Kebebasan Tersebut Bernama Lomografi
APA perbedaan lomografi dan fotografi? Pertanyaan ini kerap
menggoda pegiat di kedua bidang, juga orang awam yang penasaran.
Ada yang bilang, kalau fotografi tidak asal jepret,
sedangkan lomografi asal jepret. Kerap juga dibilang, kalau ditinjau dari segi
teknis fotografi, hasil lomografi akan jauh di bawah standar, dan segala macam
"kesalahan teknis" lainnya.
Namun demikian, lomografi seakan sebuah fenomena tersendiri
dalam dunia citraan. Lomografi menabrak berbagai peraturan yang ada. Jika
dibandingkan dengan fotografi konvensional yang punya banyak aturan yang harus
dipatuhi, seperti shutter, speed, dsb, maka lomografi tidak memiliki aturan
pasti. Apapun itu, sebenarnya tidaklah perlu memperdebatkan tentang keduanya, karena
yang terpenting menyadari ada di dunia mana kita bermain.
Menurut Amanda
Syarfuan, dari Lomonesia, inti dari lomo adalah forget all the rules. Dan
semangat itu pun terlihat dari beberapa karya yang hadir. "Warna merah
atau putih dihasilkan karena banyak cahaya. Memang sengaja nutup film (120 mm)
tidak terlalu ketat, jadinya ada cahaya masuk. Malah ada yang ingin bikin efek,
lalu sengaja merebus filmnya, atau filmnya ditaruh di kulkas, bebas aja
lah!" kata Teguh seraya tertawa.
Satu lagi yang unik dari lomo adalah kameranya. Sebenarnya
kamera-kamera produksi lomo memiliki kecacatan lensa, meski demikian, lomo
mampu memberikan hasil yang khas. Menurut Amanda, yang tak kalah unik adalah
cara memotretnya. Ada yang memotret sambil mengangkat kaki, dan kameranya ada
di bawah kaki, dsb.
"Sebenarnya di Vienna tahun 1999, media lomonya
kebanyakan sudah bukan kertas, namun pakai proyektor. Ini bukan hal baru banget
sih. Kita pernah coba menampilkannnya dalam slide show di komputer dan DJ, tapi
sekarang belum pernah lagi. Ini memang secara visual lebih inviting," kata
Teguh. Pameran masih berlangsung sampai 30 Juni 2007. ***
SUmber : dewi Irma kampus_pr@yahoo.com
1 komentar:
Good!!
Posting Komentar