Jumat, 01 April 2016

Kristenisasi Dalam Sudut Pandang Luar



Kristenisasi Dalam Sudut Pandang Luar

Allah SWT berfirman pada surah Al baqarah ayat 120: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mau mengikuti kemauan mereka setelah pegetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. Maha benar firman Allah SWT.
Masih terlalu banyak contoh betapa ‘Kristenisasi’ dianggap sebagai momok. Akibatnya, bangunan gereja baru sulit berdiri karena warga khawatir terjadi pemurtadan massal. “Lebih mudah orang mendirikan panti pijat atau tempat hiburan ketimbang gereja,” keluh Ruyandi Hutasoit, ketua umum Partai Damai Sejahtera (PDS) di depan Megawati Soekarnoputri ketika masih menjadi Presiden. Orang Indonesia sudah akrab dengan kristenisasi. Kristenisasi adalah suatu perbuatan yang mempengaruhi seseorang untuk masuk ke agama Kristen dengan berbagai macam cara atau langkah , bahasa singkatnya meng-Kristenkan orang lain. Kristenisasi di Indonesia dan di dunia Intenasional sebagian besar yang menjadi korban adalah umat islam. Amanat agung yang sangat penting itu bisa kita baca di ayat 15: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk!” Perintah ini secara populer biasa disebut ‘Kristenisasi’. Dalam sejarah, kita tahu, bagaimana sejumlah ‘negara Kristen’ menyisipkan misi Kristenisasi ini dalam petualangannya ke seluruh dunia. Trias G–Gold (kekayaan), Gospel (pekabaran Injil), dan Glory (kejayaan)–diselundupkan dalam misi mereka. Begitu banyak dampak negatif, yang terjadi gara-gara pekabaran Injil diselundupkan dalam imperialisme.
Kristenisasi di Indonesia saat ini sudah terang-terangan, seperti kristenisasi di Aceh waktu terjadinya tsunami, kritenisai di Yogyakarta ketika terjadi gempa bumi, ataupun kristenisasi di Jawa Tengah yang lumayan berhasil. Kristenisasi yang terjadi di Aceh dan Yogyakarta  merupakan kristenisasi yang terselubung adanya bantuan bencana Alam pasca tsunami dan gempa. Sekelompok orang yang mengatasnamakan suatu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menggunakan berbagai cara untuk menyusupkan bentuk kristenisasi mereka. Harian Inggris The Observer menulis, para misionaris asing ini kini banyak berdatangan ke Aceh dengan sambil memberikan bantuan. Sempat muncul di salah satu media di Indonesia, sebuah yayasan kristen banyak menampung korban tsunami tanpa sepengetahuan dai pihak Indonesia.
Para misionaris yang terkenal agresif menyebarkan agama Kristen, menurut The Observer, bahkan tidak sudah terang-terangan menjalankan misinya. “Kami juga ingin mengenalkan nilai-nilai Kristen pada mereka… sehingga mereka bisa melihat sesuatu yang lain bahwa kita dekat dengan cinta Kristus,” ujar William Suhanda yang memimpin kelompok misionaris Light of Love for Aceh. Selain memberikan bantuan makanan di Banda aceh, kelompok ini berharap bisa membawa sekitar 50 anak-anak Aceh ke panti asuhan Kristen di Jakarta.
Harian Baltiomore Sun, juga menurunkan laporan tentang adanya kelompok misionaris dari aliran Kristen Evangelis yang menyusup ke tim-tim pengirim bantuan ke Aceh. Sebelumnya, The Washington Post juga membuat laporan serupa tentang rencana kelompok misionaris yang ingin mengkristenkan sekitar 300 anak-anak Aceh.
Misionaris yang berbasis di Virginia, WorldHelp, mendapatkan sokongan dana dari kelompok Kristen Evangelis di seluruh dunia. Tragedi bencana tsunami di Aceh merupakan kesempatan yang jarang mereka dapatkan, untuk melakukan misi kristenisasi di wilayah-wilayah yang mereka anggap sulit dijangkau, demikian tulis harian tersebut.
“Dalam kondisi normal, Banda Aceh tertutup bagi warga asing dan segala sesuatu yang berhubungan dengan agama Kristen,” ujar ketua misionaris dalam situsnya. “Karena ada bencana alam, rekan-rekan kami disana mendapatkan hak yang sama dan leluasa masuk untuk menyebarkan ajaran injil,” tulis situs tersebut. The Washington Post menuliskan, situs itu tiba-tiba berubah dan seruan untuk menggalang dana dihilangkan setelah ada seorang reporter yang ingin mendalami informasi tersebut.
Dari situs swaramuslim.net, mengatakan : salah satu dari beberapa langkah atau cara untuk melancarkan proyek kristenisasi yaitu: Ada yang memalsukan Al-Quran, pendeta mengaku haji, sampai upaya memurtadkan kiai ternama. Ada pula tokoh Muslim yang “mendukung” kristenisasi. Kawin antar-agama hanyalah salah satu cara kristenisasi. Lainnya, banyak. Menurut kristolog Abu Deedat Shihab, kaum misionaris dan zending perlu menempuh berbagai macam cara karena selama ini merasa gagal. Kini, kristenisasi lebih diprioritaskan untuk menjauhkan ummat Islam dari agama, baru kemudian memurtadkannya. Abu Deedat merujuk pada Al-Quran Surat Al-Baqarah: 109, “Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman…” Juga Al-Baqarah: 120, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” ……..
Majalah Time edisi 30 Juni 2003 lalu, menurunkan tema unik yang mengundang perhatian tersendiri. Dalam edisi yang bergambar Salib emas yang sedang digenggam tersebut, Time menurunkan judul Should Christians Convert Muslim? Haruskah Kristen menarik Muslim? Kira-kira begitu terjemahan bebasnya. Dalam edisi tersebut dituliskan berbagai kiprah dan kemajuan gerakan Kristenisasi di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Bahkan, dalam peta yang dilampirkan, negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, India dan Nigeria termasuk negara-negara dengan jumlah misionaris dan penginjil tertinggi. Dicantumkan dalam peta tersebut, jumlah penginjil dan misionaris yang tersebar di Indonesia diperkirakan 4.001 sampai 10.000 orang aktivis.
Angka di atas adalah data resmi yang bisa terdeteksi. Namun bisa jadi, jumlah yang sebenarnya jauh dari angka yang disebutkan oleh Time. Dengan jumlah dan gerakan yang masif seperti itu, dapat dibayangkan berapa besar angka rekruitmen yang mereka lakukan.
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. (Al Baqarah Ayat 2:6) Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (Al Baqarah Ayat 2:7). Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (Al Baqarah Ayat 2:13). Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (An Nisaa’ Ayat 4:157). Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa Ayat 4:15). Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. (An Nisaa’ Ayat 4:159)
Dapatkah pekabaran Injil alias Kristenisasi alias Evangelisasi tanpa triumfalisme, tanpa proselitasi, dilakukan di Indonesia? Kenapa tidak. Yusul Bilyarta Mangunwijaya Pr (Romo Mangun) telah membuktikannya di Kali Code, Jogja. Selama mengabdi untuk wong cilik dan anak-anaknya di Code, almarhum tak pernah membaptis seorang pun untuk menjadi Katolik. Warga yang Islam tetap menjadi Islam yang baik, Pentakosta demikian, Hindu (kalau ada) pun begitu. “Kita boleh berbeda agama, tapi iman kita sama,” kata Romo Mangun dalam berbagai kesempatan. Dan, menurut Rasul Yakobus (Yak 2:14-26), iman harus dibuktikan dalam perbuatan atau tindakan. “Iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak 2:26). Inilah beban atau pekerjaan rumah besar yang harus bisa dibuktikan oleh umat Kristiani. Tanpa itu, saya yakin, stigma bahwa Kristenisasi sebagai gerakan sistematis untuk memurtadkan orang yang bukan Kristen tak akan hilang dari bumi Indonesia. (*)
Sumber: Al-Quran al Karim, TempoInteraktif, The Washington Post, Time, Lambertus L. Hurek  dan dari berbagai sumber lain.

Tidak ada komentar: