Margaretha Geertruida Zelle
“Kamu bangsat, Indonesia dan Belanda sama saja,
kalian hanya hendak mempergunakan aku untuk maksud-maksud kalian sendiri.” Dan
tanpa disadarinya tangannya melayang,menempeleng muka si Belanda. ( Bromocorah,
Mochtar Lubis)
Matahari, kisah yang fenomenal
pada masa itu. Simbol kegairahan yang sampai sekarang seakan tidak terputus
untuk diceritakan. Di daratan Hindia Belanda, siapa yang tidak mengenal
Matahari (kalangan menengah keatas). Pentas yang tidak atau terhitung jarang
sepi pengunjung. Kebanyakan laki-laki,. Dengan berbagai bentuk dan ciri tarian
erotis, membuat gendang erotisnya semakin ditungg-tunggu. Dari gerak tarian
jawa , dansa, sampai semi striptis disajikan dalm satu panggung. Dalam
kisah-kisah masa lampau, untuk bernafas dan berkedip saja sayang, karena tiap
rajutan detik begitu berharga untuk dilewatkan. Maklum saja, Matahari ini
menjadi musuh bagi istri meneer atau istri pamong praja kala itu.
Lahir di Belanda, dengan orang tua asli Belanda. Nama asli Matahari adalah
Margaretha Geertruida Zelle. Asli Belanda, kelahiran 7 Agustus 1876 di Leewarden, kota peternakan di
Belanda. Ayahnya berdarah yahudi bernama Adam Zelle, pengusaha di Leeuwarden.
Ibunya Antje Van Der Meulen, Belanda totok. Ketika umur masih anak-anak. Ayahnya
meninggalkan keluarga itu, katanya tergaet dengan wanita lain, entahlah, itu
kabarnya. Margaretha terjerembab dalam kehidupan yang sulit, kesulitan dalam
batinnya pun bertambah ketika ibunya menikah lagi.
Kehidupan remajanya diisi dengan penghidupannya dalam mencari sesuap nasi. Kehidupannya yang ingin lebih mapan dan lebih
baik mempertemukan dia pada sesorang tentara yang bertugas ke Hindia Belanda
yang berada dalam naungan VOC. Pada masa itu, menjadi istri dari tentara Hindia
Belanda menjadi idaman banyak wanita ( di Indonesia, dibeberapa daerah, menjadi
istri anggota ABRI atau Polisi juga masih merupakan kebanggaan, apalagi pada
masa dahulu). Menikahlah mereka. Suaminya bernama Rudolph Macleod. Jarak umur
diantara keduanya terpaut jauh, hal inilah yang membuat pergerakan pernikahan
mereka mengalami pergolakan.
Kegemaran Margaretha terhadap seni dan keberaniannya dalam mengeksplorasi
dirinya dalam kekuatan seni-seni ditanah jawa. Hal berakibat pada perubahan
sudut pandang Margaretha terhadap kehidupan, dan pergolakan kehidupan politik
di tanah jawa. Ketekunannya mengasah seni membuat Margaretha mengenal
kalangan-kalangan jawa yang ”memberontak” kepada VOC. Pergulatan, percintaan,
dan diskusi menghantarkan Margaretha pada pengenalan konsep spionase pada masa
itu.
Pemberontakan dikawasan-kawasan Jawa Timur sering berhasil dengan baik.
Membuat pihak VOC berpikir keras. Yah...
Margaretha Geertruida Zelle mengubah namanya menjadi Matahari. Nama yang diambil dari bahasa Indonesia. Nama yang
membumbungkan dirinya menjadi tokoh wanita spionase perempuan yang dikenal
dunia. Tercatat tiga negara telah menjadi operasi targetnya, yakni Indonesia
(Hindia Belanda), Belanda, dan Jerman. Hal yang menakjubkan dalam hal dia
berspionase adalah simpati, kemudian menjadi kebutuhan. Meskipun hukuman mati
telah membunuhnya, catatan sejarah Matahari sebagai tokoh spionase wanita
pertama tetap tergurat.
Kesenangan dan petualangan yang dia dapatkan dalam pergerakan Matahari
menggelitik saya kepada diri Kartini. Kartini yang memiliki jiwa bergerak,
meskipun lewat catatan goresan tinta membuat dia menjadi percakapan dunia.
Hanya saja Kartini masih tunduk pada aturan jawa dan agama. Kita ingat Kartini
bermain-main pada kekuatan pencerdasan, pelarian itulah yang membawanya pada
kekuatannya untuk tetap bertahan hidup. Matahari?, bodo amat...................Let
the water flow.
Pekerjaan yang paling rendah sekalipun, jika saja dapat melindungi aku dari
perkawinan dan membuat aku merdeka, akan kuterima dengan senang hati. (Surat
Kartini kepada Stella, 6 Nopember 1899)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar