Minggu, 10 April 2016

Nutfah Amsyaz




Nutfah Amsyaz 

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes Nuthfah amsyaz (yang bercampur).
Kami hendak mengujinya dengan perintah dan larangan Karena itu kami jadikan ia mendengar dan melihat." (Q.S Al Insan 76 : 2).
"Istri-istri kamu adalah ladang untukmu, maka garaplah ladangmu bagaimana kamu kehendaki". Apabila petani menanam tanaman A diladangnya, maka janganlah diharapkan yang tumbuh adalah tanaman B, karena ladang tersebut hanya menerima benih dari penanamnya. Ini berarti yang menentukan jenis tanaman adalah penanamnya, bukan ladangnya. Perempuan atau istri oleh ayat diatas diibaratkan dengan ladang. Jika demikian bukan perempuan yang menentukan jenis kelamin anak, tetapi yang menentukan adalah benih yang ditanam ayah di dalam rahim dengan ketentuan dari Allah SWT. Hasil pertemuan antara sperma dan ovum dinamai Al Qur'an dengan "Nuthfah Amsyaz" .
Pada tahun 1883, van Bender membuktikan bahwa sperma dan ovum memiliki peranan yang sama dalam pembentukan benih yang telah bertemu itu,  pada tahun 1912 Morgan membuktikan peranan kromoson dalam pembentukan janin. Ada yang menarik untuk diketahui bahwa kata "Amsyaz" berbentuk jamak  sedangkan bentuk tunggalnya adalah "Masyaj". Sementara itu kata "Nuthfah"  adalah bentuk tunggal, dan bentuk jamaknya adalah "Nutafun". Sepantasnya terlihat bahwa redaksi "Nutfah Amsyaz" tidak lurus  karena ia berkedudukan sebagai Adjektif  (sifat) dari Nutfah. Sedangkan dalam Bahasa Arab, antara sifat dan disifati harus sesuai. Jika feminine maka sifatnya pun demikian juga  jika tunggal, maka sifatnya pun tunggal juga, serta jamak, juga jamak (plural). Di dalam ayat terlihat bahwa Nuthfah berbentuk tunggal, sedangkan Amsyaz berbentuk Jamak. Apa gerangan sebabnya, kelirukah Al Qur'an..? (kalau orang yang tidak mengerti bahasa Arab, akan mengatakan Al Qur'an keliru).
Pakar-pakar bahasa menyatakan bahwa jika sifat dari satu hal yang berbentuk tunggal, mengambil bentuk jamak, maka itu mengisyaratkan bahwa sifat tersebut mencakup seluruh bagian-bagian kecil yang disifatinya (bukankah dalam Nutfah pancaran sperma dari lelaki mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia?). Dalam hal Nutfah maka sifat Amsyaz (bercampur), bukan sekedar bercampurnya dua hal sehingga menyatu atau terlihat menyatu tetapi percampuran itu sedemikian mantap, sehingga mencakup seluruh bagian dari nutfah tadi. Nutfah Amsyaz itu sendiri adalah hasil percampuran sperma, dan ovum, yang masing-masing memiliki 46 kromosom. Jika demikian wajar bila Al Qur'an menggunakan bentuk jamak, untuk menyifati nutfah yang memiliki jumlah yang banyak dari kromosom itu. Dan Informasi Al Qur'an tidak sampai disana. Dilanjutkannya, bahwa Nutfah tersebut dalam proses selanjutnya menjadi "Alaqah". "Kemudian Kami jadikan Nutfah itu "Alaqah" (Q.S Al Mukminun 23 : 14),
Pakar-pakar Embriologi menegaskan bahwa setelah menjadi pembuahan (amsyaz) maka Nutfah (yang sudah bercampur tadi ) tersebut melekat di dinding rahim. Dan inilah yang dimaksudkan Al Qur'an dengan "Alaqah". Kata "Alaqah", dalam kamus-kamus bahasa mempunyai banyak arti, antara lain "segumpal darah", atau "Sejenis cacing " yang terdapat didalam air, bila diminum dapat melengket di tenggorokan. Kata "Alaqah", akar katanya "Aliqa", Yang berarti "tergantung / Melengket". Jadi bagi wanita yang keguguran, biasanya banyak penyebabnya  yang pasti janin tersebut tidak dapat lagi melengket di rahim sang calon ibu, bisa dikarenakan rahim wanita sendiri yang lemah, atau karena sang janin itu sendiri yang lemah. Penyebabnya macam-macam, karena obat-obatan, makanan, atau kecapean, atau memang lemah rahimnya. Wallahua'lam, yang pasti bagaimanapun semua atas kehendak dan takdir Allah SWT. Kalau Allah bilang : "Kun", (jadi), fayakun (maka jadilah ia), kalau Allah bilang tidak jadi, maka tidak jadilah ia.
"Dari mana Muhammad SAW memperoleh informasi yang demikian akurat itu, padahal hakikat ilmiyah ini baru ditemukan oleh ilmuwan setelah beribu tahun lebih dari kedatangan beliau ?" itulah wahyu Allah yang maha mengetahui, yang mana ayat-ayatnya selalu relevan (sesuai), dengan perkembangan zaman kapan dan dimana sajapun.
Karena Allah maha mengetahui, dan disampaikan-Nya pada hamba pilihanNya


Sumber :Internet








"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes Nuthfah amsyaz (yang bercampur). Kami hendak mengujinya dengan perintah dan larangan Karena itu kami jadikan ia mendengar dan melihat." (Q.S Al Insan 76 : 2).
"Istri-istri kamu adalah ladang untukmu, maka garaplah ladangmu bagaimana kamu kehendaki". Apabila petani menanam tanaman A diladangnya, maka janganlah diharapkan yang tumbuh adalah tanaman B, karena ladang tersebut hanya menerima benih dari penanamnya. Ini berarti yang menentukan jenis tanaman adalah penanamnya, bukan ladangnya. Perempuan atau istri oleh ayat diatas diibaratkan dengan ladang. Jika demikian bukan perempuan yang menentukan jenis kelamin anak, tetapi yang menentukan adalah benih yang ditanam ayah di dalam rahim dengan ketentuan dari Allah SWT. Hasil pertemuan antara sperma dan ovum dinamai Al Qur'an dengan "Nuthfah Amsyaz" .
Pada tahun 1883, van Bender membuktikan bahwa sperma dan ovum memiliki peranan yang sama dalam pembentukan benih yang telah bertemu itu,  pada tahun 1912 Morgan membuktikan peranan kromoson dalam pembentukan janin. Ada yang menarik untuk diketahui bahwa kata "Amsyaz" berbentuk jamak  sedangkan bentuk tunggalnya adalah "Masyaj". Sementara itu kata "Nuthfah"  adalah bentuk tunggal, dan bentuk jamaknya adalah "Nutafun". Sepantasnya terlihat bahwa redaksi "Nutfah Amsyaz" tidak lurus  karena ia berkedudukan sebagai Adjektif  (sifat) dari Nutfah. Sedangkan dalam Bahasa Arab, antara sifat dan disifati harus sesuai. Jika feminine maka sifatnya pun demikian juga  jika tunggal, maka sifatnya pun tunggal juga, serta jamak, juga jamak (plural). Di dalam ayat terlihat bahwa Nuthfah berbentuk tunggal, sedangkan Amsyaz berbentuk Jamak. Apa gerangan sebabnya, kelirukah Al Qur'an..? (kalau orang yang tidak mengerti bahasa Arab, akan mengatakan Al Qur'an keliru).
Pakar-pakar bahasa menyatakan bahwa jika sifat dari satu hal yang berbentuk tunggal, mengambil bentuk jamak, maka itu mengisyaratkan bahwa sifat tersebut mencakup seluruh bagian-bagian kecil yang disifatinya (bukankah dalam Nutfah pancaran sperma dari lelaki mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia?). Dalam hal Nutfah maka sifat Amsyaz (bercampur), bukan sekedar bercampurnya dua hal sehingga menyatu atau terlihat menyatu tetapi percampuran itu sedemikian mantap, sehingga mencakup seluruh bagian dari nutfah tadi. Nutfah Amsyaz itu sendiri adalah hasil percampuran sperma, dan ovum, yang masing-masing memiliki 46 kromosom. Jika demikian wajar bila Al Qur'an menggunakan bentuk jamak, untuk menyifati nutfah yang memiliki jumlah yang banyak dari kromosom itu. Dan Informasi Al Qur'an tidak sampai disana. Dilanjutkannya, bahwa Nutfah tersebut dalam proses selanjutnya menjadi "Alaqah". "Kemudian Kami jadikan Nutfah itu "Alaqah" (Q.S Al Mukminun 23 : 14),
Pakar-pakar Embriologi menegaskan bahwa setelah menjadi pembuahan (amsyaz) maka Nutfah (yang sudah bercampur tadi ) tersebut melekat di dinding rahim. Dan inilah yang dimaksudkan Al Qur'an dengan "Alaqah". Kata "Alaqah", dalam kamus-kamus bahasa mempunyai banyak arti, antara lain "segumpal darah", atau "Sejenis cacing " yang terdapat didalam air, bila diminum dapat melengket di tenggorokan. Kata "Alaqah", akar katanya "Aliqa", Yang berarti "tergantung / Melengket". Jadi bagi wanita yang keguguran, biasanya banyak penyebabnya  yang pasti janin tersebut tidak dapat lagi melengket di rahim sang calon ibu, bisa dikarenakan rahim wanita sendiri yang lemah, atau karena sang janin itu sendiri yang lemah. Penyebabnya macam-macam, karena obat-obatan, makanan, atau kecapean, atau memang lemah rahimnya. Wallahua'lam, yang pasti bagaimanapun semua atas kehendak dan takdir Allah SWT. Kalau Allah bilang : "Kun", (jadi), fayakun (maka jadilah ia), kalau Allah bilang tidak jadi, maka tidak jadilah ia.
"Dari mana Muhammad SAW memperoleh informasi yang demikian akurat itu, padahal hakikat ilmiyah ini baru ditemukan oleh ilmuwan setelah beribu tahun lebih dari kedatangan beliau ?" itulah wahyu Allah yang maha mengetahui, yang mana ayat-ayatnya selalu relevan (sesuai), dengan perkembangan zaman kapan dan dimana sajapun.
Karena Allah maha mengetahui, dan disampaikan-Nya pada hamba pilihanNya


Sumber :Internet







Tidak ada komentar: