Minggu, 10 April 2016

Rasulullah dan Poligami



Rasulullah dan Poligami

Sekita abad 6 masehi atau sebelumnya, suku Quraisy, yakni keturunan Rasulullah tinggal. Kehidupan sebelum dikenal oleh islam adalah kehidupan bar bar masa lampau. Kehidupan jahiliyah dimana terjadi legalisasi terhadap perbudakan, legalisasi terhadap kekerasan, legalisasi terhadap pengorbanan, legalisasi terhadap pembunuhan anak perempuan., dan legalisasi legalisasi bentuk lain. Pada masa itu Ka’bah masih dipenuhi oleh patung-patung untuk sesembahan. Pada abad itu kota Mekkah ditempati oleh kaum Quraisy. Pada saat itu tatanan kehidupan sosial memang tidak teratur, masyarakat terpecah menjadi bersuku-suku yang saling berperang satu sama lain, serta perempuan tidak memiliki hak dan kekuatan sosial, kemanusiaan ataupun hukum. Laki laki dapat memiliki istri sebanyak yang mereka inginkan.
 Di kota Mekkah itulah Rasulullah lahir dengan nama Muhammad.  Beliau lahir dari rahim Aminah. Ayahnya, Abdullah meninggal ketika Muhammad belum lahir. Ibunyapun meninggal beberapa tahun setelah Muhammad lahir. Dibawah asuhan pamannya, Abdul Mutholib, Beliau tumbuh menjadi pemuda yang memiliki kepribadian mulia. Beliau pada umur 25 tahun menikah dengan atasannya yang janda, Khadijah. Khadijah ketika menikahi Muhammad berumur 40 tahun. Dan status Khadijah saat itu adalah janda dan mempunyai 6 orang anak, 2 lelaki dan 4 perempuan. Muhammad hanya memiliki satu istri sampai meninggal Khatijah. Entah apa yang telah dipesankan melalui jalan muhammad, dimana disekitarnya sudah menjadi kelaziman pada jaman itu bahwa seorang lelaki memiliki banyak istri. Dengan Khatijah, lahirlah fatimah , putri Rasulullah yang menghasilkan keturunan Hasan dan Husein. Ketika berumur 40 tahun, Muhammad dikukuhkan menjadi Rasulullah terakhir. Beliau mendapatkan wahyu pertama kali dan kemudian disusul perintah untuk menyebarkannya. Senantiasa Dalam menyebarkan wahyu, Nabi Muhammad SAW mendapatkan tentangan yang sangat berat dari kaum Quraisy. Tapi karena bantuan sang istri, yang mempunyai status sosial tinggi dan sang paman Abu Thalib, seorang pemimpin Quraisy yang disegani, beliau masih bisa bertahan di dalam kota Mekkah. Setelah kurang lebih 25 tahun membina rumah tangga yang harmonis, sang istri tercinta meninggal disusul kemudian sang paman Abu Thalib. Kematian 2 orang inilah yang menyebabkan tekanan kaum Quraisy menjadi tak tertahankan lagi. Siksaan demi siksaan didapat oleh Nabi dan pengikutnya yang masih sedikit. Kemudian turunlah syari’at yang membolehkan untuk membela diri dalam peperangan.
Dengan munculnya syari’at membela diri, menimbulkan bayak munculnya syuhada. Hal itu menambah banyak muslimah yang kemudian menjanda karena ditinggal mati suami,  baik itu yang meninggal wajar, karena perang, karena siksaan ataupun ditinggal oleh suami karena pindah kembali ke kepercayaan awal atau kepercayaan lain. Benar-benar pada masa tersebut janda begitu banyak. Karena itulah kemudian untuk lebih memperkuat hubungan persaudaraan, memperkuat ikatan, menjauhkan para janda untuk kembali ke kepercayaan lama, merangkul pihak yang memusuhi, memerdekakan budak serta menyebarkan islam, Nabi memutuskan memperistri 10 orang perempuan. Bukan untuk hawa nafsu atau menghindari hawa nafsu. Perlu diingat., bahwa setelah Khatijah, beliau menikahi Saodah, seorang janda yang umurnya jauh diatas beliau dan sudah memiliki anak. Wajah Saodah jauh dari cantik. Itupun setelah menerima usul dari sahabat-sahabatnya.
 Baru setelah itu turunlah ayat QS 4:3 : “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya) , maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil[265], maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”
[265]. Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah.
[266]. Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. Ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja

 Kemudian oleh ayat QS 4:129 : Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri( mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
  
Ayat ini turun sebagai pembatas, bukan sebagai anjuran atau kesunahan. Pada masa itu, lazim memiliki istri banyak, tapi pertanggungjawaban tidak seperti yang diinginkan. Pembatasan menjadi empat isteri merupakan suatu langkah maju. Apakah sempat dipikirkan kenapa muncul istilah permaisuri?. Pada ayat lainnya disebutkan bahwa sebenarnya lelaki tidak bisa adil terhadap isteri isterinya.

Kita sekarang pasti sudah kenal dengan Poligami award. Suatu hal kontroversial yang sempat membuat Mantan ibu Negara, Ibu Abdurrahman Wachid kebakaran jenggot. Atau klao kita masih ingat bagaimana eksposnya Wong Solo menceritakan kisah poligaminya dan memberi nama yang berbau poligami pada menu resepnya. Belum lagi reda, kisah fenomel Aa Abdullah Gymnastiar yang menikah lagi. Bukan itu pointnya. Tapi ketika proses penghormatan  terhadap janda dan tidak bersifat pilih paras bermain, hal tersebut masih diwajarkan. Disebuah kota yang sudah tertata kehidupan sosial, hukum dan tidak ada lagi perlakuan sewenang wenang terhadap perempuan. Meskipun sulit untuk dikatakan sempurna, karena memang produk manusia yang notabene kurang sempurna. Ada seorang lelaki yang memutuskan menikahi seorang janda muslimah cantik yang bekerja dengan 3 anak disamping istri pertamanya yang masih hidup dengan 7 orang anak, sesuaikah dengan yang dicontohkan Nabi Muhammad? Aku pribadi sangat sulit menemukan kesamaannya. Memang sulit karena Rsulullah menikahi lebih dari lima isteri dan hanya memiliki satu keturunan dari isteri pertama, isteri yang lain beliau tidak memiliki keturunan. Ada beberapa argument yang terasa lucu, daripada TTM (Teman Tapi mesum), lebih baik dijadikan isteri kedua. Memang, argument tersebut untuk kalangan beberapa pihak masuk juga sih, tapi kasihan juga istrinya ya, suaminya yang jelalatan, kok tidak puasa, padahal isteri musti nurut suami dan menjaga harta suami karena amanah. Ketika argument tersebut muncul, yang terbayang adalah isteri saya. Ketika saya keluar rumah, kemudian saya melihat wanita seksi, saya menjadi nafsu, kemudian pulang ke rumah, kemudian bilang ke isteri saya bahwa saya menginginkan dia, dia melayani, selesai. Kalau mungkin isteri saya sedang berhalangan, ada cara lain untuk menyalurkannya, tinggal diskusi ke istri bagaimana caranya. Namun apabila kita pas diluar rumah, kemudian melihat lawan jenis yang membuat syahwat kita naik, kemudian kita datangi, bersilaturahmi lah kita, makin lama makin dekat, lama-lama menjadi TTM, yah, apakah hal tersebut harus menjadi tanggungan isteri karena kelakuan kita?. Apabila pemikiran kita hanya seksualitas saja, apakah bisa menjadi jalan keluar?, hal itu masih menjadi pertanyaan yang mendalam dalam diri saya. Ketika hal tersebut menjadi hal yang menanyakan pada diri saya, saya semakin bingung. Sekarang dengan dalih poligami ibadah, konsep poligami menjadi umum diperlihatkan secara umum. Saya menjadi agak mafhum ketika seorang kartunis luar negeri yang menggambarkan Nabi Muhammad dengan banyak wanita seakan akan tukang kawin. Entah kenapa merasa agak mafhum, mafkan saya,. Hal tersebut bisa terjadi karena kita sebagai ummat islam mengumbar kisah dan perbuatan tersebut seakan-akan hal tersebut lumrah dan harus ditujukkan dengan kepala tegak.
Apakah kita masih ingat dengan Fatimah,?. Anak Rasulullah dan isteri dari Ali bin Abi Tahlib, beliau meminta kepada suaminya untuk tidak mempoligami. Rasulullah pun melarang Ali bin Abi Thalib untuk melakukan poligami. Mampukah kita berpikir bahwa anak kita besok akan dipoligami? Kita tidak usah membahas tentang ijin seoang isteri pertama. Namun pembicaraan ini diluar konteks ketika poligami dilakukan dalam hal keturunan, saya tidak berani membahas sampai dsitu, berat. Dan saya tidak ingin membahasnya, karena saya alhamdulillah sudah dikaruniai keturunan, terima kasih Istriku, Allah Maha Besar. Kalau kita pernah membaca buku ketika Cinta Bertasbihnya Kang Abik, kita akan diberikan catatan tentang syarat Ana Athafunnisa ke pada Furqon untuk tidak menduakan dirinya selama dia masih hidup dan mampu melayaninya. Ada titik batas disitu. Sebenarnya yang ingin dilingkarkan adalah titik penghormatan kepada wanita sebagai bentuk wanita secara utuh. Bukannya saya anti poligami, dan saya tidak berani bilang bahwa saya anti poligami, takut saya akan mengalami hal tersebut, saya tidak akan mampu mengolah jawaban tersebut.
Nah sekarang dari anak-anak. Tentunya ada efek psikologi terhadap anak karena memang memiliki kehidupan orang tua yang berbeda dengan teman sepermainannya. Mudah2an anak anak bisa mendapatkan perhatian yang rata dan memiliki teladan yang selalu ada bila di butuhkan. Jangan sampai mencari tokoh yang kurang baik seperti tokoh2 smack down yang lagi heboh. Setiap anak pasti butuh tokoh panutan, dimana orang tua harus bisa memenuhinya. Kadang harus melalui proses sebelum menemukan tokoh yang benar2 pas. Seperti aku mencontoh ayah yang hanya menyediakan satu tempat disandingnya. Meski butuh waktu untuk menyadari bahwa ada cinta sejati yang tulus dalam keheningan. Tanpa warna, tanpa jejak.

Jangan langsung ber husnudzon (berperasangka baik) atau bahkan su’udzon (berperasangka buruk) terhadap kejadian tanpa melihat lebih jauh karena kita tidak akan bisa menyerap hikmah yang ada. Tetaplah belajar kebaikan dari semua orang siapapun itu. Kalo kita berguru pada seseorang tapi tidak bisa melihat kelemahan orang tersebut, mulailah berhati hati. Sebab itu awal dari penyimpangan dan awal matinya akal dan hati kita. Juga jadikanlah alam semesta ini sebagai guru kita. Sakit sekali kalau ada yang mengatakan Islam tuh buat tukang kawin. Islam adalah Rahmatan lil ‘Alamin (Islam membawa Rahmat bagi seluruh alam semesta).






Tidak ada komentar: