Jumat, 12 Januari 2018

Akhir Kisah Seorang Chaerul Saleh



Akhir Kisah Seorang Chaerul Saleh

Di 1965, meletuslah gerakan 30 September 1965. Teman-teman perwira Jenderal yang pernah seangkatan teman gerilya dengan Dr. Chaerul Saleh di antaranya tewas, seperti nasib naas yang menimpa Letjen Ahmad Yani, mantan komandan palagan Ambarawa. Dr. Chaerul Saleh sampai dengan suara sedih mengucap,"apa,...Yani juga kena..."

Istana Merdeka rusuh. Rakyat melakukan demostrasi sangat besar, dan mengeluarkan salah satu tuntutannya Tritura (tiga tuntutan rakyat),:1. Bubarkan kabinet Dwikora, 2. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya, 3. Turunkan harga-harga. Dekat markas Kostrad, (komandannya Mayjen Pangkostrad Soharto), terletak depan Gambir, di Jakarta Pusat, mahasiswa UI, Arief Rahman Hakim, aktifis KAMI/KAPPI dari UI Salemba, di tembak tentara. Di istana Merdeka, terdapat penjagaan tentara di pimpin Letnan Sarwo Edhi Wibowo (komandan RPKAD )di depan halaman istana merdeka. Mayjen Soeharto turun ke jalan, untuk memperlihatkan pada rakyat bahwa Soeharto dan segenap teman perwira jenderalnya adalah barisan yang tetap setia pada pemerintahan Soekarno. Presiden Soekarno memuji Soeharto, bahkan sebagai pengganti Letjen Ahmad Yani, Mayjen Pangkostrad Soeharto di angkat sebagai Menpangad penggantinya. Soekarno bertolak ke istana Bogor. Soekarno ke Istana Bogor hanya di temani Waperdam II Dr. Leimena dan Waperdam III, Dr. Chaerul Saleh dengan helicopter.
Setiba di istana Bogor, Mayjen Soeharto menyusul Presiden Soekarno ke Bogor, sementara secara tiba-tiba pula dua tangan kanannya, Waperdam Dr. Leimena dan Dr. Chaerul Saleh di suruh pulang ke Jakarta dengan di kempit tentara. Mayjen Soeharto menanyakan kenapa Presiden Soekarno tidak mau di jaga olehnya. Di Intisari di informasikan bahkan Soekarno ketika bertemu dengan publik Indonesia, dikawal tantara dan tidak di perbolehkan menyapa sama sekali pada penduduk, langsung di halau ke mobil oleh tentara, seusai peristiwa gestapu.
Dr. Chaerul Saleh, sejak dari istana Bogor pulang ke Jakarta, tadinya di beritahukan bahwa karena habis peristiwa gestapu, sejak itu keamanan dirinya menjadi urusan militer dan negara, untuk alasan keamanan, melalui surat dari Menpangad Mayjen Soeharto, Dr. Chaerul Saleh di jadikan berstatus sebagai tahanan rumah sementara. Status Dr. Chaerul Saleh secara tiba-tiba dirubah dari tahanan negara, menjadi tahanan politik/tahanan militer. Perubahan itu membuat Dr. Chaerul Saleh protes, bahkan menelepon teman seangkatannya ketika berguru pada Tan Malaka di Padang, dan teman ketika menjadi aktifis revolusi kemerdekaan RI di gedung Menteng 31, Adam Malik, yang rumahnya juga dekat di sekitar kawasan Jakarta Pusat/Menteng, tapi berkali-kali Dr. Chaerul Saleh menelepon, teleponnya tidak di angkat Adam Malik.
Dr. Chaerul Saleh melanjutkan protesnya pada mahkamah tinggi pengadilan negara, bahkan mengatakan kalau saya bersalah, mestinya di sidang pengadilan, tapi tetap saja Dr. Chaerul Saleh di masukkan ke tahanan militer, tanpa sidang pengadilan.
Bukan hanya Waperdam-waperdam; Dr. Soebandrio, Dr. Leimena, Dr. Chaerul Saleh, bahkan Perdana Menteri Dr. Syahrir juga ikut di jadikan tahanan rumah sampai tahanan militerSejarah 30 tahun Indonesia merdeka cuma mencatat korban-korban gestapu/pahlawan anumerta (kabinet) revolusi cuma para jenderal-jenderal. Padahal di antara para Perdana Menteri dan Wakil Perdana Menteri juga ikut di siksa hingga di bunuh oleh militer, tanpa status pengadilan resmi di tahanannya. Seperti yang menimpa Dr. Chaerul Saleh. Seperti Arief Rahman Hakim dari UI/KAMI-KAPPI yang juga di bunuh tantara yang sampai saat ini belum diketahui pihak mana.
Setelah Dr. Chaerul Saleh di masukkan ke penjara militer, isterinya Siti Johanna Menara Saidah yang ingin menjenguk dan membawakan makananpun dilarang oleh tentara. Sempat sekilas isterinya bertemu dengan Dr. Chaerul Saleh yang sudah nampak semakin linglung, (seperti habis di intimidasi sejak bertahun-tahun di selnya) dan katanya kini rajin mengurus pot tanaman. Mendengar cerita Dr. Chaerul Saleh, hampir seperti kisah di penjaranya Sayid Quthb, Fathi Yakan dan anggota Ikhwanul Muslimin (Islamic Brotherhood) yang dari Mesir setelah berhasil mengalahkan pasukan Israel dan membela kemerdekaan bangsa negara Palestina, justru disiksa keras sampai ada yang di gantung terbalik atau di suruh berjalan menginjak beling, oleh tantara. Keluarga dikirimi jenazah Chaerul Saleh, yang di katakan tentara (AD), terjatuh dari kamar mandi. Ali Sadikin yang waktu itu menjabat sebagai Jenderal TNI AL, ketika melawat ke rumah Dr. Chaerul Saleh di Jl. Teuku Umar,Jakarta Pusat, sangat marah pada tentara AD yang mengirim jenazah Dr. Chaerul Saleh hanya di lapisi gulungan tikar. "Masa orang yang jasanya begitu tinggi pada negara seperti bapak Chaerul Saleh, di hinakan begitu..." Tati Murtasih dan dokter (saudara), ikut memandikan jenazah Dr. Chaerul Saleh. Keduanya menemukan tanda seperti memar dan kebiru-biruan pada sekujur tubuhnya Dr. Chaerul Saleh, seperti habis di racun dan di aniaya.
Almarhum Dr.Chaerul Saleh dikuburkan di TPU Karet, dekat jl. Setiabudi, kuningan, pada 1967. Setelah pemakamannya Presiden Soeharto ( yang baru naik jabatan sebagai Presiden RI kedua setelah turunnya Supersemar), mengirimkan surat keterangan apabila Dr. Chaerul Saleh tidak bersalah dan tidak terbukti sebagai PKI atau bagian dari pelaku gestapu.
Sumber :

Tidak ada komentar: