Jumat, 01 April 2016

Hanya Beberapa Kisah



Hanya Beberapa Kisah
Seekor anjing tampak menatapi tingkah seekor kuda yang berlari-lari tak jauh dari hadapannya. Sang kuda begitu ceria. Sesekali, kuda menggoyangkan kepalanya seperti sedang berdendang riang. Anjing pun mengubah wajah cemberutnya dengan bersuara ke arah kuda.
"Kamu begitu bahagia, kuda?" tanya sang anjing menampakkan wajah penasaran. Padahal, di masa kering seperti ini, sebagian besar penghuni padang rumput terjebak kehidupan yang begitu sulit. "Ya, aku bahagia!" ucap kuda sambil terus berlari kecil seraya tetap mengungkapkan keceriaannya. "Kamu tidak merasa susah di masa kering seperti ini?" tanya anjing dengan wajah masih muram.
"Tidak!" jawab kuda singkat. Gerakkan larinya semakin melambat.
Dan, sang kuda pun menghentikan langkahnya di depan sang anjing.
"Apa kamu sudah kaya, temanku?" tanya si anjing serius. Yang ditanya tidak memberikan reaksi istimewa. Kuda cuma menjawab pelan, "Tidak!" "Mungkin kamu sudah punya rumah baru seperti kura-kura, keong, atau yang lainnya?" tanya anjing tetap menunjukkan rasa penasaran. Kuda hanya menggeleng. "Mungkin Kamu sudah bisa menghasilkan mutiara seperti para kerang di laut?" tanya sang anjing lagi. Lagi-lagi, kuda menggeleng. "Lalu? Kenapa kamu begitu bahagia?" sergah anjing lebih serius. "Entahlah," jawab kuda sambil tetap menunjukkan wajah cerianya. "Aku bahagia bukan karena punya apa-apa. Aku bahagia karena bisa memberi apa yang kupunya: tenaga, kecerdasan, bahkan keceriaan," penjelasan kuda begitu panjang."Itukah yang membuatmu bahagia dibanding aku?" tanya anjing mulai menemukan jawaban menarik. "Aku merasa bahagia dan kaya karena selalu berpikir apa yang bisa kuberikan. Dan bukan, apa yang bisa kudapatkan," tambah si kuda yang mulai beranjak untuk kembali berlari. (KUDA, oleh Muhammad Nuh)
Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada
beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu,
ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan 
tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam.   
Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya.
Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir: ("Kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!"). Setiap ia  mengambil satu kue, Si lelaki juga mengambil satu. 
Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan
dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, Si lelaki mengambil kue terakhir dan  membaginya dua.  Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi.  Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir "Ya ampun orang ini berani  sekali"), dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih.  Belum pernah rasanya ia begitu kesal. Ia menghela napas lega saat  penerbangannya diumumkan,  dan Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang.  Menolak untuk menoleh pada si "Pencuri tak tahu terima kasih!".
Ia naik pesawat dan duduk  di kursinya, lalu mencari bukunya, yang
hampir selesai dibacanya.  Saat ia  merogoh tasnya, ia menahan napas
dengan kaget. Disitu ada kantong kuenya, di  depan matanya. Koq 
milikku ada di sini erangnya dengan patah hati. Jadi kue  tadi adalah 
miliknya dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia  
tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih  dan dialah pencuri kue itu. (Kiriman Email) 
Mulanya Ratiman, saudagar Mie 28/31 hanyalah seorang karyawan di salah
satu home industry mie di Jakarta. Malah, sebelumnya ia sempat menjadi
tenaga  pembuat  roti  dan  menjual  air  keliling.  Kendati demikian,
pekerjaan tersebut dilakoni lelaki yang telah almarhum tersebut dengan
ulet.  "Bapak  itu  orangnya  giat  dan  selalu  ingin maju," ujar Tri
Murtini, anak Ratiman yang meneruskan bisnisnya kini.
"Bapak  itu  orangnya jujur. Sampai-sampai Bapak dipercaya oleh bosnya
untuk  mengelola  pabrik mie beliau. Seiring perjalanan waktu, setelah
di dikelola Bapak, produksi mie malah meningkat. Malah menjadi 100-zak
perhari.  Sehingga  akhirnya Bapak berpikiran untuk membuka pabrik mie
sendiri di Pekapuran ini,"kata Tri menjelaskan.
Almarhum  Ratiman,  sempat mendapat predikat sebagai pelopor pengusaha
mie   pribumi   yang  sukses.  Di  tangannya  pabrik  mie  yang  hanya
mempekerjakan   10   orang   karyawan  tersebut  melesat  bak  meteor.
Kecerdikannya menjual mie, melahirkan ide brilian. Ide membuat gerobok
sebagai  penjaja mie yang dibuatnya pun murni lahir dari pemikirannya.
"Sampai memiliki gerobak ribuan, Bapak menggunakan modal sendiri. Bisa
di  bilang  Bapak memulai usaha dari nol," ujar penerus estafet bisnis
mie  28/31  itu.  Gerobak-gerobak  Ratiman  memang sengaja dipinjamkan
kepada  penjual  mie  tanpa  memungut  biaya  sama sekali. Bahkan jika
gerobak rusak pedagang mie tak usah menanggung akibatnya. "Gerobak itu
hanya sebagai media kami untuk menjual mie. Tapi beli putus lho," kata
Tri menambahkan.
Dalam  sehari Mie 28/31 mampu mengolah 70 s/d 80 zak (bal)/hari dengan
harga mie Rp 6000/kg. Selain mie, pangsit basah pun dijual. Harga yang
dipatok sama -- dengan sistem pembelian putus. Omzet perhari mie 28/31
bisa  mencapi  Rp  12.012.000.  Tri  mengaku dari 25 kg (1 zak) tepung
berubah  menjadi  27  kg setelah dicampur air dan bumbu. "Ya kami cuma
ambil untung dari kelebihan 2 kg tersebut saja, mbak," kata Tri sambil
tersenyum.
Selain  memproduksi  mie  dan pangsit, Ratiman juga merintis pembuatan
saos  sambal  sebagai pelengkap. Namun saat ini, menurut penuturan Tri
--  produk  saos  hanya  dipasok  ke agen dalam partai besar, tidak ke
pengecer  (ke  gerobak).  "Sekitar  tahun  1984,  usaha pembuatan saos
tersebut  dipegang  oleh kakak saya. Mereknya 'Tukinus' - diambil dari
nama  kakak  saya,"  ujar  Tri,  menjelaskan.  Mie  28/31 juga membuka
beberapa  warung  mie  di  daerah  Bekasi  dan  Sunter. Namun, menurut
pengakuan   Tri   bisnis  tersebut  tersendat-sendat.  Maklum,  akibat
kesibukannya  di  pabrik,  Tri  mengaku  tidak  bisa  mengelola warung
tersebut secara maksimal.
"Selain  buka  warung,  kami juga menjadi pemasok di pasar tradisonal.
Sayangnya  peminat  nggak banyak. Apalagi mie kami daya tahannya hanya
satu  hari, sehingga kami lebih fokus pada sistem pembelian putus saja
yang lebih pasti," tambah Tri.
Mie  28/31 memiliki beberapa cabang di Jakarta yang tersebar di daerah
Sunter,  Cipulir,  Jembatan  Besi,  Manggarai, dan Pekapuran. Walaupun
beda  manajemen,  kecuali  cabang  Pekapuran  --  dikelola  oleh sanak
keluarga  Ratiman.  "Secara manajemen kami memang terpisah. Kami hanya
menyuplai  bumbu,  sedangkan  bahan  baku  didanai  oleh  cabang  yang
bersangkutan.  Tapi,  ada semacam fee yang musti di bayar ke Pekapuran
tiap  bulan.  Ya,  kita menerapkan sistem bagi hasil saja, mbak," ujar
wanita alumi Universitas Borobudur tersebut.
Kepandaian  almarhum Ratiman dalam berbisnis menyisakan pelajaran yang
sangat  berharga  bagi  Tri  Murtini -- si putri bungsu. Walaupun baru
mengalami  musibah  kebakaran,  yang  melahap  sebagian pabriknya, Tri
mengaku  hanya  meliburkan  karyawannya  selama  2  hari. Selain fokus
menjalankan  satu  bisnis,  Ratiman juga berpesan agar usaha mie basah
ini  terus  dipertahankan.  Meski  saat  ini  Tri masih ragu melakukan
diversifikasi  usaha,  perempuan  tersebut  berkeinginan mengembangkan
usaha Mie 28/31.
Estafet    kepemimpinan,    tidak    menjadikan    Tri   manja   dalam
mengoperasionalkan  usaha  warisan  tersebut.  Sejak  tahun  1998, Tri
mengaku  telah  ikut  terjun membantu ayahnya berdagang. Modal dengkul
memang  bermakna  tanpa uang. Namun, mengembalikan kejayaan usaha sama
sulitnya dengan memulai bisnis tanpa modal. (Sumber: Pengusaha)
Surat Untuk Libby di Surga
(In Loving Memory of Allyvia Adzhani N. Saelan, 25 April 1998-29 April 2003)
 Dear Libby,

Apa kabar Libby ? Akhir-akhir ini ayah kangen dan ingat terus sama Libby, apalagi di negara kita saat ini sedang berjangkit penyakit demam berdarah. Virus yang mengantarkan Libby menghadap Tuhan YME.
Ayah ingat hampir satu tahun yang lalu. Sejak hari Sabtu tgl 19 April 2003, Libby sudah mengeluh kurang enak badan, ayah langsung membawa Libby ke dokter specialis Libby di Mall Ambassador hari itu juga untuk mendapatkan perawatan. Dokter waktu itu menyatakan bahwa Libby sakit radang tenggorokan.
Walaupun sudah agak membaik, hari Senin 21 April 2003 Libby tidak sekolah dulu agar bisa beristirahat dan lagipula besok Libby akan perform ballet untuk pertama kalinya.
Ketika ayah pulang kantor, Libby sangat excited untuk segera perform ballet besok harinya. Ayah juga ingat Libby tunjukkan semua costum yang telah dimiliki. Kamu memang sangat-sangat menyenangi ballet. "Ayah lihat Libby perform besok kan ?" tanya Libby pada ayah, yang ayah langsung jawab iya.
Keesokan harinya tanggal 22 April 2003, Ayah sengaja mengambil cuti agar bisa leluasa hadir ke performance ballet Libby yang pertama. Pk 6.15 Ayah mengantarkan Libby sekolah, sepanjang perjalanan Libby terus berbicara mengenai performance ballet (suatu ritual yang hampir setiap hari ayah jalani bersama Libby ketika Libby sudah mulai TK di Lab.
School Rawamangun). Karena hari itu cuti, ayah pun bisa menjemput Libby ketika pulang sekolah pk 11.30, Libby sangat senang ayah jemput karena tidak biasa-biasanya ayah bisa jemput kamu. Dalam perjalanan pulang Libby bertanya sama ayah, "Ayah, siapa Kartini itu?" lalu ayah jawab "Kartini itu seorang putri yang berjasa pada kaum wanita makanya diperingati sebagai hari Kartini". Kemudian Libby bertanya lagi "kok putri tidak pakai baju Cinderella" (Libby tahunya gambaran Putri adalah seperti yang digambarkan dalam karakter Disney).
Ayah berusaha menjawab semua pertanyaan Libby dengan sebaik mungkin.
Bahkan sampai pada pertanyaan "Kartini itu sudah meninggal ya ayah?", ayah jawab iya.
Libby masih terus memborbardir ayah dengan pertanyaan, "Kalau Libby mau diperingati harus meninggal dulu ya yah? Ayah agak bingung juga menjawabnya, namun akhirnya ayah jawab "tidak perlu karena ada juga yang masih hidup sudah diperingati".
Pertanyaan itu tadinya hampir tidak ada artinya kecuali contoh lain dari curiosity kamu yang sangat tinggi, namun belakangan ayah mulai menyadari bahwa mungkin ini adalah firasat tepat seminggu sebelum kepulangan kamu ke Tuhan YME.
Ketika perform ballet, ayah ingat Libby kelihatan masih lemas, belum lagi beberapa teman kamu tidak menari dengan baik sehingga secara keseluruhan penampilannya tidak terlalu menggembirakan. Kamu yang sangat perfectionist kelihatan sangat kecewa dengan penampilan kelompokmu yang kurang kompak.
Ketika pulang, Libby kelihatan agak murung, ayah terus menerus berusaha untuk menghibur Libby dengan mengatakan bahwa performance- mu cukup baik. Tapi tidak dapat ditutupi bahwa Libby kecewa sekali. Hari Kamis malam, Libby panas lagi sampai 40 derajat. Tanggal 25 April 2003, Libby ulang tahun yang ke-5, kamu masih sakit sehingga tidak masuk sekolah. Ayah dan Mommy kembali membawa kamu ke dokter, dokter mengatakan bahwa jika sampai Senin belum turun juga panasnya, Senin harus diambil darah.
Tanggal 26 April 2003, Libby merayakan pesta ulang tahun yang ke-5 di McDonald Arion. Libby sudah mulai turun panasnya hanya masih kelihatan lemas. Pesta ini adalah permintaan pertama Libby karena biasanya ulangtahunmu hanya dirayakan di sekolah dengan membawa kue ulang tahun saja. Entah kenapa Libby menginginkan pesta di McDonald lengkap dengan badut-nya. Ayah minta maaf sama Libby karena terlambat mengurusnya, badut yang diminta kamu tidak bisa hadir di pesta, ayah tidak tahu bahwa McD tidak memperbolehkan badut dari luar).
Libby kelihatan kecewa dengan ketidakhadiran badut itu karena ternyata kamu sudah bercerita pada teman-temanmu bahwa di pestanya akan ada badut teletubies (Ayah sangat-sangat menyesal tidak bisa memenuhi permintaan Libby, maafin ayah ya Liv...).
Libby ngomong, "badutnya nggak bisa datang ya, yah? Gimana ya nanti Libby dibilang pembohong sama teman-teman. Tapi nggak apa-apalah teman-teman pasti ngerti". Libby adalah seorang yang sangat patuh terhadap janji, kamu tidak mau mengecewakan orang lain.
Pulang dari pesta Libby kelihatan sakit lagi, ayah mencoba untuk menghibur kamu dengan melakukan kompress dan lain-lain, panas kamu tidak turun-turun, hadiah yang banyak pun hampir-hampir tidak kamu sentuh, hanya saja ada percakapan kita yang ayah masih sangat ingat. Libby ingat nggak ketika ayah tanya "Liv, uang yang dari nini kan banyak, mau dibeliin apa sama Libby, beliin mainan ya!?" Libby malah bilang sama ayah "Ayah, mainan Libby udah banyak sekali...bahkan sebagian mau Libby kasiin ke orang miskin, kasihan kan mereka nggak punya mainan... Libby mau kirim bunga yang banyak sekali untuk nini..Nini pasti seneng..."
Ayah kaget denger jawaban Libby tapi sama sekali tidak menyangka apa-apa..belakangan ayah baru sadar ini adalah tanda-tanda mu yang lain karena waktu sebelum pemakaman ternyata rumah nini tempat kamu disemayamkan dipenuhi oleh bunga-bunga yang bersimpati sama kita.
Libby ingat nggak hari Minggu ayah dan Mommy bawa Libby ke rumah sakit Bunda untuk diambil darah karena ayah tidak mau nunggu lagi sampai hari Senin. Ayah ingat Libby minta ayam A&W dan minuman Fruity strawberry, ayah seneng sekali Libby minta makan karena sudah dua hari ke belakang Libby susah makan. Libby nggak pernah mengeluh sakit perut cuma mengeluh pusing saja dan mual.
Besoknya mommy membawa hasil test darah ke dokter lagi, trombosit kamu masih 149.000. Kata dokter Libby terkena gejala Thypus dan disarankan untuk istirahat dan banyak minum. Sore harinya panas Libby sudah mulai turun, ayah senang sekali pada saat itu, bahkan ayah telepon ke Bandung untuk memberi tahu bahwa Libby sudah turun panasnya, cuma pada saat itu Libby masih sangat lemas dan masih muntah.
Ayah pikir Libby sudah mendingan. Malamnya ternyata Libby terus mengigau dalam tidur, ayah, mommy dan uti nggak berhenti berdoa, kita putuskan untuk membawa kamu ke dokter lagi first thing in the morning. Sama sekali tidak terbersit dalam pikiran ayah bahwa Libby mungkin sudah mulai didekati oleh malaikat. Panas kamu sudah turun sekali ke 36 derajat.
Keesokan harinya Libby dianter sama mommy dan uti ke dokter lagi, di dokter menurut mommy trombosit kamu sudah turun ke 59.000 dan langsung diperintahkan untuk masuk rumah sakit. Mommy membawa kamu ke RS Mitra Jat ine gara karena kata dokter, disana PICU (ICU anak-anak) nya cukup baik.
Kata Mommy, dalam perjalanan ke RS, kamu masih minta mie dan pisang. Mommy ingat di dalam mobil Libby ngomong, "Ma, kok orang-orang itu tidurnya aneh ya?"
Mommy nggak bisa jawab cuma bilang, "Libby kuat ya...." sampai di rumah sakit Libby sudah nggak sadar, ketika ditaruh di bed gawat darurat, Libby langsung kejang dan pergi untuk selamanya sebelum dokter sempat melakukan pertolongan apa-apa.
Ayah minta maaf ya Liv nggak bisa nememin kamu pulang ke rumah kamu di surga. Ayah ngerasa bodoh sekali malah ikut meeting di kantor ketika kamu sedang berjuang dengan maut. Tapi memang jalannya sudah harus begitu, ayah rela Libby pulang ke rumah pemilik Libby karena ayah hanya diberi kesempatan untuk merawat Libby selama tepat lima tahun.
Mommy sekarang sedang hamil lagi, Adelle sudah mulai cerewet, maunya sekarang pake baju punya Libby terus. Kemarin-kemarin dia terus berbicara mengenai kamu, Libby datang ke mimpinya Adelle ya ??
Ya udah dulu ya Liv, ayah harus kerja dulu. Ayah mau buat surat buat teman-teman ayah biar mereka belajar dari pengalaman kita.
Cium sayang
Ayahmu : Dicky

Penjual Balon

pada Idhul Adha yang lalu, di Labschool Cinere, kami menyelenggarakan
pemotongan hewan nampak Para guru, siswa dan beberapa rapa wali murid
juga turut memeriahkan acara qurban disekolah. Qurban tahun ini agak
menurun dari qurban tahun kemaren jumlah sapi 3 ekor dan kambing 25 ekor.

dari jam 6.30 WIB sudah banyak siswa yang hadir, agak siangan nampak
beberapa orang yang jualan seperti penjual mainan anak-anak, penjual
balon, siomay, dan para ibu yang mendapatkan kupon pembagian daging
Qurban sudah ada yang hadir disekitar masjid raya cinere.  suasana
siang makin lama makin meriah. sambil menunggu ada salahsatu guru
mengadakan lomba yang berhadiah buku  dan Juz Amma'.

Hewan Qurban mulai dari Sapi kemudian satu persatu kambing disembelih
dan dipotong-potong serta dimasukkan kedalam kantong plastik, para
panitia sibuk untuk membagikan. Antara penerima dengan jatah Qurban
berlebih.  Ada usulan salahsatu Siswa kelas 9 Labschool Cinere yang
berkata, "Pak bagaimana kalo jatah yang tersisa kita bagikan aja pada
para pedagang itu?" "Wah, usulan yang bagus itu.."kata saya.

beberapa kantong daging qurban kita bagikan, salahsatunya adalah
seorang penjual balon tua nampak lemah, seorang siswa menyerahkan
kepadanya. Dengan senyuman kakek tua penjual balon itu sambil
mengatakan, "Nak, bukannya bapak menolak. Cuman alangkahbaiknya jika
daging qurban ini diberikan saja untuk yang lain. Bukankah yang belum
kebagian masih banyak?"

Perkataan penjual balon itu membuat kami, para panitia saling menatap.
Banyak orang yang ingin berharap untuk mendapatkan namun ada orang
yang kami anggap berhak menerima malah meminta untuk menyerahkan
kepada yang berhak. Astaghfirullah...(Agussyafii)

Sewaktu Boy dan Girl baru pacaran, Boy melipat 1000 burung kertas buat Girl, menggantungkannya di dalam kamar Girl. Boy mengatakan 1000 burung kertas itu menandakan 1000 ketulusan hatinya.
Waktu itu...Girl dan Boy setiap detik selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka berdua...
Tetapi pada suatu saat, Girl mulai menjauhi Boy. Girl memutuskan untuk menikah dan pergi ke Perancis...Ke Paris...Tempat yang dia impikan di dalam mimpinya berkali2 itu... Sewaktu Girl mau memutuskan Boy, Girl bilang sama Boy, kita harus melihat dunia ini dengan pandangan yang dewasa Menikah bagi cewek adalah kehidupan kedua kalinya Aku harus bisa memegang kesempatan ini dengan baik. Kamu terlalu miskin, sungguh aku tidak berani membayangkan
bagaimana kehidupan kita setelah menikah...!!
Setelah Girl pergi ke Perancis, Boy bekerja keras... dia pernah menjual koran... menjadi karyawan sementara...bisnis kecil... setiap pekerjaan kerjakan dengan sangat baik dan tekun.
Sudah lewat beberapa tahun...Karena pertolongan teman dan kerja kerasnya, akhirnya dia mempunyai sebuah perusahaan. Dia sudah kaya, tetapi hatinya masih tertuju pada Girl,
dia masih tidak dapat melupakannya.Pada suatu hari... waktu hujan, Boy dari mobilnya melihat sepasang orang tua berjalan sangat pelan di depan. Dia mengenali mereka, mereka adalah orang-tua Girl....Dia ingin mereka lihat kalau sekarang dia tidak hanya mempunyai mobil pribadi,
tetapi juga mempunyai villa dan perusahaan sendiri, ingin mereka tahu kalau dia bukan seorang yang miskin lagi, dia sekarang adalah seorang Boss.
Boy mengendarai mobilnya sangat pelan sambil mengikuti sepasang orang-tua tersebut. Hujan terus turun tanpa henti, biarpun kedua orang-tua itu memakai payung,tetapi badan mereka tetap basah karena hujan. Sewaktu mereka sampai tempat tujuan, Boy tercegang oleh apa yang ada di depan matanya, itu adalah tempat pemakaman. Dia melihat di atas papan nisan Girl tersenyum sangat manis terhadapnya. Di samping makamnya yang kecil, tergantung burung2 kertas yang dibuatkan Boy.
Dalam hujan, burung2 kertas itu terlihat begitu hidup, Orang-tua Girl memberitahu Boy, Girl tidak pergi ke Paris, Girl terserang kanker, Girl pergi ke surga. Girl ingin Boy menjadi orang, mempunyai keluarga yang harmonis, maka dengan terpaksa berbuat demikian terhadap Boy dulu.
Girl bilang dia sangat mengerti Boy, dia percaya kalau Boy pasti akan berhasil. Girl mengatakan...kalau pada suatu hari Boy akan datang ke makamnya dan berharap dia membawakan beberapa burung kertas buatnya lagi. Boy langsung berlutut, berlutut di depan makam Girl, menangis dengan begitu sedihnya. Hujan pada hari itu terasa tidak akan berhenti,membasahi sekujur tubuh Boy. Boy teringat senyum manis Girl yang begitu manis dan polos, Mengingat semua itu, hatinya mulai meneteskan darah... Sewaktu orang-tua itu keluar dari pemakaman, mereka melihat kalau Boy sudah membukakan pintu mobil untuk mereka. Lagu sedih terdengar dari dalam mobil tersebut. "Hatiku tidak pernah menyesal, semuanya hanya untukmu 1000 burung kertas, 1000 ketulusan hatiku, beterbangan di dalam angin menginginkan bintang yang lebat besebaran di langit...melewati sungai perak, apakah aku bisa bertemu denganmu?
Tidak takut berapapun jauhnya,hanya ingin sekarang langsung berlari ke sampingmu. Masa lalu seperti asap...hilang dan tak kan kembali menambah kerinduan di hatiku... Bagaimanapun dicari, jodoh kehidupan ini pasti tidak akan berubah.." (lirik langsung di-translate dari bahasa Mandarin) (1000 BURUNG KERTAS , Very Good reading and touchy...!! )

Manis pahit kehidupan kadang bergantung pada bagaimana kita memandang. Dari situlah sikap diri akan menemukan cermin. Kalau hid
up dipandang dengan wajah muram, maka cermin akan memantulkan sikap susah, suram, dan tidak mengenakkan. Cobalah letakkan mata hati kita di tempat yang nyaman untuk memandang hidup ini secara positif. Maka, kita akan menemukan energi baru tentang bagaimana mengarungi hidup. Hidup memang berliku dan selalu tidak berada pada tempatnya seperti yang diharapkan. Itulah hidup….kisah yang menyakitkan dan bahagia ini hanya bentuk tamparan lain yang coba untuk disajikan

Tidak ada komentar: