Jumat, 23 Januari 2015

Istilah, Frasa, Idiom,…….Itulah Bahasa


Istilah, Frasa, Idiom,…….Itulah Bahasa
Sejak bahasa Indonesia bermain keingris-inggrisan pada kisaran tahun 1972, istilah inggris menjadi menjamur masuk dalam kosa kata bahasa Indonesia.  Karena itu, untuk mencari tahu arti kosakata “bahasa Indonesia” kadang-kadang kita harus membuka-buka kamus dwibahasa Inggris-Indonesia, Belanda-Indonesia, Cina-Indonesia, melayu-Indonesia, atau Jawa-Indonesia. Bahasa Indonesia berorientasi pada bahasa Inggris dan pemakai bahasa Indonesia paling banyak adalah orang dari suku Jawa. Jadi, wajar-wajar saja karena siapa pun dan dari suku apa pun (jika perlu) boleh memasukkan kosakata atau istilah asing atau daerah ke dalam bahasa Indonesia.
"Good Night, Sleep tight" Jaman dulu di Inggris, matras untuk tidur biasanya
diikat ujung-ujungnya dengan tali yang dikaitkan kerangka tempat tidur.
Ketika seseorang hendak berangkat tidur, maka tali-tali tersebut ditarik sehingga matras menjadi lebih kencang, lebih "firm" untuk tidur. Maka dari sinilah lahir ekspresi "Good Night, Sleep Tight"
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Ada dua macam istilah, yaitu istilah khusus dan istilah umum. Istilah khusus ialah istilah dengan makna terbatas dalam arti hanya dipakai dalam bidang tertentu. Istilah umum ialah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan secara umum dalam berbagai bidang. Istilah muncul atau lahir atau juga diciptakan dari berbagai bahasa dengan berbagai cara.
Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru di mana tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Berikut ini adalah beberapa contoh idiom dengan artinya :
- cuci mata = cari hiburan dengan melihat sesuatu yang indah
- kambing hitam = orang yang menjadi pelimpahan suatu kesalahan yang tidak dilakukannya
- jago merah = api dalam kebakaran
- kupu-kupu malam = wanita penghibur atau pelacur komersial
- ringan tangan = kasar atau suka melakukan tindak kekerasan
- hidung belang = pria yang merupakan pelanggan psk atau pekerja seks komersil


"Honeymoon" Dimasa Babylon 4000 tahun lalu, selama sebulan setelah acara pernikahan,ayah dari mempelai putri biasanya akan menyediakan sejenis minuman yang terbuat dari madu lebah. Dan karena mereka menggunakan kalender lunar sebagai sistem penanggalan, maka tenggang masa selama sebulan itu mereka sebut sebagai "Honeymoon"
Untuk menciptakan suatu istilah yang baik dan benar, ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan. Salah satu syarat utama berkenaan dengan sumber istilah. Karena konsep yang akan dikemukakan untuk masyarakat Indonesia, yang sekaligus sebagai masyarakat tutur bahasa Indonesia, tentu saja sumber istilah yang diutamakan haruslah kosakata bahasa Indonesia.
Peri bahasa adalah suatu kiasan bahasa yang berupa kalimat atau kelompok kata yang bersifat padat, ringkas dan berisi tentang norma, nilai, nasihat, perbandingan, perumpamaan, prinsip dan aturan tingkah laku. Berikut ini adalah beberapa contoh peribahasa dengan artinya :
- Di mana bumi dipijak di sana langit di junjung
artinya : jika kita pergi ke tempat lain kita harus menyesuaikan, menghormati dan toleransi dengan budaya setempat.
- Tiada rotan akar pun jadi
artinya : tidak ada yang bagus pun yang jelek juga tidak apa-apa.
- Buah yang manis biasanya berulat
artinya : kata-kata yang manis biasanya dapat menyesatkan atau menjerumuskan.
- Tak ada gading yang tak akan retak
artinya : Tidak ada satu pun yang sempurna, semua pasti akan ada saja cacatnya


"You're fired" Orang-orang Scotland pada millenium pertama mempunyai kesepakatan untuk mengusir orang tak berkenan dari kampung mereka, dengan jalan membakar rumah orang Tersebut tanpa memberikan peringatan sebelumnya. Dari sinilah istilah "Get fired" untuk orang yang dikeluarkan secara paksa dari organisasi.
Kosakata bahasa Indonesia yang dapat dijadikan bahan istilah ialah kata yang dipakai secara umum, terutama kata yang lazim dan sering digunakan sehari‑hari, yang memenuhi salah satu syarat berikut (bisa juga lebih):
(1) Kata yang dengan tepat dapat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang dimaksudkan seperti tunak (steady), telur (percolate), dan imak (simulate); (2) Kata yang lebih singkat daripada kata lain dengan rujukan sama. Misalnya, kata gulma lebih singkat daripada kata tumbuhan pengganggu; suaka (politik) lebih singkat daripada perlindungan (politik); (3) Kata yang enak didengar (sopan), netral, dan tidak bernilai rasa buruk atau jelek. Misalnya, kata pramuria terasa lebih sopan daripada kata hostes; kata tunakarya lebih halus daripada kata penganggur, koma lebih halus daripada sekarat. Berhubungan dengan syarat ketiga, istilah-istlah yang berkaitan dengan nama-nama anggota tubuh tidak menggunakan bahasa daerah.
    Di samping itu, istilah dapat juga diciptakan dari kata yang lazim dipakai secara umum. Kata tersebut diberi makna baru atau khusus, baik dengan peluasan maupun dengan penyempitan makna. Misalnya, istilah berumah dua sebagai istilah baru yang menggantikan istilah beristri dua; istilah garis bapak dan garis ibu sebagai pengganti istilah patrilinear dan matrilinear; istilah temu kader untuk menyamarkan istilah kampanye. Karena itu, banyak orang memberi makna baru terhadap istilah demokrasi atau hak asasi manusia untuk kepentingan tertentu.
    Dengan cara yang sama, istilah dapat juga diciptakan dari kata yang taklazim digunakan sehari‑hari. Misalnya; istilah canggih kini digunakan dengan makna baru (semula bermakna ‘rumit, cerewet, bawel’) sebagai padanan istilah sophisticated yang sering digunakan pada awal tahun 80-an; sembir sebagai padanan kata margin.
Frasa atau frase adalah sebuah istilah linguistik. Lebih tepatnya, frase merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frase adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frase tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frase dari klausa dan kalimat. Simak beberapa contoh frase di bawah ini:

*       ayam hitam saya
*       ayam hitam
*       ayam saya
*       rumah besar itu
*       rumah besar putih itu
*       rumah besar di atas puncak gunung itu

"FUCK" Nah yang ini paling seru....., di zaman baheula di Inggris sono seseorang tidak bisa berhubungan badan tanpa memiliki izin tertulis dari raja (kecuali kalau memang dia anggota keluarga kerajaan). Jadi jika seseorang ingin memiliki bayi, mereka akan pergi
ke raja untuk meminta izin tertulis. Sang raja kemudian memberikan semacam kartu pass yang harus digantung didaun pintu kamar ketika mereka berhubungan badan. Kartu ini bertulisan "FUCK" (Fortification under Consent of the King) buset mao maen aja pk ijin segala kayak SIM aja.
    Kosakata bahasa daerah adalah kosakata yang tersebar di daerah atau wilayah kedaulatan Indonesia. Tidak menutup kemungkinan juga bahasa Melayu sebagai bahasa sumber karena bahasa ini pun termasuk rumpun bahasa yang sama, yakni rumpun bahasa Austronesia.
Kata‑kata yang lazim digunakan:
gambut (Banjar) ‘sejenis tanah’ = peat (Inggris)
nyeri (Sunda)     ‘sakit karena sesuatu’ = pain (Inggris)
sukan (Melayu) ‘bermain‑main dalam pesta’
janwarta (Minang + Indonesia) ‘jangan diberitakan’ = off the record (Inggris)
Kata‑kata yang taklazim lagi digunakan:
gawai (Jawa) = device (Inggris)
luah (Sunda, Bugis, Bali, Minang) =    discharge (Inggris)
Frase kerap dibedakan dengan kata majemuk. Makna frase tidak berbeda dengan makna kata yang menjadi kepala/inti frase.  Misalnya: Meja hitam tetaplah bermakna meja, tetapi ditambahkan pewatas sifat hitam. Meja kayu juga tetap meja, tetapi ditambahkan makna pewatas kayu. Di sisi lain, kata majemuk memiliki makna yang sangat jauh berbeda dengan makna kata-kata yang menjadi unsur-unsurnya, sehingga kata majemuk kerap disebut memiliki makna idiomatis. Misalnya: Meja hijau dalam bahasa Indonesia lebih bermakna 'sidang atau pengadilan', bukan semata-mata meja yang berwarna hijau. Tangan besi lebih bermakna kepemimpinan yang keras alih-alih tangan yang terbuat dari besi.
Beberapa jenis frasa:
  1. ... adverbial
  2. ... adjektival
  3. ... apositif
  4. ... ekosentris
  5. ... endosentris
  6. ... nominal
  7. ... parataktis
  8. ... preposisional
  9. ... verbal
Rumit juga ya? Tak usah ragu lagi menciptakan kata atau istilah, baik melalui bahasa daerah maupun melalui terjemahan atau juga melalui penyesuaian. Dalam menyesuaikan kata dari bahasa Inggris, Anda takperlu takut dicap kampungan atau takbisa berbahasa Inggris. Contoh penyesuaian yang betul servis, star, finis, fesyen, fi, ekstensi, eksebisi, kolaborasi, solat, zakat, azan, wudu, fotokopi, koalisi. Lebih Indonesiawi kalau yang kita pilih sesuai dengan lidah kita seperti serpis, pinis, pesen, pi, jakat, jaman,telepon, henpon, rido, paham, dan pikir. Tentu saja itu sekadar contoh. Yah itulah bahasa, akan menjadi popular ketika dipopulerkan




Penciptaan Kata dan Istilah Baru
Oleh: Abdul HAmid
Sejak bahasa Indonesia berorientasi pada bahasa Inggris, yaitu sejak 1972, begitu banyak kosakata dan istilah yang berasal dari bahasa Inggris masuk ke dalam bahasa Indonesia.    Selain dari bahasa Inggris, dari bahasa daerah (baca: Jawa) pun takkalah banyaknya. Karena itu, untuk mencari tahu arti kosakata “bahasa Indonesia” kadang-kadang kita harus membuka-buka kamus dwibahasa Inggris-Indonesia atau Jawa-Indonesia. Karena itu pula, sering terdengar adanya gerakan inggrisisasi (penginggrisan) atau jawaisasi (bukan jawanisasi) alias penjawaan dalam bahasa Indonesia. Orang Indonesia di luar suku Jawa dan takpaham bahasa Inggris takperlu merasa iri karena ini hukum bahasa. Bahasa Indonesia berorientasi pada bahasa Inggris dan pemakai bahasa Indonesia paling banyak adalah orang dari suku Jawa. Jadi, wajar-wajar saja karena siapa pun dan dari suku apa pun (jika perlu) boleh memasukkan kosakata atau istilah asing atau daerah ke dalam bahasa Indonesia. Laku atau taklaku, kosakata yang kita masukkan tadi bergantung pada kehendak masyarakat pemakainya. Apakah mereka mau memakai atau tidak, takada paksaan.
    Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Ada dua macam istilah, yaitu istilah khusus dan istilah umum. Istilah khusus ialah istilah dengan makna terbatas dalam arti hanya dipakai dalam bidang tertentu. Istilah umum ialah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan secara umum dalam berbagai bidang. Istilah muncul atau lahir atau juga diciptakan dari berbagai bahasa dengan berbagai cara.
Untuk menciptakan suatu istilah yang baik dan benar, ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan. Salah satu syarat utama berkenaan dengan sumber istilah. Karena konsep yang akan dikemukakan untuk masyarakat Indonesia, yang sekaligus sebagai masyarakat tutur bahasa Indonesia, tentu saja sumber istilah yang diutamakan haruslah kosakata bahasa Indonesia.
    Berikut dikemukakan sumber‑sumber untuk menciptakan istilah, baik istilah khusus maupun istilah umum. Sumber yang dimaksud secara berurut adalah bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing (baca: Inggris). Urutan tersebut didasarkan pada kedudukan dan fungsinya masing‑masing (bahasa daerah, bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya berfungsi sebagai pemerkaya bahasa Indonesia). Sayangnya, banyak di antara kita langsung melihat bahasa Inggris dan parahnya istilah dari bahasa Inggris ditelan mentah-mentah.
    Kosakata bahasa Indonesia yang dapat dijadikan bahan istilah ialah kata yang dipakai secara umum, terutama kata yang lazim dan sering digunakan sehari‑hari, yang memenuhi salah satu syarat berikut (bisa juga lebih):
(1) Kata yang dengan tepat dapat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang dimaksudkan seperti tunak (steady), telur (percolate), dan imak (simulate); (2) Kata yang lebih singkat daripada kata lain dengan rujukan sama. Misalnya, kata gulma lebih singkat daripada kata tumbuhan pengganggu; suaka (politik) lebih singkat daripada perlindungan (politik); (3) Kata yang enak didengar (sopan), netral, dan tidak bernilai rasa buruk atau jelek. Misalnya, kata pramuria terasa lebih sopan daripada kata hostes; kata tunakarya lebih halus daripada kata penganggur, koma lebih halus daripada sekarat. Berhubungan dengan syarat ketiga, istilah-istlah yang berkaitan dengan nama-nama anggota tubuh tidak menggunakan bahasa daerah.
    Di samping itu, istilah dapat juga diciptakan dari kata yang lazim dipakai secara umum. Kata tersebut diberi makna baru atau khusus, baik dengan peluasan maupun dengan penyempitan makna. Misalnya, istilah berumah dua sebagai istilah baru yang menggantikan istilah beristri dua; istilah garis bapak dan garis ibu sebagai pengganti istilah patrilinear dan matrilinear; istilah temu kader untuk menyamarkan istilah kampanye. Karena itu, banyak orang memberi makna baru terhadap istilah demokrasi atau hak asasi manusia untuk kepentingan tertentu.
    Dengan cara yang sama, istilah dapat juga diciptakan dari kata yang taklazim digunakan sehari‑hari. Misalnya; istilah canggih kini digunakan dengan makna baru (semula bermakna ‘rumit, cerewet, bawel’) sebagai padanan istilah sophisticated yang sering digunakan pada awal tahun 80-an; sembir sebagai padanan kata margin.
    Kosakata bahasa daerah adalah kosakata yang tersebar di daerah atau wilayah kedaulatan Indonesia. Tidak menutup kemungkinan juga bahasa Melayu sebagai bahasa sumber karena bahasa ini pun termasuk rumpun bahasa yang sama, yakni rumpun bahasa Austronesia.
Kata‑kata yang lazim digunakan:
gambut (Banjar) ‘sejenis tanah’ = peat (Inggris)
nyeri (Sunda)     ‘sakit karena sesuatu’ = pain (Inggris)
sukan (Melayu) ‘bermain‑main dalam pesta’
janwarta (Minang + Indonesia) ‘jangan diberitakan’ = off the record (Inggris)
Kata‑kata yang taklazim lagi digunakan:
gawai (Jawa) = device (Inggris)
luah (Sunda, Bugis, Bali, Minang) =    discharge (Inggris)
    Dalam hal sumber pencarian istilah, bahasa asing menduduki urutan ketiga. Dengan demikian, selain melihat ke dalam kita juga tidak menutup kemungkinan adanya istilah yang berasal dari dari luar, bahasa asing, terutama bahasa Inggris karena bahasa ini kini menjadi bahasa utama dalam hubungan antarbangsa; dan menjadi orientasi bahasa Indonesia (Catatan: sampai dasawarsa awal kemerdekaan, bahasa Indonesia berorientasi pada bahasa Belanda; dan karena itu sampai kini masih banyak dipakai kata/istilah yang berasal dari bahasa tersebut).
    Dalam buku Tata Istilah Indonesia (1978) dijelaskan bahwa ada dua dasar umum yang perlu diperhatikan dalam pembentukan istilah dari bahasa asing: Apabila perlu diambil dari bahasa asing, sumber utama bahasa yang digunakan untuk istilah adalah bahasa Inggris. Pertimbangannya, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa antarbangsa yang diakui dan digunakan oleh Perserikatan Bangsa‑Bangsa. Selain itu, sebagian buku dan bahan lain yang berpaut dengan keilmuan yang beredar di Indonesia tertulis dalam bahasa Inggris. Hal ini diperkuat pula dengan kenyataan bahwa bahasa Belanda, yang selama tiga abad dipergunakan di Indonesia, sudah hampir tidak dikenal dengan baik oleh angkatan muda. Mereka lebih banyak mengenal dan mempergunakan buku dan bahan lainnya yang ditulis dalam bahasa Inggris. Apabila istilah asing yang diperlukan tidak dapat diganti dengan kata‑kata yang terdapat di dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah, istilah tersebut diindonesiakan dengan memperhatikan bentuk visualnya (tulisan), bukan ucapannya. Hal ini didasarkan pada masuknya istilah tersebut sebagai bagian ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Indonesia umumnya melalui tulisan., bukan melalui lisan.
    Pemunculan istilah baru dapat dilakukan dengan cara penerjemahan kata yang sepadan, boleh juga dengan penyesuaian. Misalnya, body language ‘bahasa tubuh’, sammenwerking atau joint venture ‘kerja sama’, balanced budget ‘anggaran berimbang’, newsletter ‘surat kabar’, begrotingspost ‘mata anggaran’, brother‑in‑law ‘ipar laki‑laki’, medication atau therapy ‘pengobatan’, network ‘jaringan’, softdrink ‘minuman dingin’, public audit ‘audit publik’, go public ‘bursa saham’, people power ‘kekuatan massa’, clean and clear  ‘klinenklir’, ‘bersih dan jelas’, ‘cekas’ (Sunda), cross check ‘periksa silang’, main operation ‘operasi utama’, life time ‘daya hidup’, fifty‑fifty ‘paroan’, trend ‘cenderung’, over acting ‘banyak tingkah’, performance ‘tampilan’, scientific investigation ‘pencarian ilmiah’, medical record ‘catatan kesehatan’, anamnesia ‘riwayat penyakit’, memorandum of understanding (MOU) ‘nota kerja sama (NKS)’, achievment ‘perolehan’, long march ‘jalan-kaki jauh’, stakeholder ‘peterlibat’, dubbing ‘sulih suara’, emergency ‘gawat darurat’, slaiding tackle ‘ledot’ (Sunda), delegation of authority ‘pendelegasian kewenangan’, all‑in ‘habis‑habisan’, appearance fee ‘fi apieren’, bayaran tampil’, fault start ‘lasut’ (Sunda), ‘gagal mula/gagal star’, shareholder ‘penyaham’, bookkeeper ‘pembuku’, sharing ‘bagi-hasil’,  fashion ‘fesyen’, hook ‘kewong’ (Sunda), clearing house ‘penentuan/penerimaan akhir’, ‘kliringhaus’, open house ‘temu wicara’, continue ‘sinambung’, ‘mayeng’ (Sunda), creative ‘kreatif’, ‘motekar’, ‘mones’, creativity ‘kreativitas’, ‘kemotekaran’, ‘kemonesan’.
    Berdasarkan contoh-contoh di atas, Anda takusah ragu lagi menciptakan kata atau istilah, baik melalui bahasa daerah maupun melalui terjemahan atau juga melalui penyesuaian. Dalam menyesuaikan kata dari bahasa Inggris, Anda takperlu takut dicap kampungan atau takbisa berbahasa Inggris. Contoh penyesuaian yang betul servis, star, finis, fesyen, fi, ekstensi, eksebisi, kolaborasi, solat, zakat, azan, wudu, fotokopi, koalisi. Lebih Indonesiawi kalau yang kita pilih sesuai dengan lidah kita seperti serpis, pinis, pesen, pi, jakat, jaman,telepon, henpon, rido, paham, dan pikir.
Tentu saja itu sekadar contoh.***

1. Idiom
Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru di mana tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Berikut ini adalah beberapa contoh idiom dengan artinya :

- cuci mata = cari hiburan dengan melihat sesuatu yang indah
- kambing hitam = orang yang menjadi pelimpahan suatu kesalahan yang tidak dilakukannya
- jago merah = api dalam kebakaran
- kupu-kupu malam = wanita penghibur atau pelacur komersial
- ringan tangan = kasar atau suka melakukan tindak kekerasan
- hidung belang = pria yang merupakan pelanggan psk atau pekerja seks komersil

2. Peribahasa
Peri bahasa adalah suatu kiasan bahasa yang berupa kalimat atau kelompok kata yang bersifat padat, ringkas dan berisi tentang norma, nilai, nasihat, perbandingan, perumpamaan, prinsip dan aturan tingkah laku. Berikut ini adalah beberapa contoh peribahasa dengan artinya :

- Di mana bumi dipijak di sana langit di junjung
artinya : jika kita pergi ke tempat lain kita harus menyesuaikan, menghormati dan toleransi dengan budaya setempat.
- Tiada rotan akar pun jadi
artinya : tidak ada yang bagus pun yang jelek juga tidak apa-apa.
- Buah yang manis biasanya berulat
artinya : kata-kata yang manis biasanya dapat menyesatkan atau menjerumuskan.
- Tak ada gading yang tak akan retak
artinya : Tidak ada satu pun yang sempurna, semua pasti akan ada saja cacatnya

Frasa atau frase adalah sebuah istilah linguistik. Lebih tepatnya, frase merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frase adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frase tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frase dari klausa dan kalimat. Simak beberapa contoh frase di bawah ini:

*       ayam hitam saya
*       ayam hitam
*       ayam saya
*       rumah besar itu
*       rumah besar putih itu
*       rumah besar di atas puncak gunung itu

Dalam konstruksi frase-frase di atas, tidak ada predikat. Lihat perbedaannya dibandingkan dengan beberapa klausa di bawah ini:


*       ayam saya hitam
*       rumah itu besar
*       rumah besar itu putih
*       rumah putih itu besar
*       rumah besar itu di atas puncak gunung
Dalam konstruksi-konstruksi klausa di atas, hitam, besar, putih, besar, dan di atas puncak gunung adalah predikat.

[sunting] FRASE DAN KATA MAJEMUK

Frase kerap dibedakan dengan kata majemuk. Makna frase tidak berbeda dengan makna kata yang menjadi kepala/inti frase.
Misalnya:
Meja hitam tetaplah bermakna meja, tetapi ditambahkan pewatas sifat hitam. Meja kayu juga tetap meja, tetapi ditambahkan makna pewatas kayu.

Di sisi lain, kata majemuk memiliki makna yang sangat jauh berbeda dengan makna kata-kata yang menjadi unsur-unsurnya, sehingga kata majemuk kerap disebut memiliki makna idiomatis.
Misalnya:
Meja hijau dalam bahasa Indonesia lebih bermakna 'sidang atau pengadilan', bukan semata-mata meja yang berwarna hijau. Tangan besi lebih bermakna kepemimpinan yang keras alih-alih tangan yang terbuat dari besi.

Beberapa jenis frasa:
  1. ... adverbial
  2. ... adjektival
  3. ... apositif
  4. ... ekosentris
  5. ... endosentris
  6. ... nominal
  7. ... parataktis
  8. ... preposisional
  9. ... verbal


Tidak ada komentar: