Jumat, 11 Agustus 2017

MOTIVASI KERJA



BIG PAPER MOTIVASI KERJA
Menarik apa yang dilakukan oleh Luthfi Mardiansyah dalam menanggulangi demotivasi di tubuh PT. Pfizer Indonesia (PI). Luthfi pada Februari 2007 ditugaskan sebagai Chief Executif Organization (CEO) pada PI, menggantikan ekspatriat saat itu. Tugas Luthfi adalah mengembalikan kejayaan PI kembali (yang pada saat itu mengalami penurunan penjualan pada kuartal pertama sampai 30%).
Setelah kurang lebih tiga bulan mempelajari keadaan PI, Luthfi mulai memetakan masalah yang terjadi pada PI. Oganisasi yang terlalu banyak pegawai, demotivasi dalam tubuh pegawai, dan ketidakpastian yang ada dalam benak pegawai terhadap masa depan PI.
Langkah yang dilakukan oleh Luthfi adalah menjalin komunikasi, komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal adalah dengan menjelaskan kepada semua karyawannya mengenai sistem kerja dan kepastian langkah PI kedepan. Kemudian dilanjutkan dengan perampingan sistem. Perampingan sistem ini untuk memudahkan PI dalam pengambilan keputusan. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan perampingan pegawai. Perampingan ini untuk mengurangi “kegendutan” jumlah pegawai. Komunikasi dilakukan secara intensif untuk langkah PHK ini, sehingga efek negatif tidak muncul. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan sistem manajemen serta perbaikan sistem insentif. Sistem karir terpadu dilakukan untuk menunjang penjualan.
Untuk komunikasi eksternal, Luthfi menjelaskan kepada setiap pelanggannnya dipelosok negeri  bahwa PI tetap berkibar dan siap melayani sepenuh hati. Langkah komunikasi eksternal dicontohkan oleh Luthfi salah satunya dengan menunggu pasien dokter sampai akhir dan menemui dokter walaupun harus jam 12 malam, hal yang tidak dilakukan oleh kompetitor.
Efeknya, dari tahun 2007 sampai 2010 PI berhasil membukukan penjualan menyentuh 853 milyar, kurang sedikit dari target 1 trilyun pada tahun 2012. PI pada tahun tersebut berhasil menembus pangsa pasar sebesar 4,3% (penguasa pasar adalah Kalbe dengan 7,7%)
Teory Y Douglas McGregor begitu kental di PI setelah tahun 2007. Bagaimana PI memposisikan kerja bagi karyawannya menjadi kegiatan yang menyenangkan dengan fasilitas dan insentif yang telah ditata ulang. Kemudian karyawan diajak untuk menyalurkan emosinya secara lepas, sehingga penyaluran emosi yang lepas ini tidak mempengaruhi semangat kerja karyawan tersebut. Karyawan diberi sarana dan kebebasan dalam mencari terget kerjanya, asal sesuai dengan norma yang ditentukan perusahaan. Teori Y ini terlihat dengan slogan komunikasi, komunikasi, dan komunikasi yang diterapkan Luthfi. Komunikasi secara intens dan frekuentatif selalu dilakukan luthfi melalui email. Manajemen selalu menggembar-gemborkan teamwork, kolaborasi, dan dialog terbuka dalam tubuh PI. Manajemen PI memangkas jalur birokrasi, sistem manajemen kinerja, dan system insentif agar mempermudah pengambilan keputusan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap  kecepatan dan efektifitas kinerja. Dinamisasi tim dilakukan dengan mendatangi tim-tim yang bekerja dilapangan dan menemani mereka. Luthfi sering melakukan kunjungan-kunjungan kecabang untuk makan bersama dan mendengarkan kritikan dan curahan hati para pekerjanya.
Menurut Hofstede ada empat kultur yang mempengaruhi manajer dan karyawan, yakni individualisme dan kolektivitas, jarak kekuatan atau kewenangan, penghindaran dari situasi yang meragukan, dan kuantitas kehidupan versus kualitas kehidupan. Luthfi menekankan pada kolektivitas sebagai pola kerjanya.hal tersebut terlihat pada slogan awalnya yakni komunikasi, komunikasi, dan komunikasi. luthfi menekankan pada teamwork, kolaborasi, dan dialog terbuka. Ruang untuk aktualisasi diri adalah dalam kelompok. Hal tersebut bisa diartikan bahwa ruang untuk berkembang adalah dengan kelompok. Luthfi selalu melakukan cek terhadap kelompok dengan pola dinamisasi kelompok, selalu mendatangi tim-tim yang sedang bekerja. Sokongan manajemen yang luar biasa. Untuk kekuatan/kewenangan, Luthfi memangkas birokrasi kerjanya hanya untuk mempermudah pengambilan keputusan. Jarak antara top manajemen dengan pihak karyawan dipangkas dengan melakukan kumpul-kumpul bareng ditiap cabang dengan dilakukan makan bersama. Jangan dirtikan bahwa makan bersama ini adalah makan direstoran atau aula yang resmi. Makan bersama ini dilakukan secara sederhana, dipinggir jalan. Acara makan-makan ini juga termasuk acara sarasehan antar karyawan dan ungkapan hati para karyawan. Ungkapan hati ini terdiri dari kritikan dan curahan hati para karyawan kepada top manajemen tanpa dihalang-halangi. Jarak antar level coba dihaluskan oleh Luthfi dengan pola dinamisasi kelompok. Suatu program dimana Luthfi atau jajaran lainnya ikut melakukan pemasaran produk, meskipun harus menunggu jam 12 malam. Penghindaran situasi yang meragukan. Pola ini dilakukan dengan secara pasti melakukan pemangkasan saluran birokrasi dan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan. Dalam hal ini melakukan efisiensi dan efektifitas kinerja dengan cepat dan terarah. Luthfi melakukan sosialisasi visi dan misi kepada semua karyawannya, hal ini memiliki keunggulan pada samanya visi dan misi semua karywan PI. Visi dan misi ini bisa seragam karena disosialisasikan langsung CEOnya. Sosialisasi positioning perusahaan juga dilakukan terhadap distributor dan pihak dokter. Luthfi meyakini bahwa dengan posisi yang jelas dan tujuan perusahaan yang diketahui oleh para pelanggan, pelanggan akan menjadi nyaman dengan PI. Luthfi juga mengimplementasikan kuantitas kehidupan dan kualitas kehidupan. Luthfi menekankan pada kulitas hidup dahulu baru kemudian akan muncul kuantitas hidup. Upaya perbaikan kualitas diperlihatkan dengan pemangkasan jalurbirokrasi, pemberian target penjualan di tiap cabang, dan dorongan untuk melakukan penjualan kepada produk-produk yang kurang popular dimata pelanggan. Pengembangan kualitas ini dikemuadian akan menimbulkan kuantitas pada hidup karyawan PI. Pemangkasan birokrasi membuat suatu keputusan menjadi lebih cepat. Pemberian target akan menimbul insentif, dan pemberian bonus besar pada hasil penjualan produk-produk yang kurang popular.
Dalam hal peningkatan demotivasi PI, Luthfi bisa jadi menerapkan teori kebutuhan Mc. Clelland. Teori kebutuhan Mc Clelland adalah teori kebutuhan yang berdasarkan pada tiga kebutuhan manusia, need for achievement (kebutuhan akan prestasi), need for affiliation (kebutuhan akan hubungan social), dan need for power (dorongan untuk mengatur). Kebutuhan untuk berprestasi adalah merupakan dorongan untuk menjadi yang terbaik, mencapai kesuksesan sesuai dengan standar yang telah berlaku atau telah ditetapkan, selalu berjuang untuk mencapai keinginannya atau keberhasilannya. Luthfi melakukan analisa terhadap PI selam tiga bulan, kemudian melakukan langkah-langkah kritikal, hasilnya adalah pencapaian target 1 triliun pada 2012. Usaha tersebut kemungkinan besar terlaksana, karena pada tahun 2010 telah membukukan penjualan 853 milyar.  Kebutuhan akan hubungan sosial dilakukan Luthfi antara pihak internal dengan pihak eksternal. Kunjungan rutin ke kantor-kantor cabang, acara makan-makan bersama ditiap cabang, dan menemani tim dalam proses dinamisasi kelompok. Untuk kunjungan eksternal, Luthfi sering melakukan kunjungan ke pelanggan-pelanggan, hal ini untuk mempermudah komunikasi dan penghormatan kepada pelanggan dari pihak PI. Dalam hal dorongan untuk mengatur, Luthfi melakukan langkah-langkah pengaturan PI untuk keberhasilan kedepan. Langkah tersebut seperti pemangkasan jalur birokrasi, PHK beberapa karyawan, pemberian target kerja, dan perbaikan system manajemen kinerja serta system intensif.
Luthfi juga memberikan insentif  kepada karyawan pada keadaan tertentu, menimbulkan motivasi tersendiri bagi karyawannya. Proses yang dilakukan oleh Luthfi sejalan dengan Teori karakteristik tugas. Teori karakteristik tugas adalah suatu teori yang mengidentifikasikan berbagai karakteristik tugas dari pekerjaan-pekerjaan, bagaimana karakteristik-karakteristik ini digabungkan untuk menciptakan berbagai jenis pekerjaan yang berbeda dan hubungan dari karakteristik-karakteristik ini dengan motivasi, kepuasan, dan prestasi kerja karyawan. Teori karakteristik Tugas yang dilakukan diperkuat dengan Teori Karakteristik Model Pekerjaan (KMP). Teori ini dimunculkan oleh Hackman dan Oldham pada tahun 1976. Teori tersebut menyebutkan bahwa setiap pekerjaan dapat digambarkan dalam lima dimensi tugas inti, yaitu: variasi keterampilan, identitas tugas, kepentingan tugas, otonomi, dan umpan balik. Dari sudut pandang motivasi modelini menyatakan bahwa penghargaan intrnal diperoleh dari individu ketika dia belajar dari hasil kerjanya dengan tanggung jawab pribadidan ternyata berguna serta bernilai buat orang lain atau pihak lain.
Dalam hal ini prestasi kerja karyawan merupakan penopang utama PI. Prestasi kerja dalam hal ini beriringan dengan pencapaian tujuan organisasi. Robbins pada tahun 1993 mengklasifikasikan Manajemen By Objectives (MBO). MBO adalah sebuah program manajemen meliputi berbagai tujuan spesifik, yang ditetapkan secara partisipatif, untuk jangka waktu yang telah ditetapkan dengan pemberian umpan balik tentang kemajuan pencapaian tujuan. MBO ini merupakan merupakan salah satu konsep dasar manajemen untuk mencapai tujuan umum organisasi.
Kompensasi yang diberikan oleh PI dalam hal ini intensif dalam beberapa hasil kerja yang ditetapkan merupakan salah satu system tambahan pembayaran. System ini merupakan salah satu bentuk pengukuran kinerja karyawan yang mudah terlihat. Kompensasi terhdap pretasi kerja ini sejalan dengan teori ekspektasi. Teori ekspektasi ini berasal dari Viktor Vroom pada tahun 1993. Teori tersebut menerangkan bahwa kekuatan dari kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu tergantung pada adanya daya tarik hasil tersebut kepada individu yang bersangkutan. Seharusnya karyawan memiliki ekspektasi antara hasil kerja dengan hasil yang akan diperoleh. Pemberian intensif dan pemberian bonus dalam proses suatu kegiatan yang dilakukan PI merupakan suatu penghargaan PI kepada karyawannya ketika karyawan tersebut bekerja keras untuk kemajuan PI sesuai dengan yang telah ditentukan oleh PI. Hubungan antara keuntungan dengan yang elastis dengan teori ekspektasi ini yakni menggunakan argumen bahw asemua karyawan memiliki kebutuhan yang sama.
James Miller memberikan kodifikasi yang bagus dalam bukunya Best Boss Worst Boss. Buku ini. Buku ini memberikan titik ekstrim kumpulan atasan yang baik atau kumpulan atasan yang buruk. Menurut buku ini. Luthfi bisa dikategorikan atasan yang humanis, si pemandu, si baik hati, dan si tenang dan penyabar. Lutfi si humanis, hal ini bisa dilihat pada cara Luthfi melakukan kekuatan komunikasi sebagai acuan utamanya baik terhadap internal maupun eksternal. Luthfi melakukan kunjungan secara rutin ke daerah hanya untuk mendengarkan curahan hati dan kritikan karyawannya sembari makan-makan bersama di warung pinggir jalan. Perhatian terhadap karyawan dengan pemberlakuan intensif begitu meningkatkan semangat karyawan. Ketika melakukan PHK, Luthfi melakukan komunikasi secara intens, hal ini membuat suasana di PI pasca PHK tidak menjadi negatif atau menjadi panas. PI adalah keluarga bagi Luthfi, disetiap kunjungan, acara kumpul bareng menjadi agenda utama baginya.
Dalam hal si pemandu, Luthfi mampu memandu PI menjadi perusahaan farmasi terbesar kedua di Indonesia. Tidak perlu diragukan lagi seberapa besar pengaruh panduannya. Luthfi menekankan pada team work, dialog terbuka, dan dinamisasi kelompok. Kebersamaan dalam keberhasilan PI menjadi kamus utama bagi Luthfi. Keterbukaan diantara karyawan menjadikan kerja menjadi terarah dan terfokus. Team work akan membantu seseorang yang belum mengerti menjadi mengerti. Keterbukaan akan menimbulkan keingintahuan terhadap ketidaktahuan. Kritik yang diperbolehkan menjadi cambuk bagi perusahaan untuk terus maju.
Luthfi masuk dalam kategorisasi si baik hati. Luhfi memangkas jalur birokrasi agar memudahkan perusahaan bergerak. Luthfi menata manajemen kinerja agar lebih ringkas dan berdaya guna. System intensif dirombak dengan berbasis pada kinerja. Ketika kinerja meningkat, intensif ini juga akan mengikuti. Pola tersebut merupakan salah satu pengukuran kinerja yang paling mudah terlihat. Selalu mendatangi tim-tim yang sedang beroperasi dan menemani mereka akan meningkatkan semangat kerja para karyawan. Ikut menjelaskan kepada pelanggan tentang visi dan misi perusahaan membuat karyawan merasa dibantu secara penuh oleh top manajemen.
Luthfi menerapkan ketenangan dan kesabarannya dalam mengelola PI. Luthfi melakukan analisa dahulu sebelum melakukan perombakan terhadap PI. Setelah analisa didapat, Luthfi mulai menentukan visi dan misi. Visi dan misi perusahaan ini disosialisasikan Luthfi dan top manajemen keseluruh cabang dan dan pihak distributor serta pelanggan lain. Langkah selanjutnya adalah merampingkan perusahaan baik sistem maupun SDM.  Penetuan intensif kemudian dibentuk. Dalam tiga tahun, hasil tersebut mulai dapat dilihat.
Sumber:
·         James B. Miller (1998). Best Boss Worst Boss
·         Kreitner/Kinicki (2007). Organizational Behavior Ninth Edition
·         Locker/Kaczmarek (2008). Business Communication Fourth Edition
·         Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi
·         Sudarmadi dan Rachmanto Aris D. (2010). Merajut Kembali Masa Depan Pfizer
·         Syukran Ma’sum (2008). Hubungan Kepemimpinan, iklim, dan Kepuasan terhadap Pegawai kantor Pusat Universitas mataram
·         www.swa.co.id

Tidak ada komentar: