berisi tentang Jaya
Siddhayatra (perjalanan suci) penguasa Kerajaan Sriwijaya yang bergelar
Dapunta Hyang. Perjalanan itu merupakan ekspedisi militer Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Talang
Tuo ditemukan di Desa Talang Tuo, Palembang. Berangka tahun 606 saka / 684 M
dan ditulis menggunakan huruf Palawa yang berbahasa Melayu Kuno. Tulisan
prasasti yang terdiri dari 14 baris itu berisikan pernyataan tentang
pembangunan Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang Srijayanasa.
Prasasti Kota
Kapur ditemukan di Desa Kota Kapur, Bangka, Sumatera Selatan. Prasasti tersebut
berangka tahun 608 saka / 686 M. Prasasti yang juga ditulis menggunakan huruf
Palawa dengan bahasa Melayu Kuno itu terdiri dari 10 baris yang memuat
informasi tentang sumpah kutukan dan upaya ekspansi ke Pulau Jawa.
Prasasti Boom Baru
ditemukan di Desa Boom Baru, Palembang, Sumatera Selatan. Sampai saat ini
prasasti yang terdiri dari 11 baris itu masih belum berhasil dibaca sehingga
informasi yang terkandung dalam prasasti tersebut belum bisa diketahui.
Jika kita amati,
lima prasasti tersebut dinamakan sesuai dengan nama daerah tempat ditemukan.
Padahal pada zamannya, saat prasasti itu dibuat, mungkin saja
prasasti-prasasti tersebut memiliki sebutan yang berbeda. Akan tetapi, hal
tersebut merupakan sesuatu yang wajar karena rentang waktu (temporal) antara
prasasti itu dibuat dengan saat ditemukan sangat panjang sekali.
Lima prasasti
tersebut dapat ditemui di Museum Balaputera Dewa Palembang, tepatnya di
Gedung Pameran II. Hanya saja yang di jumpai di Museum Balaputera Dewa itu
adalah replikanya saja karena prasasti yang asli berada di Museum Nasional
Jakarta.
Sumber:
|
Museum Negeri
Sumatera Selatan "Balaputera Dewa"
LIMA PRASASTI DI
MUSEUM BALAPUTERA DEWA PALEMBANG Oleh: DM. Thanthar
Diposkan oleh
Komunitas Guwo; Kreatifitas Tanpa Batas di 1/06/2009 11:46:00 PM
Label: Artikel
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar