Tentang Mukomuko
Pada awal tahun 2003, provinsi Bengkulu bertambah tiga kabupaten baru yang ditetapkan
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003, yakni Kabupaten Bengkulu Utara
dimekarkan menjadi Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Mukomuko. Adapun
Bengkulu Selatan menjadi Bengkulu Selatan, Seluma, dan Kaur.
Sama seperti kabupaten lainnya di bengkulu, Mukomuko
pun tidak terlepas dari bencana Gempa bumi. Pada tanggal 13 September 2007
terjadi gempa bumi yang memporak porandakan sebagian penduduk Mukomuko, terutama
di kecamatan Lubuk Pinang
Kalau berada di Bengkulu, tidak terkecuali di
Mukomuko, akan menemukan komunitas suku Jawa, Sunda, Minang, dan lain
sebagainya. Bengkulu sejak zaman kolonial Belanda dijadikan "tanah
harapan" bagi penduduk luar Bengkulu. Belanda mulai mendatangkan
transmigran dari Pulau Jawa sejak tahun 1930.
Pengiriman transmigran ke Bengkulu dilakukan
kembali oleh pemerintah Indonesia sejak 1967. Bahkan, Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1973 menetapkan Provinsi Bengkulu dan sembilan
provinsi lainnya sebagai daerah transmigrasi di luar Pulau Jawa. Salah satu
kabupaten tujuan transmigran adalah Bengkulu Utara dan kebijakan itu berlanjut
hingga sekarang. Tahun 2004 Bengkulu masih mendapat tambahan transmigran.
Wilayah Mukomuko meliputi lima kecamatan, yakni
Lubuk Pinang, Teras Terunjam, Pondok Suguh, Mukomuko Selatan, dan Mukomuko
Utara. Wilayah ini dikenal sebagai penghasil palawija dan perkebunan. Tiga dari
lima kecamatan mempunyai garis pantai yang bersinggungan dengan Samudra Hindia.
Ketika diadakan sensus penduduk tahun 2000, lima
kecamatan tersebut masih bagian Kabupaten Bengkulu Utara, dihuni 137.994 jiwa.
Dari jumlah itu 37,4 persen suku Jawa, 6,3 persen suku Sunda, 5, 4 persen
Minangkabau, dan sisanya dari Bali, Bugis, Melayu, Rejang, Serawai, Lembak, dan
lainnya.
Setiap keluarga migran disediakan tanah dua
hektar. Mayoritas transmigran dari Jawa adalah petani. Kini sentra-sentra
penduduk migran itu tumbuh menjadi sentra ekonomi.
Sektor pertanian yang meliputi tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan menjadi tulang punggung
perekonomian kabupaten baru ini. Dari sensus yang sama diketahui penduduk yang
bekerja 63.494 jiwa. Sebesar 77,8 persen atau 49.399 jiwa menggeluti pertanian.
Sisanya menggantungkan hidup di sektor industri pengolahan, perdagangan,
angkutan, jasa, dan sektor lainnya.
Tahun 2002, ketika masih menjadi wilayah Bengkulu
Utara, Mukomuko menghasilkan 39.532 ton padi, terdiri atas 34.689 ton padi
sawah dan 4.843 ton tadah hujan. Produksi padi tersebut 29 persen berasal dari
Bengkulu Utara. Palawija yang dihasilkan wilayah ini merupakan 50 persen
produksi Bengkulu Utara.
Produksi jagung 21.529 ton (69 persen), ubi kayu
24.608 ton (61 persen), kedelai 646 ton (64 persen), dan kacang hijau 763 ton
(52 persen). Adapun ubi jalar dan kacang tanah di bawah 50 persen.
Penghasilan petani tiga tahun ke depan diramalkan
meningkat bila pembangunan proyek irigasi bendungan Air Manjunto Kanan selesai
sesuai rencana. Bendungan yang menaikkan air Sungai Air Manjunto ini akan
melewati Desa Lalangluas, Salatiga, Lubuk Pinang, Lubuk Gedang, dan membasahi
ladang-ladang tadah hujan di permukiman para transmigran yang ada di sana.
Konon, bendungan yang dananya berasal dari
bantuan Jepang ini akan mampu mengairi sawah 4.919 hektar. Petani yang tadinya
panen sekali setahun bisa menanam padi dua kali dan palawija sekali setahun.
Lahan kering yang tadinya hanya mengandalkan air
hujan akan terjangkau saluran irigasi teknis. Bulan Oktober 2003 Japan Bank
International Corporation (JBIC) menyetujui untuk mengucurkan dana Rp 112
miliar selama tiga tahun anggaran dan pelaksanaannya dimulai akhir 2004 dan
perkiraan selesai pertengahan 2009 untuk pekerjaan saluran induk.
Sebagian luas bumi Mukomuko juga diusahakan untuk
perkebunan. Paling tidak di sana terdapat 63.669 hektar lahan perkebunan rakyat
yang ditanami kopi, lada, cengkeh, karet, kayu manis, kelapa, kelapa sawit,
kemiri, dan kapuk. Andalan utamanya adalah kelapa sawit, kelapa, kopi, karet,
kayu manis, dan lada.
Bagi penduduk Mukomuko, perkebunan ini sangat
berarti karena asap dapur 30.711 rumah tangga penggarap selalu mengepulkan
asap. Tahun 2002 produksi kelapa sawit 108.089 ton atau 62 persen produksi
seluruh Bengkulu Utara. Disusul kelapa 3.395.800 ton (52 persen), karet 36.571
ton (32 persen), lada 79 ton (26 persen), kayu manis 936 ton (68 ton), dan kopi
1.765 ton (18 persen).
Garis pantai yang berhadapan dengan Samudra
Hindia merupakan ladang kehidupan nelayan kabupaten ini. Tahun 2002 para
nelayan mampu menangkap ikan 52.869 ton senilai Rp 158,6 miliar. Jumlah itu
merupakan tiga perempat produksi ikan laut Bengkulu Utara.
Potensi kelautan kabupaten yang baru berumur satu
tahun ini belum optimal dimanfaatkan. Tahun 2002 di Mukomuko terdapat 2.134
rumah tangga nelayan. Selama ini mereka menggunakan kapal motor, perahu motor
tempel, perahu tradisional, payang, jaring pantai, dan juga pancing saat
menangkap ikan. Ke depan, laut bukan saja menjadi gantungan hidup nelayan,
namun menjadi andalan perekonomian wilayah ini.
Sementara itu, perikanan darat yang sekarang 173
hektar dipastikan mengalami peningkatan bila bendungan irigasi Air Manjunto
terealisasi. Tahun 2002, dari kolam ikan petani dihasilkan 279 ton ikan yang
bernilai sekitar Rp 2 miliar.
Para transmigran tidak hanya mengolah tanah.
Mereka juga membawa kebiasaan dari tanah asal, di samping bertani juga
beternak. Tenaga sapi dan kerbau bisa dimanfaatkan menggarap sawah. Selebihnya
binatang tersebut juga merupakan tabungan keluarga. Paling tidak hingga akhir tahun
2002 terdapat 8.295 sapi, 5.550 kerbau, dan 12.985 kambing.
Pertanian dan juga petaninya jelas sangat
bergantung pada melimpah tidaknya air yang mengalir di tempat mereka tinggal.
Sungai yang melewati daerah mereka bersumber dari hutan-hutan di sekitar tempat
hidup mereka. Sebut saja salah satunya Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan
daerah penyangganya.
Rusaknya hutan di daerah penyangga di Mukomuko
berpengaruh pada debit air sungai yang menjadi harapan para petani. Kalau itu
terjadi, pertanian yang diharapkan menjadi saka guru perekonomian bisa-bisa akan
semakin berkurang.
Sumber:berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar