Jumat, 01 April 2016

Jam Gadang Indah Nian



Jam Gadang Indah Nian
Jam Gadang adalah landmark kota Bukittinggi dan provinsi Sumatra Barat di Indonesia. Simbol khas Sumatera Barat ini pun memiliki cerita dan keunikan karena usianya yang sudah puluhan tahun

Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota). Pada masa penjajahan Belanda, jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan, sedangkan pada masa pendudukan Jepang, berbentuk klenteng. Pada masa kemerdekaan, bentuknya berubah lagi menjadi ornamen rumah adat Minangkabau

Ukuran diameter jam ini adalah 80 cm, dengan denah dasar 13x4 meter sedangkan tingginya 26 meter. Pembangunan Jam Gadang yang konon menghabiskan total biaya pembangunan 3.000 Gulden ini, akhirnya menjadi landmark atau lambang dari kota Bukittinggi. Ada keunikan dari angka-angka Romawi pada Jam Gadang ini. Bila penulisan huruf Romawi biasanya pada angka enam adalah VI, angka tujuh adalah VII dan angka delapan adalah VIII, Jam Gadang ini menulis angka empat dengan simbol IIII (umumnya IV).
Jam ini digerakan mesin secara manual dan dibuat oleh bangsawan pembuatan jam asal Inggris Brixlion. Data lain menyebutkan, mesin Jam Gadang dibuat oleh ahli jam dari Jerman bernama Recklinghausen. Mesin jam ini dipercaya hanya dibuat dua unit di dunia yakni untuk ”Jam Gadang” di Bukittinggi dan "Big Ben" di London, Inggris, sehingga dua monumen ini disebut "kembar".
Sekarang jarum  Jam Gadang terhenti, karena ada kerusakan sedikit di dalamnya. Arah jarum Ja  Gadang terhenti pada posisi pukul 08.03 WIB (20.03 WIB). Sebelumnya saat gempa terjadi jarum jam berhenti pada posisi pukul 12.56, lalu kembali bergerak dan berhenti lagi pada posisi pukul 14.45 dan 20.03 WIB. Terhentinya detak jam karena bandulan jam (peralatan penggerak detik-detik jarum jam) patah. Bendulan berbentuk kayu balok dari kayu jati dengan panjang sekitar setengah meter itu patah karena gempa. Keretakan juga banyak dialami fisik bangunan tersebut dan sedikitnya ada 50 titik retak pada bangunan monumen itu, terutama pada bagian dalam. Satu bidang kaca jendela bangunan pada bagian atas Jam Gadang juga pecah.
Entah kapan proses pembetulan tersebut akan dilakukan. Yang jelas Jam Gadang merupakan kewajiban bagi pelancong untuk mengabadikannya ditengah Bukit Tinggi nan elok permai. Bukittinggi adalah mantan ibukota yang melahirkan tokoh-tokoh bangsa. Dan kota ini bercirikan si kembar bigben.

Tidak ada komentar: