Sabtu, 04 Agustus 2018

Guratan taufiq ismail dengan langkah 1966


Guratan taufiq ismail dengan langkah 1966


Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu

“ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi”
(karangan Bunga, 1966)

Ketika saya membacanya untuk pertama kali di rumah tahanan Jalan Keagungan, Jakarta, saya merasa seakan angin segar datang menghembus melenyapkan kgelapan yang ditimbulkan dalam relung-relung kalbu manusia Indonesia oleh tirani seratus menteri.(Mochtar Lubis, 1966)
Taufiq Ismail, lulusan dokter Hewan dan Petrnakan Universitas Indonesia (sebelum berubah menjadi Institut Pertanian Bogor) pertama menggebrak dengan buku berjudul Tirani dan benteng terbitan yayasan Ananda. Taufiq Ismail berutang budi pada Soe Hok Djin (Arief Budiman), anak psikologi UI. Karena dialah karya-karaya Taufiq dapat tersaji dalam Tirani dan Benteng, puisi yang lain lenyap dalam kegelapan Kereta Api.
Cinta pada kebebasan. Adalah cinta terlarang hari ini. (2 September 1965, Pagi, 1965)
Kemerdekaan masih bertahan. Kemerdekaan untuk diam. Senja ini (2 september 1965, Senja, 1965)
Mantan ketua senat ini memang memiliki kekuatan tersendiri dalam menuturkan puisi. Kita ingat lagu yang dinyanyikan Chrisye? Ketika Tangan dan kaki berkata? Syairnya dibuat oleh Taufiq Ismail, begitu dalam. Anak kelahiran Bukit Tinggi ini memang tidak jauh dari tanah kelahirannya yang panda mengukir kata, tak heran, cita-citanya untuk mndirikan usaha peternakan belum juga dapat terwujud.
Demikianlah, bila kita harus berkata juga kontemporer! Saat ini! Ya saat ini juga. Dan secarik bintang melesat di atas sana. (Pikiran Sesudah Makan Malam, September, 1965)
Impian kemerdekaan. Dimatamu membayang. Malam dan Siang. (Sesudah Dua Puluh Tahun, 1965)
Dari titik ini. Sedang kita tarik garis lurus. Ke titik berikutnya.
Segala komponen. Telah jelas. Dalam soal. Yang sederhana. (gemetri, 1966)
Selama ini kita selalu ragu-ragu. Dan berkata: Dua tambah dua mudah-mudahan sama dengan empat. (Arithmetik Sederhana, 1966)
Dalam dada sesak. Kabut mengerang lalu menggelepar. Dan di sini kulihat Iwan. Ketika dia menunjukkan sebuah bulan bujur sangkar. (Tjaikovski 1812, 1965)
 Almamater, janganlah bersedih
Bila arakan ini bergerak perlahan
Menuju pemakaman
Siang ini

Anakmu yang berani
Telah tersungkur ke bumi
Ketika melawan tirani
(Salemba, 1966)

Tidak ada komentar: