Senin, 19 Januari 2015

Konsep Kehilangan Yang Menyeruak

Konsep Kehilangan Yang Menyeruak

Di sudut pasar kota Madinah pernah ada seorang pengemis Yahudi. Ia buta. Ia hanya menggantungkan hidupnya pada orang yang mau memberinya makan. Dan setiap kali ada seseorang yang datang mendekatinya, ia selalu berkata, “Wahai saudaraku. Jangan dekati Muhammad! Dia itu orang gila, pembohong. Tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya, kalian pasti akan terkena pengaruhnya!” Namun, setiap hari justru Rasulullah SAW mendatanginya. Beliau membawa makanan dengan tangannya sendiri. Dan lebih dari itu, tanpa berkata sepatah pun, beliau menyuapi pengemis Yahudi buta itu dengan makanan yang beliau bawa. Beliau pun tak luput mendapatkan pesan yang sama dari pengemis itu sebagaimana disampaikan kepada sekalian orang.
“Siapakah kau?” tanyanya ketus. “Aku orang yang biasa menyuapimu,” jawab Abu Bakar.
“Bukan!” sergah si Yahudi. “Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku.”
Abu Bakar termangu.
“Apabila ia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan mulut ini mengunyah,” lanjutnya pada Abu Bakar. “Orang yang biasa mendatangiku selalu menyuapiku dengan lembut.”Abu Bakar tak kuasa menahan bulir air di matanya. Ia pun sesenggukan. “Ya, kisanak. Memang aku bukanlah orang yang biasa datang kepadamu. Aku hanyalah salah seorang sahabatnya. Dan orang yang mulia itu kini telah tiada.” “O, ya? Siapakah dia? Siapa dia sebenarnya?” “Dialah Muhammad Rasulullah SAW.” “Muhammad? Benarkah demikian?” Abu Bakar mengiyakan. Ia pun lalu bersyahadat di depan Abu Bakar.
waktu sesuatu yang kita miliki ada di dekat ki
ta, kita ga pernah menghargai dan memperhatikan mereka dengan hal yang semestinya. Namun kita merasa akan kehilangan  mereka. Rasa sayang yang sesungguhnya baru akan muncul dari dalam hati dan waktu itu kita bisa melihat apakah kita benar2 menyayangi seseorang. Dan itu merupakan perjalanan apakah masih terlambat atau tidak.
Apabila kita pergi ke suatu tempat. Ada ruang yang menyatakan bahwa anda tlah tertinggal/ketinggalan sesuatu, apakah itu? Jika anda biarkan, di tengah perjalanan baru ingat ada dompet tertinggal....siapa yang memberitahu kita? Atau apakah itu....
Aku kehilangan ideku. Aku menjadi linglung. Aku hilang  konsentrasi. Ide-ideku saat ini hilang, ingin rasanya aku plagiasi saja. Tapi kok murahan banget ya? Aku harus bagaimana? Yang bisa dilakukan sekarang hanya menulis, menulis hal-hal yang tidak berguna. Diary pribadi, curhat tidak jelas, patah hati, nulis mabuk enggak jelas. Belum lagi kerjaan numpuk enggak karuan. Semuannya tidak kunjung selesai. Sekarang ku ingin pulang, ku ingin istirahat, tapi libur malah membunuhku. Kerja senin sampai jumat dari jam setengah delapan sampai entah jam berapa, capek, sabtu minggu bermain-main dengan alam fotografi dan dunia wacana, serasa menjadi kehilangan semangat. Harus bagaimana aku? Mundur? Maju? Nyamping?serong?Kebingungan aku dengan waktu, tidak bisa berpijak lurus, tidak bisa melengak lengok situasi. Huh, desah nafasku, semakin berat.
Pertama kali dia bilang klo dia mo keluar dari kantor, aku tersenyum memberi dukungan. Kemudian aku tertawa dan merasa senang. Alhamdulillah, wasyukurillah, dia akhirnya akan mencoba menjadi yang lebih baik dan menyenangkan. Berkali-kali aku mengucapkan selamat dan bertepuk tangan disertai dengan keirian dan serapahku pada diriku terhadap ketidakmampuanku terhadap hal yang dia lakukan. Untunglah tidak kubawakan semangkuk keinginan..he he…Waktu pulang ke rumah, aku baru sadar. Kalau dia pergi, dan aku menjadi kehilangan……Aku benci. Dulu ketika dia ada, kenapa semuanya terasa biasa dan biasa saja tanpa ada pertanyaan untuk maju. Kenapa sekarang benar-benar terasa kehilangan. Malam itu terasa panjang dan tidak berkesudahan. Dan aku sangat kehilangan dia, sekarang, Sebelum dia pergi. Aku berharap dia tidak pergi, tapi itu tak mungkin. Jadi aku berdoa saja, kuharap keberuntungannya menulariku. Amin….dan aku hanya mematung memandangnya dengan iri dan menatap diriku dicermin dengan mata yang rendah..   

Alhamdulillah, hikmah kehilangan menjadi terobati. Mendapatkan kembali ide kembali untuk menulis lagi yang terlupakan. Allah langsung menampakkan cahayaNya. Aku mencoba memahaminya karena aku mencoba untu ikhlas terhadap kehilangan; semua berasal dari-Nya dan akan kembali pada-Nya. Banyak kehilangan yang kita dapatkan, disengaja atau tidak. Terkadang kita tidak cerdas menyikapinya. Menggerutu, menyerapah, menyesal, bahkan sampai putus asa. Sabar, ikhlas, atau menyerahkan semuanya pada Yang Kuasa bukan berarti pasrah atau menyerah. Ya Allah, saya yang memang teledor. Allah tidak pernah memutus rejeki ummat-Nya. Tapi entah, aku terkadang masih sangsi. Hari ini aku mencoba dan belajar untuk mendapatkan  hal sangat berharga dan mendasar. Memahami makna dari kehilangan yang mudah-mudahan dibaliknya terdapat hal lebih berharga (aku sangat mengharapkannya ya ALLAH). Terima kasih Ya  ALLAH, aku bersujud padaMu. Sayang dan kasih-Mu tidak mengenal penghilangan. Semoga hambaMu yang kurang bersyukur ini selalu dapat memahami dan mengambil makna dan manfaatnya. Bagaimana menurut anda? Jangan balikkan pertanyan itu kepada saya.


Tidak ada komentar: