Jumat, 02 Desember 2016

Laskar Pelangi



Laskar Pelangi

Laskar Pelangi adalah sebutan dari Ibu Muslimah untuk anak-anaknya yang berjumlah sepuluh. Mereka adalah Ikal, Lintang, Trapani, Mahar, Sahara, Harun, Borek, Kucai, Akiong, dan Syahdan. Mereka berkumpul dari awal mula mereka masuk sekolah di SD Muhammadiyah Belitong, sekolah islam satu-satunya di Belitung pada masa itu. Sekolah tersebut secara fisik hampir roboh, sekolah untuk kelompok miskin di belitong. Sungguh kontras dengan PN timah yang mewah.
Ikal adalah adalah anak pegawai rendahan P.N. Timah, dia menjadi sentral tokh dalam novel ini. Ikal adalah representasi dari Andrea Hirata, seorang anak yang memiliki kekuatan dalam hal sikap”rajin” terhadap segala sesuatu.
Teman sebangku Ikal adalah Lintang. Seorang anak yang “keranjingan” membaca, ditambah lagi bakat kecerdasan otaknya. Kemampuan verbal lintang sangat bagus meskipun dia terlahir dari seorang ayah yang nelayan dan ditinggal mati oleh ibunya. Lintang yang memperkenalkan Perancis dan menara Eiffel kepada Ikal, hal tersebut memacu Ikal untuk mengetahui lebih banyak mengenai Perancis. Ketika mereka bertemu kembali, Ikal mengatakan kepada Lintang bahwa dia akan melanjutkan Kuliah ke Perancis. Kerja keras yang luar biasa.
Lintang merupakan anak cerdas yang terlahir miskin. Terlahir bukan untuk mengejar cita-cita tang setinggi langit. Langit hanya memiliki kebanggan dengan selembar piagam penghargaan juara cerdas cermat. Namun dia menanamkan cita-citanya kepada anak perempuannya.
Tokoh Mahar merupakan pola duplikasi Lintang dalam hal seni. Dalam umur yang begitu kecil, mahar sudah mampu untuk menguraikan perbedaaan alunan musik yang ada, mulai dari pop sampai dengan jazz, anak yang memiliki selera tinggi terhadap musik, namun dilahirkan miskin.
Satu-satunya perempuan dalam Laskar Pelangi adalah Sahara, seorang perempuan yang memegang teguh arti agama, dan begitu keras kepala. Dialah yang berperan mengingatkan teman-temannya akan arti agama. Maklumlah, Sahara adalah anak dari seorang tokoh agama didaerah tersebut.
Tokoh keturunan Cina yang satu bangku dengan Sahara adalah A kiong. Seorang keturunan China miskin yang tetap ingi sekolah. A kiong melihat segala sesuatunya dengan pandangan yang lurus, yah itulah A kiong. A Kiong memiliki saudara perempuan yang ditaksir berat oleh si Ikal, A Ling namanya.
Borek adalah manusia yang paling susah diatur dalam kelas. Harun, seorang anak yang berjalan dengan bentuk kaki yang berpola menyilang,. Harun adalah penyelamat SD Muhammadiyah. Dengan masuknya Harun, SD Muhammadiyah tetap bisa berjalan. Karena pada masa itu jumlah minimal kelas harus berjumlah sepuluh orang. Jangan lupakah Syahdan, seorang yang datang dengan kesendirian, sampai mendaftar sekolahpun juga sendiri. Mereka diketuai oleh Kucai, seorang yang suka untuk menjadi pemimpin.
Mereka memiliki kekuatan kebersamaan yang mengental. Mungkin karena mereka selalu bersama-sama. Kebersamaan mejadi kekuatan mereka tetap utuh. Ketika ibu muslimah mengalami syok yang luar biasa karena meninggalnya pak harfan, Lintang dan Ikal berhasil mengkoordinir teman-temannya  kembali ke sekolah untuk belajar bersama-sama.
Ibu Muslimah sendiri adalah anak dari sahabat Bapak harfan, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Belitong. Pak Harfan dan Ayah ibu Muslimah adalah beberapa orang yang termasuk pendiri dari SD Muhammadiyah Belitong. SD Muhammadiyah adalah pengalaman pertama ibu Muslimah dalam mengajar dan merupakan tonggak keberhasilan ibu Muslimah dalam melakukan manajemen terhadap anak-anaknya. Keputusan beliau memilih Kucai patut diacungi jempol, karena Kucai terhitung dituruti oleh anak-anak yang lain, meskipun tetap saja berantakan. Penunjukan Mahar sebagai ketua dalam acara Festival terbukti mampu menghasilkan piala satu-satunya dalam SD tersebut. Dalam cerdas cermat, racikan Bu Muslimah mampu membuatnya mengalahkan SD PN Timah yang memiliki berbagai kelebihan. Malah, akibat hal tersebut ada seorang anak SD PN Timah yang pindah ke sekolah tersebut.
Sosok yang terakhir adalah pak Harfan. Pak Harfan adalah Kepala Sekolah dari SD Muhammadiyah tersebut. Beliau merupakan salah satu pendiri sekolah tersebut. Beliau merawat sekolah tersebut selayaknya rumah beliau sendiri. Beliau mengesampingkan sakit beliau demi kemajuan SD Muhammadiyah. Pak Harfan mampu menenangkan anak-anaknya dengan cerita agama dan mampu membimbing anak-anaknya dalam beribadah. Beliau menolak membubarkan sekolah, karena beliau berketetapan bahwa sekolah tersebut adalah sekolah islam pertama di tanah belitong yang mampu memberikan pendidikan keagamaan di tanah belitong tersebut, tidak patut untuk di tutup.
Anak-anak dalam kelompok laskar bisa direpresentasikan sebagai anak buah yang memiliki tingkat kemampuan berbeda, mereka mampu menjalin kekompakan dalam tim. Kekurangan mereka mampu ditutupi oleh yang lain. Seorang Borek pun bisa menjadi penyenang bagi yang lain si ”Samson” ini mampu membuat Lintang tergelak dengan idenya. Harun saja, masih memiliki arti meskipun perlu Bu Muslimah disetiap kenaikan kelas. Ketika kekurangan disadari oleh tim, dan tim tetap mampu mengolah diri sehingga menjadi tim yang solid seperti kemenangan SD Muhammdiyah dalam ajang Ferstival dan Cerdas Cermat.
Bu Muslimah merupakan seorang supervisor yang handal. Apa yang ada dalam pikirannya adalah, bagaimana membuat anak buahnya bisa berdiri tegak. Bu Muslimah mengesampingkan penghasilan yang didapat. Bahkan Bu Muslimah mencari penghasilan lain untuk mencukupi hidupnya. Dalam novel , bagaimana diceritakan senangnya Bu Muslimah ketika Harun menjadi murid kesepuluh dan senangnya bu Muslimah ketika tahu ada muridnya yang mampu memahami apa yang dia ajarkan. Bu Muslimah tidak bergeming mengajar ketika kelasnya terkena hujan dan berantakan. Dengan gembira beliau mengajak anak-anaknya untuk belajar di alam bebas (istilah sekarang ”out bond”).
Seorang pemimpin yang patut dipuji, Pak Harfan. Menjadi tameng bagi institusinya, meskipun institusinya dengan kasat mata akan rubuh. Pak Harfan dengan lembut menjadi pembimbing bagi Bu Muslimah dan Pak Bakri. Membiarkan Pak Bakri berkembang lebih luas, meskipun berdampak buruk bagi sekolahnya. Tetap tegar dimata Bu Mus dan anak-anak, bahkan mengerjakan sendiri memperbaiki sekolah yang dipimpinnya. Tipikal pemimpin yang bersikap welas asih, namun tegas. Jangan diartikan penuh belas kasih. Salah satu bentuk tersebut yang membuat SD PN Timah menghormati SD Muhammadiyah, meskipun sampai beliau meninggal.
Konsep Organisasi, kebersamaan, dan kepemimpinan sederhana yang coba ditunjukkan dalam novel Laskar Pelangi ini.

Tidak ada komentar: