Mengenal
Gua Selarong
Pangeran Diponegoro pindah ke Gua Selarong
setelah rumahnya di Tegalrejo diserang dan dibakar habis oleh Belanda. Gua
Selarong berlokasi sekitar 14 km arah utara Yogyakarta tepatnya di kecamatan
Pajangan dan berada di puncak bukit yang ditumbuhi banyak pohon jambu biji yang
merupakan khas dari objek tersebut
Gua Selarong dikenal sebagai tempat
persembunyian Pangeran Diponegoro dalam menghadapi belanda. Tempat dimana
Belanda tidak dapat mengepung Pangeran Diponegor. Tempat dimana simbol
perjuangan terhadap Belanda berkobar disitu.
Gua Selarong berlokasi sekitar 14 km
arah utara Yogyakarta tepatnya di kecamatan Pajangan dan berada di puncak bukit
yang ditumbuhi banyak pohon jambu biji yang merupakan khas dari objek tersebut.
Kawasan objek wisata ini memiliki pemandangan alam yang indah serta cocok untuk
digunakan sebagai Bumi Perkemahan (Camping Ground).
Di masa lampau gua ini digunakan
sebagai markas gerilya Pangeran Diponegoro dalam perjuangannya melawan
penjajahan Belanda pada tahun 1825–1830. Gua
tersebut terdiri atas dua buah terletak di Pegunungan Selarong. Satu buah
digunakan tempat peristirahatan Pangeran
Diponegoro, sedangkan satunya lagi untuk istrinya,Retnoningsih (gua putri)
Peningalan-peninggalan P. Diponegoro
banyak dijumpai disekitar gua ini seperti Bekas
Musala (tempat Shalat) dan kolam tempat wudlu Pangeran Diponegoro, batu umpak masjid sebagai tempat
huah, disamping beberapa batu berbentuk Yoni,watu gedongan dan watu Gedog.
Tak jauh dari batu umpak tersebut terdapat sendang (Kolam) berukuran 1x2x1 meter yang masyarakat setempat meyakininya sebagai tempat untuk bersuci, mandi dan wudlu Pangeran Diponegoro semasa melawan Belanda. Disamping itu juga terdapat mata air abadi yang pancoran airnya sangat deras dan jernih.
Sementara itu disekitar 400 meter dari Gua Selarong juga terdapat Watu Gedogan atau bekas tempat makan kuda tunggangan P.Diponegoro yang berbentuk batu hitam ukuran 100x75 cm tinggi 40 cm. Di tempat itu juga terdapat Watu (batu) Gedug yang juga digunakan P.Diponegoro untuk memanggil prajuritnya dengan cara " menggeduk-gedukkan" tungkai kakinya di atas batu tersebut.
Tak jauh dari batu umpak tersebut terdapat sendang (Kolam) berukuran 1x2x1 meter yang masyarakat setempat meyakininya sebagai tempat untuk bersuci, mandi dan wudlu Pangeran Diponegoro semasa melawan Belanda. Disamping itu juga terdapat mata air abadi yang pancoran airnya sangat deras dan jernih.
Sementara itu disekitar 400 meter dari Gua Selarong juga terdapat Watu Gedogan atau bekas tempat makan kuda tunggangan P.Diponegoro yang berbentuk batu hitam ukuran 100x75 cm tinggi 40 cm. Di tempat itu juga terdapat Watu (batu) Gedug yang juga digunakan P.Diponegoro untuk memanggil prajuritnya dengan cara " menggeduk-gedukkan" tungkai kakinya di atas batu tersebut.
Pangeran diponegoro
dan Selarong. Lamabang perjuangan yang menorehkan tinta merah bagi Indonesia.
Membutuhkan darah yang banyak bagi Belanda untuk membendung laju Pangeran
diponegoro. Kurun waktu lima tahun bukan waktu yang pendek dalam meredam
kekuatan itu. Snock perlu didatangkan untuk meluluhkan Pangeran Diponegoro.
Selarong memang menyimpan kekelaman bagi Belanda dalam kuartal 1825 sampai dengan
1830
Pangeran
Diponegoro pindah ke Gua Selarong setelah rumahnya di Tegalrejo diserang dan
dibakar habis oleh Belanda. Gua Selarong berlokasi sekitar 14 km arah utara
Yogyakarta tepatnya di kecamatan Pajangan dan berada di puncak bukit yang
ditumbuhi banyak pohon jambu biji yang merupakan khas dari objek tersebut.
Di
sekitar gua Selarong terdapat sentra kerajinan kayu yang menghasilkan patung,
topeng dan lain-lain. Pemerintah Kabupaten Bantul sedang mengembangkan kawasan
Gua selarong sebagai objek agrowisata dengan tanaman klengkengnya.
Sumber:
Berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar