Ketika BI Rate Turun
Pelambatan ekonomi global menjadi landasan
pemangkasan suku bunga tersebut. "Perkembangan ekonomi global yang masih
menunjukkan pelambatan yang lebih dalam, tercermin dari prakiraan merosotnya
perekonomian negara-negara maju yang lebih besar dari perkiraan semula. Kondisi
pasar keuangan global pun masih rapuh dengan semakin banyaknya laporan kerugian
lembaga keuangan dunia," demikian siaran pers hasil rapat dewan gubernur.
"Pelambatan kondisi ekonomi negara maju tersebut memicu penurunan kinerja
ekspor Indonesia, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perekonomian
secara keseluruhan."
Berbagai indikator mutakhir menunjukkan
perkembangan ekonomi global ternyata lebih suram dari yang diperkirakan
beberapa bulan yang lalu," kata Boediono dalam siaran pers yang diterima
di Jakarta, Rabu (4/2). Dia menjelaskan, dampak krisis keuangan global makin
terasa di dalam negeri, terutama sektor-sektor yang terkait dengan perdagangan
luar negeri (sektor tradables).
Sementara di sektor non-tradables perkembangannya
relatif stabil. Pertumbuhan kredit perbankan dan besaran-besaran moneter
menunjukkan perlambatan dari laju pertumbuhan yang tinggi dalam semester kedua
2008.
Menurut dia, tekanan inflasi terus mereda. Dalam
dua bulan berturut-turut (Desember 2008 dan Januari 2009), indeks harga
konsumen (IHK) mengalami penurunan. Sementara itu, cadangan devisa Indonesia
pada akhir Januari 2009 tercatat sebesar US$ 50,9 miliar (Rp 595 triliun) atau
setara 5,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Indonesia. Menurut
Boediono, kondisi perbankan nasional sampai saat ini baik, seperti tercermin
dari perkembangan rasiko kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) dan
kredit macet (Non-Performing Loan/NPL) perbankan yang tetap pada batas-batas
aman. Sementara itu, kondisi likuiditas perbankan, termasuk aliran likuiditas
dalam pasar uang antarbank, mulai mengalami perbaikan dibandingkan dengan
beberapa bulan yang lalu.
Pemerintah mengharapkan Bank Indonesia segera
menurunkan tingkat Suku Bunga BI atau BI Rate dari saat ini 9,25 persen
menyusul terjadinya deflasi sebesar 0,04 persen pada Desember 2008. Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Meneg PPN)/Kepala Bappenas Paskah
Suzetta di Jakarta, Selasa, mengatakan penurunan BI Rate diyakini akan sangat
membantu menggerakkan sektor riil di tengah krisis ekonomi global yang terjadi
saat ini.
Menurut dia, deflasi berdampak pada pengurangan
tingkat kemiskinan serta peningkatan pertumbuhan ekonomim oleh karena itu
sebaiknya BI Rate turun supaya sektor riil bergerak."BI Rate harus turun,
supaya bisa dukung sektor riil," katanya usai pelantikan pejabat di
lingkungan Meneg PPN/Bappenas.
Perhitungan BPS bahwa sekarang deflasi, tambahnya,
bagi pemerintah merupakan hadiah di awal tahun karena hal itu dapat kurangi
kemiskinan. Paskah mengatakan pemerintah akan terus mempertahankan inflasi yang
rendah di 2009 guna menurunkan angka kemiskinan dan juga pengangguran."BI
diharapkan menurunkan suku bunga untuk mengurangi penganggguran. Penurunan suku
bunga juga bisa bantu UMKM," katanya.
Meneg PPN/Kepala Beppnas juga mengatakan pihaknya
memiliki simulasi bila pertumbuhan ekonomi 5,5 persen pada 2009 akan menekan
tingkat pengangguran menjadi 7,9 persen. "Pertumbuhan ekonomi cukup
penting, kalau seandainya pertumbuhan 4,5 persen artinya tingkat pengangguran
bisa di atas 9 persen, jadi 2009 kita mengusahakan pertumbuhan 5,5 persen,
karena kalau 5,5 persen tigkat pengangguran bisa ditekan 7,9 persen,"
katanya.
Menurut dia, indikasi tersebut didapat dengan
asumsi sesuai dengan Tahun 2008 setiap satu persen pertumbuhan ekonomi mampu
menyerap 431 ribu tenaga kerja. Untuk itu, sambungnya, pemerintah akan berusaha
sekuat tenaga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 2009 sekitar 5,5 persen salah
satunya dengan mengoptimalkan stimulus fiskal sebesar Rp50 triliun.(*)
Pelambatan ekonomi global menjadi landasan pemangkasan
suku bunga tersebut. "Perkembangan ekonomi global yang masih menunjukkan
pelambatan yang lebih dalam, tercermin dari prakiraan merosotnya perekonomian
negara-negara maju yang lebih besar dari perkiraan semula. Kondisi pasar
keuangan global pun masih rapuh dengan semakin banyaknya laporan kerugian
lembaga keuangan dunia," demikian siaran pers hasil rapat dewan gubernur.
"Pelambatan kondisi ekonomi negara maju tersebut memicu penurunan kinerja
ekspor Indonesia, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perekonomian
secara keseluruhan."
Perbankan segera mengkaji penurunan suku bunganya
setelah Bank Indonesia menurunkan BI Rate
sebesar 50 basis poin menjadi 8,25%, kata Ketua Umum Ikatan Bankir
Indonesia (IBI) Agus Martowardojo. “Memang ada room untuk penurunan bunga, kami
sambut baik, walau Mandiri sudah turunkan suku bunga, kami tahu masih ada
bank-bank lain yang belum turunkan suku bunga, jadi mereka segera sesuaikan kondisi
keuangannya,” kata Agus yang juga Direktur Utama Bank Mandiri tersebut di
Jakarta, Rabu. Dia mengatakan, penurunan suku bunga nantinya tidak semata-mata
berasal dari turunnya biaya modal tapi juga terhadap risiko yang dihadapi.
Agus mengatakan,
apabila penurunan BI Rate itu merupakan bagian penyesuaian ekonomi maka hal itu juga akan
mendorong perbankan untuk ikut serta menyesuaikan suku bunganya. “Seandainya
saat sekarang terjadi penyesuaian-penyesuaian termasuk harga BBM yang turun,
juga jasa lain bisa diturunkan otomatis akan membuat kondisi ekonomi lebih
baik, perbankan juga akan bisa menyesuaikan bunganya,” katanya.
Dia menambahkan, Bank Mandiri telah menurunkan suku
bunganya dua minggu lalu, untuk penurunan BI Rate kali ini, pihaknya masih mengkaji
terkait hal itu. “Kita akan melihat kondisi secara umum. Juga melihat kombinasi
antara risiko, margin yang ada dan baru akan kita sesuaikan,” katanya.
Direktur Bank BNI Gatot M Suwondo mengatakan,
pihaknya telah memperkirakan bahwa suku bunga BI Rate akan turun. “Kita
mengharapkan suku bunga akan turun, tinggal menunggu timing-nya,” katanya.
Menurut dia, perbankan kemungkinan baru bisa melakukan penyesuaian penurunan
suku bunga acuan BI Rate sekitar dua atau tiga bulan kemudian.
Dia mengatakan, untuk penyesuaian di kredit, saat
ini masih melihat kondisi yang ada sebab bunga kredit telah turun sebelumnya.
Sementara untuk deposito kemungkinan pihaknya dapat menurunkan 0,5 persen lagi.
Direktur Komersial Bank Bukopin Mikrowa Kirana mengatakan, pihaknya akan segera
menyesuaikan penurunan suku bunga BI Rate tersebut. Namun demikian, ia
mengatakan, perlu waktu untuk menyesuaikan, terutama terkait dengan dana pihak
ketiga yang tidak bisa serta merta di sesuaikan.
Kepala Bank Bukopin Cabang Medan Eddy Linson sepakat
dengan pimpinannya itu. “Kita sangat menyambut baik dengan penurunan BI rate
menjadi 8,25% tersebut,” jelasnya ketika dihubungi MedanBisnis via telepon
seluler, kemarin. Namun, Eddy mengatakan, turunnya BI Rate tersebut tidak serta
merta akan mendorong penurunan suku bunga kredit. Hal ini disebabkan kondisi
likuditas di perbankan masih tergolong ketat, kecuali bank-bank BUMN yang
likuditasnya memang berlebih. “Likuiditas saat ini banyak tersedot ke bank-bank
BUMN. Hal ini mengakibatkan bank-bank swasta, khususnya yang kecil, harus
mencari cara agar masyarakat mau menempatkan dananya di bank mereka. Salah
satunya adalah dengan menawarkan suku bunga simpanan yang cukup tinggi,”
ujarnya.
Eddy mengatakan, kondisi di pasar uang juga saat
ini masih belum stabil. Bank-bank besar, khususnya bank BUMN, yang memiliki
likuiditas besar, masih enggan memberi pinjaman kepada bank-bank yang
membutuhkan likuditasnya. Sementara Regional Corporate Officer Sumatera Bank
Danamon, Alexis Marzo mengungkapkan ketatnya likuditas tersebut hanya terjadi
pada bank-bank tertentu. “Ketatnya likuditas sebenarnya tergantung pada
banknya,” ungkapnya.
Deputi Gubernur Senior BI Miranda S. Goeltom Bank
Indonesia (BI) mengungkapkan penurunan BI Rate dilakukan demi menggerakkan lagi
perekonomian di tengah lesunya perekonomian global. Dengan BI Rate turun 50
basis poin, bank diharapkan semakin banyak mengucurkan kredit untuk mendorong
pertumbuhan sebesar 4,5% tahun ini.
“BI menganggap bahwa kita perlu memberikan sinyal
bahwa pertumbuhan ekonomi perlu didorong oleh suatu koordinasi yang baik,
dimana peranan BI adalah penurunan suku bunga. BI memahami apa, kebijakan yang
diperlukan pada saat kondisi seperti ini,” tambah Miranda.
BI berharap penurunan BI Rate ini bisa menjadi
sinyal bagi perbankan agar memberikan kredit lebih banyak. “Kami ingin
menghimbau perbankan,” tegasnya. Untuk ke depannya, kata Miranda, penurunan BI
Rate masih terbuka lebar jika memang inflasi semakin terkendali dan di tengah
perekonomian global yang belum pulih.”Kalau bulan depan menunjukkan tanda-tanda
inflasi semakin berkurang dan perekonomian dunia masih belum pasti, kami masih
membuka ruang bagi penurunan suku bunga. Tapi berapa-berapanyanya belum bisa
kita tentukan,” katanya.
Sumber : Tempo, Antara, Medan
Bisnis, dan Jakarta Kominfo Newsroom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar