CINTA KEHIDUPAN AKHIRAT
Suatu ketika Rosulullah SAW berjumpa seorang pemuda dari
kalanga Anshar, Haritsah namanya. “Bagaimanakah keadaanmu hari ini, wahai
haritsah?, Tanya Rosul. “Saya kini menjadi seorang Mukmin yang
sungguh-sungguh.” Jawab Harisah. “Wahai Haritsah, hati-hati dengan perkataanmu.
Sebab setiap ucapan ada bukti hakikinya.” “Ya Rosulullah jiwaku jemu dari
dunia, sehingga saya bangun malam dan puasa di siang hari. Kini, seolah-olah
saya berhadapan dengan Arasy, dan melihat ahli surga saling menziarahi,
sebagaimana aku melihat ahli neraka sedang menjerit-jerit di dalam nya”. Rosul
kemudaian bersabda. “Engkau telah melihat, maka tetapkanlah (Jangan berubah).
Engkau seorang hamba yang telah diberi cahaya iman dalam hati”. Haritsah
berkata, “Ya Rosulullah, do’akan aku agar mati syahid”. Rosul pun berdoa
seperti diminta Haritsah. Dikemudian hari, Allah SWT mengabulkan do’a
Rosulullah SAW. Haritsah gugur sebagai Shuhada.
Orang yang memiliki keyakinan seperti itu akan selalu
berhitung tentang akhirat. Baginya dunia hanya menarik sebagai bekal untuk
akhirat. Saat melihat uang, yang terfikir bukan bagaimana memuaskan nafsu
dengan uang tersebut. Justru berfikir bagaimana uang itu bisa menyelamatkannya
diakhirat kelak. Cinta akhirat tidak harus menjadikan seseorang menjauhi hiruk
pikuk dunia, menyendiri dan tidak peduli dengan dunia luar. Cinta akhirat harus
membuat seseorang lebih produktif berkarya. Hidup tidak tergantung kepada
siapapun selain kepada janji Allah. Ia tidak bergantung kepada gaji. Ia tidak
erlalu yakin dengan harta jabatan atau ketenaran. Ia hanya yakin kepada janji
Allah yang kekal sifatnya.
Rosulullah SAW bersabda, “Barang siapa menjadikan Akhirat
sebagai harapannya maka Allah memberikan kepuasan dalam hatinya, menghimpun
semua impiannya dan dunia pun akan mendatanginya dengan merunduk. Dan barang
siapa menjadikan dunia sebagai cita-citanya, maka Allah akan menjadikan
kemiskinan di depan matanya, membuyarkan semua mimpinya, dan dunia idak akan
mendatanginya melainkan apa yang telah ditentukan baginya (HR.Tirmidzi). Bagi
mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka
kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan
kekafiran mereka. (QS. 10:70) Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan
sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (QS. 11:15). Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka kerjakan. (QS. 11:16). Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan
bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka
akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (QS. 15:3). Yang demikian itu
disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari
akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.
(QS. 16:107). Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia
adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur
karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi
kering yang di terbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu. (QS. 18:45). Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah
kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang disisi Allah adalah
lebih baik dan lebih kekal.Maka apakah kamu tidak memahaminya? (QS. 28:60)
Akherat adalah sebuah alam lain yang benar-benar kekal
didalamnya. Tidak ada janji tertulis didalamnya, hanya kita yang mau dan mampu
saja untuk melakukan tingkat kekuatan untuk yang terbaik di akhirat. Allah Maha
Besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar