Need 9 month to get his father's favourite singers signature
Hal yang bener-bener tidak aku sangka saat nonton film Terminal arahan
Steven Spielberg. Seseorang yang datang ke suatu negara asing hanya untuk
mendapatkan tanda tangan dari penyanyi jazz favorit ayahnya.
Aku mungkin tidak akan sejauh
itu, hal yang terkesan lucu bagiku, tapi, jambu, that’s makes me feel that I
have nothing to do to my pa. He is my pa, he should get what he wants from his
son. but….
Seorang anak cenderung memiliki
keseganan terhadap ayah. Akupun merasa demikian. Yang terbaik bagimu (jangan lupakan ayah)
bener-bener mengena padaku.
Dia seakan un reachable, gak tahu kenapa auranya seakan membuatku terdiam.
Kadang aku marah pada dia, aku bener-bener tidak suka dia, tapi pada saat tertentu
aku terkenang dia, that’s makes me feel apa yah?
Bapak adalah sebuah sosok, yang baik secara sadar atau tidak sadar, suka
maupun tidak suka telah membentuk karakterku, kadang karakter yang tidak aku sukai
dari bapak, muncul pada diriku dan menjadi ciri yang aku suka dan secara tidak
sadar ciri tersebut sebenarnya merupakan ciri yang pernah aku tidak suka.
Bapak memang membuat kepalaku
tegak. Dia yang mengajari aku tentang harga diri seorang laku-laki. Dia yang
mengajakku berjalan akan hakekat kekuatan rohani.
Lelaki dengan lelaki, kadang saat itu aku merasa bangga. Anak laki-laki
ingusan yang belum mampu berjalan, hal tersebut yang juga kadang membuatku jengah.
Bapak memang tidak membasuhku dikala aku sedang sendiri dalam gelap, bapak
memang bukan melindungi aku dikala aku temaram, tapi bapaklah yang menuntunku
untuk berani menatap matahari dan bulan yang tersamar.
Aku yang akan dimarahi bapakku ketika saudaraku berubah, aku yang akan ditanya
bapakku ketika ibu merasa tidak nyaman, tapi juga bapakku yang memberikan
kebebasan kepadaku untuk berkarya dengan tanggung jawab yang dia panggulkan.
Bapak memang tegas, bapak memang terkadang bersikap cuek, dan bapak memang
seakan tidak melihatku. Tapi bapak menghormati aku ketika aku sudah
berkeputusan. Aku tidak pernah dipaksa untuk melakukan sesuatu jikalau bukan
untuk hal yang urgen.
Aku jadi tersenyum sendiri dan tertawa sendiri. Malah juga menangis dan
melamun sendiri jikalau aku ingat masa
kecilku. Bagaimana aku diangkat dan dibanggakan
sebagai anaknya. Bagaimana aku dibela ketika ada yang menyentilku.
Bagaimana dia mengajariku berbagai hal dalam kehidupan ini.
Jaman telah berubah. Dan aku masih saja terdiam seperti tanpa memiliki
beban untuk memberikan yang terbaik kepada bapak. Dia memang tidak butuh itu.
Dia hanya senang jika melihat anaknya sudah bisa berdiri dengan kakinya. Aku
malu dengan itu. Aku masih belum bisa apa-apa.
Dia memang tidak butuh uangku, dia memang tidak butuh barangku. Yang dia
butuhkan hanya kehadiranku. Itu sudah
cukup. Dia bisa hidup dengan uangnya, dia hanya butuh untuk dilihat anaknya.
Malah hal yang sampai sekarang kadang tidak aku pahami, bapak masih saja selalu
menanyakan keuanganku, padahal aku sudah mampu untuk hidup sendiri. Hal yang
tidak pernah aku tanyakan mengapa dia menanyakan hal tersebut.
Membuatnya tertawa dan tenang sudah membuat hatiku tenang. Saat ini aku
masih diantar beliau sendiri jika aku berangkat ke jakarta, padahal aku hanya
ingin adikku saja yang mengantar, but… tetap saja bapakku yang akan mengantarnya
sendiri. Aku serasa malu, tapi juga merasa bangga, bapakku masih mengantar aku,
dan itu merupakan penghargaan bagiku yang entah sampai kapan aku kenang.
Aku tidak tahu apakah anakku besok akan merasakan kehangatan (seperti itu) seperti yang aku rasakan. Thank’s a lot Dad, you give the listen
that I ever had and I will never payback
forever. And im sorry if I always make your hearth broken because of my silly
attitude.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar