Kamis, 17 Agustus 2017

Yuk Kenalan dengan Diabetes Melitus



Yuk Kenalan dengan Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, sarag dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Mansjoer, 2000).
Ada beberapa tipe Diabetes:
  1. Diabetes Mellitus tipe I: Diabetes yang disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh penderita sehingga menyebabkan kerusakan sel beta pankreas. Kerusakan ini menyebabkan penurunan jumlah produksi insulin yang berperan sebagai kunci untuk membuka pintu sel tubuh supaya glukosa bisa masuk. Penderita Diabetes Tipe 1 ini dikenal sebagai Diabetes yang tergantung pada suntikan insulin, dan biasanya muncul pada usia anak – anak.
  2. Diabetes Mellitus tipe II: Diabetes yang terjadi akibat kerusakan pintu sel tubuh sehingga tidak mau terbuka (resistensi insulin). Akibatnya sel tubuh kelaparan dan kadar gula darah meningkat dikarenakan penumpukan glukosa darah. Diabetes tipe ini mulanya diatasi dengan pengaturan pola makan dan latihan fisik. Apabila glukosa darah masih belum terkendali, maka perlu ditambahkan dengan obat diabetes jenis tablet (obat hipoglikemik oral).
  3. Diabetes Mellitus tipe III atau MRDM (Malnutrition related Diabetes Mellitus): Diabetes tipe ini berkaitan dengan radang pankreas (pankreatitis), kelainan hormonal, atau obat – obatan. Diabetes tipe ini diawali dengan kondisi kekurangan gizi (malnutrisi).
  4. Diabetes Mellitus tipe IV (Diabetes pada kehamilan atau Gestasional Diabetes Mellitus): Diabetes yang timbul pada saat kehamilan, yang dikenal sebagai Diabetes Gestasional. Penyebabnya adalah berkurangnya fungsi tubuh selama kehamilan dalam menghadapi naiknya kadar gula darah.
  5. Diabetes tipe lain: Diabetes yang disebabkan oleh penyakit lainnya, misalnya kerusakan hati (sirosis hepatik).
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2011, berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki epidemi Diabetes Mellitus tipe 2.
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel b pulau langerhans akibat proses autoimun, sedangkan Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatid sel b dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel b tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun ada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel b pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer, 2000).
Menurut Kementrian Kesehatan pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia lebih dari usia 15 tahun yang mengidap Diabetes sebanyak 6,9%. Prevalensi Diabetes tertinggi yang terdiagnosis oleh dokter di Indonesia adalah:
  • Yogyakarta (2,6%)
  • DKI Jakarta (2,5%)
  • Sulawesi Utara (2,4%)
  • Kalimantan Timur (2,3%)
Wanita di perkotaan dengan pendidikan tinggi mempunyai prevalensi Diabetes yang cenderung lebih tinggi dibandingkan laki – laki. Kelompok umur yang paling banyak mengidap Diabetes adalah 45 – 52 tahun dengan resiko Diabetes yang meningkat seiring penambahan usia. Terutama pada usia diatas 40 tahun. Peningkatan resiko ini dikarenakan terjadi intoleransi glukosa.
Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas dan BB turun. Gejala lain yang meungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensi pada pria serta pruritus vulva pada wanita (Mansjoer, 2000).
Terapi Diabetes bertujuan untuk menormalkan kembali aktivitas insulin dan kadar glukosa darah. Dengan demikian akan mengurangi terjadinya komplikasi. Tips pengelolaan Diabetes dapat dilakukan dengan cara 4 sehat 5 teratur yaitu:
  1. Edukasi Diabetes: rajin mencari informasi atau mengikuti perkembangan mengenai Diabetes sehingga dapat memahami seluk beluk Diabetes beserta cara pengendaliannya
  2. Aktivitas fisik: latihan aktivitas fisik atau olah raga dapat dilakukan selama 3 – 4 kali seminggu selama 30 menit untuk mendapatkan hasil maksimal sehingga gula dalam darah dapat terus digunakan dengan baik melalui latihan fisik
  3. Pengaturan pola makan: penderita Diabetes perlu menjaga pola makan rendah gula dan tinggi serat untuk menjaga gula darah seimbang. Jumlah kalori dibatasi dengan perbandingan 25 kalori x berat badan untuk wanita dan 30 kalori x berat badan untuk laki – laki. Jadwal pengaturan pola makan dibagi menjadi enam kali yang terdiri dari tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan ringan.
  4. Terapi obat atau insulin: setelah pengaturan pola makan dan aktivitas fisik telah dilakukan, asupan terapi obat akan dianjurkan oleh dokter sesuai dengan kebutuhan penderita Diabetes yaitu obat oral atau insulin.
  5. Swa-monitoring glukosa darah/Self-Monitoring of Blood Glucose (SMBG): pemeriksaan gula darah secara mandiri untuk memantau kadar gula darah dalam waktu tertentu

Pemeriksaan penyaringan perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk DM yaitu kelompok usia dewasa tua (> 40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan BBL bayi > 4000 gram, riwayat DM pada kehamilan dan dislipidemia.
Berdasarkan International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2008, SMBG disarankan bagi penderita diabetes tipe II, baik bagi penderita yang menggunakan insulin maupun yang belum menggunakan. Dengan melakukan SMBG, penderita diabetes dapat memantau kadar gula darah secara optimal dan hemat biaya.
International Diabetes Federation (IDF) memiliki beberapa panduan bagi penderita diabetes tipe II yang tidak menggunakan insulin untuk melakukan SMBG:
  • SMBG sebaiknya dilakukan oleh penderita diabetes yang sudah diedukasi.
  • SMBG harus dipertimbangkan sejak awal pasien baru terdiagnosa.
  • SMBG harus dipertimbangkan sebagai bagian dari modul edukasi tentang kemampuan pengaturan pemantuan diabetes oleh masing-masing pasien.
  • Pengaturan Jadwal dan frekuensi SMBG disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien.
  • Sebelum dilakukan SMBG perlu adanya kesepakatan antara penderita diabetes dengan dokternya mengenai tujuan SMBG.
Penggunaan SMBG membutuhkan prosedur yang mudah untuk memantau kinerja dan akurasi alat tes gula darah
                Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan penyaringan ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia > 45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun (Mansjoer, 2000).
Pemeriksaan gula darah secara mandiri dapat dilakukan dengan beberapa jangka waktu ideal yaitu:
  • 2 – 3 hari sekali sesuai kebutuhan penderita Diabetes
  • Dilakukan pada saat sebelum dan sesudah makan. Tes kombinasi tersebut, merupakan contoh paling sederhana dari SMBG yang dilakukan secara terstruktur. Tujuan SMBG terstruktur supaya hasilnya bisa dibaca (interpretasi), sehingga bermanfaat untuk penyesuaian dosis obat.
  • Target hasil tes gula darah:
v  Gula darah puasa / sebelum makan à Dibawah 100 mg/dL
v  Gula darah setelah makan à Dibawah 140 mg/dL
Beda dengan penyakit lain, awalnya penderita diabetes tidak merasakan gejala gangguan penyakitnya. Namun setelah lebih dari 10 tahun, jika kadar gula darahnya tidak dikendalikan, akan timbul komplikasi yang berbahaya.

Tidak ada komentar: