Kamis, 10 Agustus 2017

Pulau Timor



Pulau Timor

Alam kabupaten ini panas dan kering-dengan suhu maksimum 35,2(bulan Oktober) dan minimum 18 derajat Celcius (bulan Juli) -disertai musim kemarau yang lebih panjang dari musim hujan. Di balik udara yang kering dan panas itu, Bumi yang dihuni keturunan Ina Pakawurungu-Ama Pakawurungu yang artinya Ibu dan Bapak Semesta ini dikaruniai hamparan padang sabana yang luas, puluhan jenis rumput berkualitas, dan 88 sungai serta mata air yang tak kering di musim kemarau. Mata pencaharaian utama penduduk ialah beternak, bercocok tanam subsisten hanyalah didaerah yang tergolong subur atau untuk memenuhi kebutuhan sendiri saja.

Timor telah ada sebelum masa kedatangan Portugis. Berdasarkan penelitian bahasa, kata Cupa dari Bahasa Spanyol atau merupakan bahasa Inggris kuno, Cupa, Atau Cuppe yang artinya Kendi berukir indah. Pada masa penguasaan Portugis maupun Belanda, Kupan ditulis dan diucapkan dalam lima versi yaitu Cupao, Coupan, Cupam, Kopan, dan Koepang.
Pulau Timor Sudah Dikenal Sejak Abad Ketujuh, Kayu Cendana yang ada di Pulau Timor dikenal berkualitas baik. Dalam sebuah dokumen Cina yang ditulis oleh Chau Ju Kua, mencatatkan, pada masa itu pulau Timor disebut dengan Tiwu, sebuah daerah yang terkenal dengan kayu cendana. Di zaman Kerajaan Hindu-Jawa, Kerajaan Kediri melakukan hubungan dagang atau barter dengan raja-raja di wilayah Timor, atau raja-raja taklukan di Pulau Timor membayar upeti kayu cendana kepada Raja di Kediri. Dalam buku Negarakertagama, wilayah Timor Kepulauan termasuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit.
Sebuah catatan Cina yang ditulis Hsing-Cha Shenglan, menyebutkan di Kih-Ri Timun (diyakini Pulau Timor) waktu itu terdapat dua belas tempat penampungan Kayu Cendana, (Twelve Ports Ormercantile Establisment), dua belas pelabuhan/kelompok kegiatan perdagangan masing-masing dibawah pengawasan seorang pemimpin. Pelabuhan tersebut Adalah: Kupang, Naikliu, Oekusi, Atapupu, Betun, Boking, Kolbano, Bitan, Elo Abi, Bijeli, Oepoli, dan Nefokoko. Dari keduabelas tempat inilah pedagang Cina dan Jawa mengangkut kayu Cendana ke Kediri, Sumatra (Sriwijaya), Jazirah Melayu (Malaka), dan wilayah asia lainnya. Sistem perdagangan ketika itu masih sistem barter, barang substitusi seperti tembikar, manik, sutera, barang-barang atau peralatan besi yakni sejenis kapak, parang, pisau dan sebagainya.
Ketika Portugis berhasil merebut Goa, sebuah wilayah di pantai barat India tengah, Pada Tahun 1511 berhasil merebut Malaka saat itu pusat perdagangan Asia Tenggara, Portugis melakukan ekspansi ke Maluku (rempah-rempah) dan Solor/Flores (kayu cendana). Armada Ferdinand Magellan (dua kapal) singgah di Alor dan Timor (Kupang). Salah satu kapal karam dan hancur. Salah satu jangkar raksasa kapal hingga kini masih ada di Pantai Rote. Satu kapal lainnya lolos dari ombak dalam perjalanan ke Sabu, ke Tanjung Harapan dan ke Spanyol. Kapal tersebut dikenal dengan nama Kapal Victory.
Sesudah Tahun 1900, kerajaan di NTT (Nusa Tenggara Timur) umumnya berubah menjadi swapraja. Swapraja tersebut, 10 di Pulau Timor ( Kupang, Amarasi, Fatuleu, Amfoang, Molo, Amanuban, Amanatun, Mio Mafo, Biboki, dan Insana) satu di Pulau Rote, Satu Di Pulau Sabu, 15 Di Pulau Sumba ( Kanatang, Lewa-Kanbera, Takundung, Melolo, Rendi Mangili, Wei Jelu, Masukaren, Laura, Waijewa, Kodi-Laula, Memboro, Umbu Ratunggay, Ana Kalang, Wanokaka, dan Lambaja), sembilan di Pulau Flores (Ende, Lio, Larantuka, Adonara, Sikka, Angada, Riung, Nage Keo, dan Manggarai), tujuh di Pulau Alor-Pantar (Alor, Baranusa, Pantar, Matahari Naik, Kolana, Batu Lolang, dan Purema). Swapraja terbagi menjadi bagian yang lebih kecil. Wilayah tersebut disebut Kafetoran yang dipimpin seorang Fetor. Nusa Tenggara Timur waktu itu wilayah hukum Karesidenan Timor dan daerah takluknya. Karesidenan Timor dan daerah bagian barat (Timor Indonesia waktu itu, Flores, Sumba, Sumbawa serta pulau-pulau kecil sekitarnya seperti Rote, Sabu, Alor, Pantar, Lomblen, Adonara, dan Solor).
Pada tahun 1950 dihapusnya Dewan Raja-Raja. Bulan Mei 1951 Menteri Dalam Negeri NIT Mengangkat Y.S. Amalo menjadi Kepala Daerah Timor Dan Kepulauannya menggantikan H.A.Koroh. Pemerintah membagi Daerah Propinsi Nusa Tenggara dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintahan RIS No. 21 Tahun 1950, (Lembaran Negara RIS Tahun 1950 No.59). Berdasarkan Undang-Undang No.64/1958 Propinsi Nusa Tenggara menjadi Daerah Swa Tantra Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan NTT (Nusa Tenggara Timur). Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur meliputi daerah Flores, Sumba dan Timor.
Timor, ternyata menyimpan sejarah yang panjang. Kekayaan alam Timor sudah jauh melebihi ketenaran Hindia Belanda dengan hasil alamnya. Portugis dan Belanda pun rela berbagi daerah karena begitu menggiurkannya Timor masa itu. Indonesia sudah seharusnya mengembalikan ketenaran dan kekuatan Timor menjadi cantik seperti dulu.
\Sumber:


Tidak ada komentar: