(2 votes, average: 3.00 out of 5)
Indonesia dan Singapura, dua negara
yang berdekatang secara geografis, namun sangat berbeda dalam selera handphone.
Bila di Indonesia saat ini dilanda demam Blackberry, yang ikuti pula oleh demam
chinaberry (HP buatan china yang meniru Blackberry, maka di Singapura Handphone
touchscreen sangat digemari. Handphone yang di Indonesia penjulannya tidak
begitu sukses, seperti Iphone, Samsung Omnia, HTC Touch, HTC Magic, dll, menuai
sukses di sana.
Seorang teman saya yang berbisnis
aksesoris Blackberry menyatakan pendapatnya bahwa sukses Handphone touchscreen
di Singapura disebabkan juga oleh tarif Voice yang sangat murah di sana. Dengan
kondisi geografis yang kecil, maka investasi operator telco dalam
menyediakan BTS juga sangat minim, bila dibadingkan dengan Indonesia. Kondisi
pengguna telepon di sana lebih menyukai voice daripada sms dan data. Hal ini
sangat bertolak belakang dengan di Indonesia, dimana SMS dan data (BBM,
Messenger, dll) dianggap lebih reliable dan murah. Layanan voice di indonesia
saat ini memang sedang mengalami perang harga, banyak operator menawarkan tarif
yang gila-gilaan murahnya, namun kulitasnya juga dipertanyakan. Sering kita
mengalami sulitnya melakukan panggilan, suara yang terputus-putus, bahkan saya
sempat beberapa kali mengalami kesalahan routing (Saya melakukan panggilan
dari phonebook, tetapi yang menerima bukan nomor yang saya tuju, sementara pada
saat yang bersamaan, orang yang saya telepon mendapat panggilan dari nomor
saya, dan anehnya ketika di anggkat bukan suara saya? aneh kan…..)
Kembali ke masalah touchscreen,
dengan kondisi demikian, maka konsumen Indonesia mengganggap penting fitur sms
dan data. Dengan demikian handphone dengan fitur qwerty keyboard lebih disukai,
dengan alasan bila menggunakan touchscreen sulit dipakai untuk sms, apalagi sambil
menyetir…
Saya jadi ingat kondisi dimana sms
waktu itu masih merupakan layanan yang bergengsi, karena hanya pelanggan post
paid saja yg dapat menikmatinya, itupun tidak dapat melakukan sms antar
operator. Barulah setelah Satelindo, dengan mentarinya membuka layanan SMS
untuk prepaid, segera saja SMS menjadi demikian populer, terlebih pada saat itu
tarif percakapan telepon luar biasa mahalnya, apalagi untuk keluar kota. Dulu
istilah roaming begitu di takuti, sehingga orang lebih suka mematikan telepon
bila berpergian ke luar kota. Sejak saat itulah layanan SMS
menjadi lebih populer di bandingkan Voice, dan orang sudah terbiasa untuk
berkirim SMS, yang kadang-kadang justru lebih mahal di bandingkan melakukan
panggilan telepon…..
tp://www.paulussetyo.com/2009/09/handphone-touchscreen-analisa-pasar-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar