Minggu, 14 Januari 2018

Sepak Terjang Gerwani





Sepak Terjang Gerwani

Gerwis, pendahulu Gerwani, didirikan pada bulan Juni 1950 oleh enam serikat organisasi perempuan yang ada berbasis di Pulau Jawa; organisasi lainnya dari seluruh nusantara bergabung dengan grup selama beberapa tahun berikutnya. Ini mendirikan kantor-kantor di seluruh negeri, dan berkantor pusat di Semarang, kemudian dikenal sebagai "Kota Merah" bagi banyak organisasi kiri mereka.
Kampanye awal Gerwani difokuskan pada reformasi sistem hukum Indonesia untuk membuat wanita dan pria sama di mata hukum. Banyak penekanan ditempatkan pada undang-undang perkawinan, memberikan prioritas kepada kebiasaan setempat bahwa di banyak tempat membatasi kemampuan perempuan untuk mewarisi harta atau untuk menolak pernikahan poligami secara paksa. Gerwani memberikan dukungan individu untuk perempuan yang telah disalahgunakan atau ditinggalkan oleh suami mereka.
Pada awal 1960-an, Gerwani telah mendapatkan peran dalam politik nasional. Hubungan dengan PKI menjadi lebih dekat, dan aspek-aspek feminis dalam aktivisme telah berkurang. Organisasi ini juga menjadi pendukung kuat Presiden Sukarno, meskipun ada beberapa ketidaksetujuan Gerwani atas pernikahan poligami yang dilakukan Presiden. Organisasi Gerwani memiliki puncak pengikut sekitar 1,5 juta anggota pada tahun 1965.
Gerwani dikenal sebagai organisasi wanita yang aktif di Indonesia pada tahun 1950-an dan 1960-an. Organisasi ini didirikan pada tahun 1950, dengan lebih dari 650.000 anggota pada tahun 1957. Gerwani memiliki hubungan yang kuat dengan Partai Komunis Indonesia, tapi sebenarnya merupakan organisasi independen yang memperhatikan masalah-masalah sosialisme dan feminisme, termasuk reformasi hukum perkawinan, hak-hak buruh, dan nasionalisme Indonesia.
Di DPR, Ketua Umum Gerwani Umi Sardjono menegaskan bahwa perjuangan mengesahkan UU perkawinan harus dipandang sebagai perjuangan melengkapi revolusi nasional. Gerwani paling keras menentang poligami, perkawinan anak-anak, dan pelecehan terhadap perempuan. Pengertian kemerdekaan nasional bagi Gerwani meliputi penghapusan terhadap poligami, kawin paksa, pelacuran dan beban kerja ganda. Di tahun 1957, Gerwani menjadi pendukung perjuangan bangsa Indonesia untuk mengusir kolonialisme Belanda di Irian Barat. Gerwani mengirimkan anggotanya untuk menjadi sukarelawati untuk pembebasan Irian Barat. Gerwani memobilisasi 15.000 wanita ke Istana Negara, saat peringatan Hari Perempuan Sedunia, 1 Maret 1961, untuk menentang pembentukan negara boneka Papua oleh kolonialis Belanda.
Pada tahun 1957, Gerwani aktif mendukung gerakan buruh untuk menasionalisasi perusahaan asing, terutama perusahaan milik Belanda. Langkah ini merupakan upaya pemerintahan Bung Karno untuk melikuidasi sisa-sisa ekonomi kolonial. Dalam kampanye nasionalisasi terhadap perusahaan minyak Caltex, Gerwani dan SOBSI menggalang pembantu rumah tangga untuk memboikot majikan mereka. Aksi itu meluas ke restoran dan toko-toko untuk menolak melayani orang asing.
Pada tahun 1960-an, Gerwani berkampanye untuk ketersediaan pangan dan sandang bagi rakyat. Seakan itu semua masih belum cukup, Gerwani rajin melakukan aksi demonstrasi untuk menentang kenaikan harga bahan pokok. Salah satu demonstrasi besar yang digalang Gerwani untuk menolak kenaikan harga terjadi pada tahun 1960. Bung Karno merespon aksi tersebut dan berjanji menurunkan harga dalam tiga tahun. Di desa-desa, anggota Gerwani giat bekerjasama dengan Barisan Tani Indonesia (BTI) untuk membela dan memperjuangkan hak-hak kaum tani, seperti hak atas tanah, pembagian hasil panen yang adil, dan lainnya. Gerwani menggelar kursus dan pelatihan bagi perempuan tani di desa-desa. Gerwani aktif memperjuangkan dilaksanakannya UU Pokok Agraria (UUPA) 1960 dan UU Perjanjian Bagi Hasil (PBH).
Gerwani aktif memperjuangkan hak-hak buruh perempuan. Pada tahun 1950-an, Gerwani berhasil mendesak Kongres Wanita Indonesia (Kowani) untuk mengadopsi piagam hak-hak perempuan, yang di dalamnya ada bab khusus tentang hak buruh perempuan, seperti hak yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam memasuki semua pekerjaan dan promosi jabatan, kesetaraan upah, dan penghapusan segala bentuk diskriminasi di tempat kerja. Gerwani dan SOBSI menggelar aksi bersama menuntut upah yang sama, cuti menstruasi dan hamil, hak perempuan mendapat promosi dan perlakuan yang sama di tempat kerja.
Pada tahun 1962, Gerwani mendukung politik Bung Karno untuk mengganyang negara boneka bentukan Inggris di Malaya, yakni federasi Malaysia. Selain berkampanye dan menggelar aksi demonstrasi, Gerwani menyiapkan anggotanya untuk menjadi sukarelawati dan dipersiapkan untuk dikirim dalam operasi Trikora. Gerwani aktif menentang pemberontakan PRRI/Permesta, yang dibelakangnya adalah kepentingan imperialisme AS.  Bagi Gerwani, meneruskan revolusi berarti melawan PRRI/Permesta.
Pada tahun 1960, Gerwani aktif mendukung kampanye pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang diserukan oleh Bung Karno. Gerwani mendirikan tempat-tempat belajar dan menggelar kursus-kursus PBH. Gerwani aktif dalam memperjuangkan hak-hak anak-anak. Contohnya yakni mendirikan fasilitas pengasuhan untuk anak-anak. Salah satunya adalah tempat penitipan anak. Pada pertengahan 1960, Gerwani punya 1.500 balai penitipan anak semacam itu. Dan pada tahun 1963, Gerwani resmi mendirikan Yayasan Taman Kanak-Kanak (TK) Melati, yang pengurusnya bekerja penuh mengurus penitipan anak. Pada tahun 1960, Gerwani juga merumuskan “panca-cinta” sebagai pedoman pendidikan anak-anak, yaitu cinta tanah air, cinta orangtua dan kemanusiaan, cinta kebenaran dan keadilan, cinta persahabatan dan perdamaian, dan cinta alam sekitar.
Gerwani aktif berkampanye untuk pemberantasan korupsi hingga ke akar-akarnya. Gerwani menuding korupsi sebagai salah satu biang kerok kenaikan harga-harga. Beberapa aksi demonstrasi yang digalang Gerwani berisi tuntutan penghapusan korupsi dan retooling aparatur negara. Gerwani aktif menentang pelacuran. Pelacuran bukan kesalahan perempuan. Kondisi sosial dan ekonomilah yang memaksa mereka menjadi pelacur.  Gerwani yakin, pelacuran akan lenyap di Indonesia apabila sosialisme sudah dipraktekkan. Gerwani aktif menentang pornografi dan memboikot film-film yang merendahkan martabat perempuan. Pada tahun 1950-an, Gerwani aktif berkampanye menentang film-film yang mempromosikan kebudayaan imperialis, terutama film-film Amerika Serikat (AS). Salah satu film yang diprotes berjudul Rock ‘n Roll, yang dianggap bisa meracuni pikiran anak-anak muda. Film lain yang diprotes semisal Rock Around the Clock (1956) dan Don’t Knock the Rock. Gerwani mendukung berdirinya Lembaga Film Rakyat.
Gerwani aktif dalam kampanye dan menggelar aksi-aksi menentang imperialisme. Aksi menentang aksi imperialisme Belanda saat kampanye Trikora, lalu aksi menentang kolonialisme Inggris melalui kampaye Dwikora, menuntut nasionalisasi perusahaan milik negara-negara imperialis, dan mengecam keterlibatan imperialisme AS dalam pemberontakan PRRI/Permesta
Gerwani memiliki majalah bulanan bernama Api Kartini. Majalah ini berisi ulasan dari banyak persoalan: dari pergerakan perempuan, situasi ekonomi-politik nasional, budaya, masalah-masalah perempuan, resep masakan, jahit-menjahit, dan lain-lain. Anggota redaksinya terdiri dari: Maasje Siwi S, S Sijah, Darmini, Parjani Pradono, SK Trimurti. Turut membantu redaksi, antara lain: Rukiah Kertapati, Sugiarti Siswadi, Mr Trees Sunio, Sulami, Rukmi B Resobowo, Siti Suratih, Sulistyowarni, Sutarni, Sudjinah, dan Sarini.
Gerwani aktif berkampanye tentang perlunya gerakan politik perempuan dan mendorong perempuan masuk ke gelanggang politik. Gerwani berharap lebih banyak wanita yang menjadi anggota DPR dan DPRD, kepala desa, Bupati, Gubernur, Menteri, dan lainnya. Pada pemilu 1955, sejumlah pimpinan Gerwani masuk daftar calon anggota DPR melalui PKI, seperti Salawati Daud, Suharti Suwarto, Ny. Mudigdo, Suwardiningsih, Maemunah, dan Umi Sardjono.
Gerwani aktif dalam Gerakan Perempuan Internasional, khususnya melalui Gerakan Wanita Demokratis Sedunia (GWDS). Melalui GWDS, Gerwani berkampanye tentang penghentian perlombaan persenjataan, pelarangan percobaan senjata atom, mempromosikan perdamaian dunia dan menentang perang, mendukung Konferensi Asia Afrika, penghapusan apartheid, penghapusan diskriminasi rasial dan fasisme, dan mengecam agresi imperialis di berbagai negara seperti Vietnam, Laos, Kamboja, dan masih banyak lagi.

Sumber :
https://www.boombastis.com/fakta-gerwani/71018

Tidak ada komentar: