Kematian itu Milik Semua Orang
Kematian itu milik semua
orang. Dan kematian itu datangnya tiba-tiba. Malaikat maut yang bertugas
mencabut nyawa itu tidak pernah ber-assalaamu’alaikum atau meimnta permisi pada
orang yang akan ia cabut nyawanya. Kita tidak tahu kapan ia datang, dan jika ia
datang pun kita tak bisa menolaknya. Mungkin sebelum kita selesai membaca
tulisan ini, kita sudah dicabut nyawa kita olehnya. Padahal jika kita mati,
babak baru hidup kita pun dimulai. Waktu hidup, kita bisa mempersiapkan diri
untuk hari kiamat, tapi jika sudah mati, kesempatan itu musnah sudah.
Ketika ‘Amr bin Abdu Qais menjelang wafat, ia menangis dan berkata, “Aku
menangis bukan karena takut mati, bukan pula karena ingin hidup senang di dunia, melainkan karena telah tiba pada
satu batas waktu di mana aku tidak bisa lagi beribadah di siang hari dan shalat
tahajud di malam hari.”
Sudah waktunya kita untuk segera beramal, jangan sampai kita menyesal.
Al-Hasan berkata, “Mengherankan. Orang masih sempat tertawa padahal di belakangnya
ada kobaran api (neraka), dan masih sempat-sempatnya bersenang-senang padahal
kematian dari belakangnya “
Ketika hampir wafat, Amir bin Abdullah menangis dan berkata, “Pada saat
kematian seperti ini seyogyanya orang-orang mau mengambil pelajaran agar dapat
beramal sholih. Ya Alloh, hamba mohon ampunanMu atas segala dosa hamba. Hamba
bertaubat dari segala dosa. Laa ilaaha illaLlaah.” Begitulah yang ia ucapkan
terus menerus hingga ia meninggal dunia.
Saat hampir wafat, Alla bin Ziyad menangis dan ia ditanya, “Apa yang
membuat Anda menangis?” Ia menjawab, “Demi Alloh, aku ingin menyambut maut
dengan tauba.” Orang-orang berkata, “Lakukanlah, semoga Alloh memberi rahmat
kepadamu. “Dia meminta untuk bersuci dan berpakaian baru, lalu ia menghadap
kiblat lalu memberi isyarat dengan kepalanya dua kali dan menelentangkan badan
kemudian meninggal dunia.
Mush’ab bercerita, “(Ketika sakit) Amir bin Abdullah bin Zubair bin Awwam
mendengar suara adzan lalu dengan langkah yang berat -karena sakit- meminta
untuk dituntun dengan berkata,” Peganglah tanganku,” Dia masuk masjid bersama
imam lalu ruku’ sekali, setelah itu ia meninggal dunia
Ibnu Qayyim menyebutkan dari salah seorang saudagar bahwa seseorang di
antara kerabatnya sebelum meninggal dunia ditalqin untuk mengucapkan kalimat
tauhid, Laa ilaaha illaLlaah. Namun ia justru mengucapkan, “Barang ini murah.
Barang pembelian itu bagus. Yang ini begini, yang itu begitu….” dan begitu
seterusnya hingga ia mati.
Beliau menyebutkan pula bahwa ada
seorang lelaki penggemar musik sedang dalam keadaan kritis lalu ditalqin agar
mengucapkan kalimat tauhid, Laa ilaaha illaLlaah. Tetapi ia justru
menyenandungkan lagu, “Naanana…naanana…” hingga ia mati.
Ibnu Rajab Al-Hambaly mengutip
ucapan Abdul Aziz bin Abu Rawwad sebagai berikut, “Aku pernah melihat seorang
lelaki yang dituntun untuk membaca kalimat syahadat menjelang ajalnya. Namun
tragisnya, kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya adalah kalimat yang
justru mengingkari kalimat syahadat, sehingga ia mati dalam keadaan seperti itu.
Ketika kutanyakan siapa dia sebenarnya,
ternyata dia adalah peminum minuman keras” Abdul-Aziz lalu berkata pada para
pelayat, “Takutlah kalian dari berbuat
dosa. Sebab dosa-dosa itulah yang mencampakkan dia seperti itu. “
Syaikh Al-Qahthany bercerita,
“Pernah aku memandikan mayat. Baru saja kumulai, mendadak warna kulit si mayat
berubah jadi hitam legam, padahal sebelumnya putih bersih. Dengan rasa takut
aku keluar dari tempat memandikan. Lalu aku bertemu dengan seorang laki-laki.
Aku bertanya,”Mayat itu milikmukah ?” Ia jawab, “Ya,” Aku bertanya lagi, “Apa
ia ayahmu?” Ia menjawab, “Ya.” Aku bertanya, “Kenapa ayahmu itu sampai begini?”
Ia menjawab, “Sewaktu hidupnya ia tidak sholat.” Maka aku katakan kepadanya, ”
Urusi sendiri ayahmu, dan mandikanlah ia !”
Ibnu Qayyim berkata, “Abu
Abdullah Muhammad bin Zubair Al-Haiany bercerita pada kami, bahwa suatu hari
selepas Ashar ia keluar rumah untuk berjalan-jalan di taman. Menjelang matahari
tergelincir, ia meratakan sebuah kuburan. Tiba-tiba ia melihat sebuah bola api
yang telah menjadi bara dan di tengahnya ada mayat. Dia usap-usap matanya
seraya bertanya pada dirinya, apakah hal ini mimpi atau kenyataan. Setelah
melihat dinding-dinding kota
Madinah, ia baru sadar bahwa hal ini suatu kenyataan.
Dengan rasa takut dan tubuh gemetar, ia pulang. Ketika keluarganya menyuguhi makanan, ia tidak
kuasa memakannya. Setelah cari info ke sana ke mari, akhirnya diperoleh jawaban
bahwa kuburan itu adalah kuburan penguasa yang zalim yang suka korupsi yang
kebetulan mati hari itu.”
Sufyan Ats-Tsaury sering menangis sendiri dan berkata, “Aku begitu takut
kalau dalam suratan takdir aku tercatat sebagai orang yang celaka. Atau imanku
lepas ketika akan menghadapi maut.”
Ketika ajal hampir menjemputnya, Ibrahim An-Nakha-i menangis seraya
berkata, ” Bagaimana aku tidak menangis pada saat aku menanti utusan Tuhanku,
apakah membawa berita bahwa aku ke sorga, ataukah ke neraka ?”
Ketika Abu ‘Athi’ah menjelang wafat, ia menangis dan ketakutan. Orang-orang bertanya, “Mengapa Anda
ketakutan?” Dia menjawab, “Bagaimana mungkin aku tidak takut pada detik-detik
seperti ini dan kemudian aku akan dibawa ke mana, aku tidak tahu. “Begitulah
kehidupan orang-orang saleh terdahulu. Walau pun sudah terkenal kesalehannya,
namun tetap saja mereka takut pada su-ul khotimah.
Dari Ali bin Abu Thalib radhiyAllohu ‘anhu dari Nabi shallAllohu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda, “Setiap diri yang telah dihembuskan nyawanya, maka
Alloh telah menentukan tempatnya di surga atau di neraka” Lalu ada seorang
shahabat yang bertanya, ” Ya Rasululloh, kalau begitu apakah tidak sebaiknya
kita pasrah pada apa yang telah ditentukan kepada kita dan kita tidak usah
beramal ?” Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Beramallah!
Masing-masing akan diberikan kemudahan trehadap apa yang telah diciptakan
untuknya. Adapun yang termasuk orang-orang yang bahagia, maka Alloh akan
memudahkannya melakukan amalan orang-orang yang bahagia. dan adapun yang
termasuk orang-orang yang celaka, maka Alloh akan memudahkannya melakukan amalan
orang-orang yang celaka. “Kemudian beliau membaca firman Alloh: “Adapun
orang-orang yang memberikan (hartanya pada jalan Alloh) dan bertaqwa, dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan
baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya
cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami kan menyiapkan
baginya (jalan) yang sukar [QS: Al-Lail: 5-10]” (HR: Al-Bukhary dan Muslim)
Ibnul Qayyim
al-Jawzi berkata: “Maut adalah kebangkitan dan tempat kembali (ma’ad) pertama.
Allah menciptakan dua tempat kembali dan dua kebangkitan bagi anak cucu Adam.
Dalam keduanya Allah membalas orang jahat dengan kejahatan yang setimpal dan
membalas orang baik dengan kebaikan yang lebih besar.”
sabda Muhammad Rasulullah SAW, “Kalian diciptakan untuk keabadian, bukan
untuk mengalami kemusnahan. Kematian sesungguhnya adalah perpindahan dari satu
rumah ke rumah yang lain.” Yakni, dari rumah dunia ke rumah akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar