Selasa, 30 Desember 2014

Syair-Syair Kematian

Syair-Syair Kematian
Untuk apa talqin dibacakan? Apa tujuan pidato kematian diungkapkan?Apakah si mati akan mendengar ucapan yang disampaikan. Mampukah si mati mengikuti modul jawapan yang dibacakan?

Karena kematian tak lain hanya berdiri telanjang di dalam angin
dan melebur di dalam matahari.
Karena kematian tak lain hanya tarikan nafas terakhir
yang membebaskan helaan naik turun tak tenang.
Agar dia bisa naik tanpa rintang menuju Tuhan.

Hanya jika minum dari mata air, kita menang.
Hanya jika mencapai puncak gunung, kita naik.
Hanya jika bumi merangkul jasad, kita menari.

(Dari “Tentang Kematian” Khalil Gibran)

Hai anak muda
jika kau takut mati,
matilah sekarang!
Mati cuma sekali,
kau tak akan mati lagi.
Hakuin (1685-1768)


Satu bulan
satu aku
jalan padang bertabur salju.
Shofu (1848)


Aku menulis, menghapus, menulis lagi
menghapus lagi, dan kemudian
bunga candu mekar.
Hokushi (1718)


Tahun ini aku ingin
melihat seroja
dari sisi lain.
Jakura (1906)


"Firdaus,"
aku bergumam, dalam tidur
dalam kelambu.
Chora (1776)


Kini musim semi telah datang
ke duniaku.
Selamat tinggal!
Bainen (1905)


Perjalanan ke barat
jalan yang dilalui semua orang:
padang bunga.
Baiseki (1716)


Selamat jalan--
Aku lewat saat
embun menyentuh rerumputan.
Banzan (1730)


Oh, aku tak peduli
ke mana awan musim gugur
berarak.
Bufu (1792)


Aku melewati
tahun berlalu--
hari ini batasnya.
Bunzan (1787)


Aku juga pernah melihat rembulan
dan kini, dunia
benar-benar milik kalian.
Chiyoni (1775)


Badai musim gugur:
aku tak punya urusan lagi
di dunia ini.
Ensetsu (1743)


Apa itu kematian?
Bebas, dari diriku sendiri
Ho! Ho!
Ensetsu (1743)


Tahun berakhir:
Aku tak meninggalkan hatiku
di belakang.
Hankai (1882)


Sejak aku lahir
aku harus mati
jadi...
Kisei (1764)


Hari ini
hidupku tercermin di
semarak pagi
Jomei
hidup bagaikan garis lurus, tak pernah kembali ke masa lalu
hidup bukan bulatan bola yang tiada ujung dan tiada pangkal
hidup ini melangkah terus semakin mendekat ke titik terakhir
setiap langkah hilanglah jarak menikmati hidup nikmat di dunia

pesan nabi, tentang mati :
jangan takut mati karena pasti terjadi
setiap insan pasti mati, hanya soal mati
pesan nabi, tentang mati :
jangan lah minta mati datang kepadamu, dan janganlah kau berbuat
menyebabkan mati

tiga rahasia ilahi yang berkaitan dengan hidup manusia :
kesatu tentang kelahiran,
kedua pernikahan
ketiga kematian

penuhi hidup dengan cinta
ingatkan diri saat untuk berpisah
tegakkan shalat lima waktu
dan ingatkan diri saat dishalatkan

pesan nabi : jangan takut mati, meski kau sembunyi dia menghampiri
takutlah pada kehidupan sesudah kau mati, renungkanlah itu
dan pesan nabi" ~Bimbo

Memang mati itu urusan Tuhan, tapi janganlah dengan cara seperti ini…”
(Ratna, salah seorang keluarga korban Bom Kuningan.)

"...Masalah moral, masalah akhlak
Biar kami cari sendiri
Urus saja moralmu, urus saja akhlakmu
Peradilan yang sehat itu yang kami mau
Turunkan harga secepatnya
Berikan kami pekerjaan
Pasti kuangkat engkau
Menjadi manusia setengah dewa..."
(Manusia setengah dewa, Iwan Fals)

     "Ketika aku menemukan kehidupan (duniawi)
     kutemukan bahwa akhir kehidupan adalah kematian,
     namun ketika aku menemukan kematian, aku pun
     menemukan kehidupan abadi. Karena itu, kita harus
     prihatin dengan kehidupan (duniawi) dan bergembira
     dengan kematian. Kita hidup untuk mati dan mati
     untuk hidup."
Konon  Socrates  pernah  berkata,  sebagaimana  dikutip oleh
Asy-Syahrastani dalam bukunya Al-Milal wa An-Nihal (I:297),

     "Sesungguhnya usaha sungguh-sungguh yang lahir
     dari lubuk jiwa saya, itulah yang merupakan bukti
     yang amat jelas tentang keabadian. Jika saya telah
     mencurahkan seluruh hidup saya untuk berkarya,
     maka adalah merupakan hak saya atas alam ini untuk
     menganugerahi saya wujud baru, setelah kekuatan
     saya terkuras dan jasad ini tidak lagi memikul
     beban jiwa."
Abdul  Karim  Al-Khatib  dalam  bukunya Qadhiyat Al-Uluhiyah
(I:214)  mengutip  tulisan   Goethe   (1749-1833   M)  

     "Kematian, yang dikenal sebagai berpisahnya ruh
     dari badan, merupakan sebab yang mengantar manusia
     menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah
     perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain,
     sebagaimana dirtwayatkan bahwa, "Sesungguhnya
     kalian diciptakan untuk hidup abadi, tetapi kalian
     harus berpindah dan satu negen ke negen (yang
     lain) sehingga kalian menetap di satu tempat."
     Raghib
Al-Isfahani:
 (Abdul Karim AL-Khatib, I:217)


Tidak ada komentar: