Hikayat
Terpendam.
Kura-kura
yang biasa hidup di laut, pada musim bertelur, mereka bersama-sama menuju
pantai. Setiba di pantai mereka menggali lubang dengan kedalaman yang cukup
untuk melindungi telurnya. Kemudian mereka bertelur di lubang tersebut dan kemudian
menimbunnya kembali. Setelah bertelur dan menimbun telur mereka dengan rapi
mereka kembali berenang ke laut. Mereka meninggalkan calon anaknya dan tidak
pernah dijenguk lagi. Setelah telur
menetas, bayi kura-kura tidak ditunggui oleh ibunya. Dia tidak tahu ibunya,
tidak ada yang mengasuh dan tidak ada yang memberi makan. Bayi kura-kurapun
tidak ada yang mengajari bagaimana cara mencari makan. Meskipun tidak ada yang
mengajarinya mereka tahu apa yang harus mereka lakukan, yaitu berenang ke
laut. Ibunya tidak meninggalkan pesan di
samping telurnya. Ibunya tidak menunggunya dari laut memanggil anaknya. Tidak
ada juga pengumuman di pantai yang menyuruh bayi kura-kura tersebut untuk
berenang ke laut. Tetapi mengapa mereka tahu dan melakukannya? Itulah kebesaran
Allah yang telah menanamkan insting pada bayi kura-kura sehingga mereka tahu
apa yang harus mereka lakukan.
Fenomena
alam tersebut memberikan pelajaran bagi kita, bahwa apa yang terjadi di dunia
ini bukan kebetulan semata. Semua telah diatur, semua ada maksudnya.
"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan kadar (ukuran)."
(QS Al Qamar:49). "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan ini dengan sia- sia. Mahasuci Engkau. " (QS Ali Imran:191).
Allah
mengetahui tentang hakekat penggunaan ciptaanNya.
Lalu, untuk apa diciptakannya manusia? Walllahu ‘alam Bisshowab, "Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS.Adz-Dzaariyaat:56). Juga pada saat penciptaan Nabi Adam as, Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi" (QS.Al-Baqarah:30)
Al-Ghaniy
Al-Karim (Yang Maha Kaya lagi Maha Mulia) Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Kaya,
Maha Terpuji, Maha Mulia Dan Maha Pengasih. Allah berbuat baik kepada Hamba-Nya
bukan agar Dia terhindar dari mudharat, namun sebagai rahmat ihsan dan sifat
dermawan-Nya semata. Allah Maha Kasih sayang dalam Dzat-Nya, berbuat ihsan
dalam Dzat-Nya, Mulia dalam Dzat-Nya, Maha Kuasa dalam Dzat-Nya, Hidup dengan
sendiri-Nya. Ihsan, kebaikan dan rahmat-Nya adalah sebagai tuntutan Dzat-Nya.
Mustahil bagi Allah jika tidak demikian. Sedangkan seorang hamba tidak akan
melakukan kebaikan kecuali karena ada keinginan memperoleh keuntungan. Manusia,
apabila memberikan sesuatu atau berbuat kebaikan, mereka mempunyai tujuan agar
disenangi dan dihormati atau untuk mendapatkan manfaat dan menghindari bahaya.
Itu semua adalah berdasarkan izin dan kemurahan yang Allah berikan kepada
mereka. Allah lah pemilik hakiki dari nikmat yang ada ditangan mereka. Walau
demikian, mereka tidak melakukan sesuatu kecuali unuk mendapatkan bagian rezeki
mereka, karena kecintaan mereka kepadanya. Jika mereka mencintai para Nabi dan
para Wali, pasti mereka akan berusaha untuk berjumpa dengan mereka. Merasa
senang untuk melihat wujud mereka dan mendengar perkataan mereka. Demikian
juga, siapa yang mencintai seseorang karena keberaniannya, karena kekuasaannya,
karena kecantikan ataupun karena kemurahannya, dia pasti ingin mendapatkan
cintanya. Andaikan bukan karena kenikmatan yang ada, tentu ia tidak akan
mencintainya, walau hanya sekedar untuk menyebutnya, meskipun mereka memberikan
manfaat atau menghindarkannya dari mudharat - seperti penyakit atau musuh -.
Mereka akan selalu meminta balasan atas apa yang mereka kerjakan, jika mereka
bekerja bukan untuk Allah. Para prajurit, para budak raja, orang-orang bayaran
dan para pembantu kepala pemerintahan tidak bekerja kecuali untuk mendapatkan
apa yang mereka inginkan. Kebanyakan dari mereka tak ada yang bekerja
semata-mata untuk memberikan manfaat kepada yang dilayani, kecuali jika mereka
telah dididik dan dilatih oleh pihak lain, hingga pengabdian mereka menjadi
bagian dari agama. Atau memiliki tabi'at untuk berbuat adil, ihsan ataupun
untuk tujuan memberi balasan dan rahmat. Jika tidak, maka yang menjadi tujuan
utama adalah memenuhi kepentingan dirinya sendiri. Inilah hikmah yang Allah
tetapkan untuk kemaslahatan hamba-Nya. Allah telah membeda-bedakan kehidupan
antara mereka di dunia, dan Allah mengangkat sebagian atas yang lain agar
sebagian mereka mengambil manfaat dari sebagian yang lain.
“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat
Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
telah mereka kumpulkan." (Az-Zukhruf : 32)
Cuplikan
dari Internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar