Sabtu, 04 Agustus 2018

Bahasan Artikel Handphone Touchscreen, Analisa Pasar Indonesia


1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars(2 votes, average: 3.00 out of 5)

Indonesia dan Singapura, dua negara yang berdekatang secara geografis, namun sangat berbeda dalam selera handphone. Bila di Indonesia saat ini dilanda demam Blackberry, yang ikuti pula oleh demam chinaberry (HP buatan china yang meniru Blackberry, maka di Singapura Handphone touchscreen sangat digemari. Handphone yang di Indonesia penjulannya tidak begitu sukses, seperti Iphone, Samsung Omnia, HTC Touch, HTC Magic, dll, menuai sukses di sana.
Seorang teman saya yang berbisnis aksesoris Blackberry menyatakan pendapatnya bahwa sukses Handphone touchscreen di Singapura disebabkan juga oleh tarif Voice yang sangat murah di sana. Dengan kondisi geografis yang kecil, maka investasi operator telco dalam menyediakan BTS juga sangat minim, bila dibadingkan dengan Indonesia. Kondisi pengguna telepon di sana lebih menyukai voice daripada sms dan data. Hal ini sangat bertolak belakang dengan di Indonesia, dimana SMS dan data (BBM, Messenger, dll) dianggap lebih reliable dan murah. Layanan voice di indonesia saat ini memang sedang mengalami perang harga, banyak operator menawarkan tarif yang gila-gilaan murahnya, namun kulitasnya juga dipertanyakan. Sering kita mengalami sulitnya melakukan panggilan, suara yang terputus-putus, bahkan saya sempat beberapa kali mengalami kesalahan routing (Saya melakukan panggilan dari phonebook, tetapi yang menerima bukan nomor yang saya tuju, sementara pada saat yang bersamaan, orang yang saya telepon mendapat panggilan dari nomor saya, dan anehnya ketika di anggkat bukan suara saya? aneh kan…..)
Kembali ke masalah touchscreen, dengan kondisi demikian, maka konsumen Indonesia mengganggap penting fitur sms dan data. Dengan demikian handphone dengan fitur qwerty keyboard lebih disukai, dengan alasan bila menggunakan touchscreen sulit dipakai untuk sms, apalagi sambil menyetir… 
Saya jadi ingat kondisi dimana sms waktu itu masih merupakan layanan yang bergengsi, karena hanya pelanggan post paid saja yg dapat menikmatinya, itupun tidak dapat melakukan sms antar operator. Barulah setelah Satelindo, dengan mentarinya membuka layanan SMS untuk prepaid, segera saja SMS menjadi demikian populer, terlebih pada saat itu tarif percakapan telepon luar biasa mahalnya, apalagi untuk keluar kota. Dulu istilah roaming begitu di takuti, sehingga orang lebih suka mematikan telepon bila berpergian ke luar kota. Sejak saat itulah layanan SMS menjadi lebih populer di bandingkan Voice, dan orang sudah terbiasa untuk berkirim SMS, yang kadang-kadang justru lebih mahal di bandingkan melakukan panggilan telepon…..
tp://www.paulussetyo.com/2009/09/handphone-touchscreen-analisa-pasar-indonesia/

Tidak ada komentar: