Istiqomah dalam Diri
Imam Nawawi berkata: “Para
ulama berkata: “Makna istiqomah adalah: Terus menerus dalam ketaatan kepada
Allah (lihat Riyadhus Shalihin). Ibnul Qayyim mengatakan: “AI istiqomah adalah
beribadah kepada Allah dengan hakikat kejujuran dan memenuhi semua janji.”
(Madarijus Salikin 2/105). Abu Bakar mengatakan ketika beliau ditanya tentang
istiqomah: “Kamu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun”. Umar bin
Khattab mengatakan: “Istiqomah adalah kekokohan dalam melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan dan tidak menengok (ke kanan dan ke kin) bagaikan srigala.”
Utsman berkata: “Mereka istiqomah, artinya mengikhlaskan din untuk Allah.” Ali
berkata: “Menunaikan kewajiban-kewajiban.” (Madarijus Salikin 2/104) Ibnul
Qoyyim mengatakan: “Perumpamaan istiqomah terhadap kondisi dan keadaan sekarang
bagaikan ruh dengan jasad. Sebagaimana badan apabila terlepas dari ruh akan
menjadi bangkai, begitu juga keadaan sekarang apabila terlepas dari istiqomah
akan menjadi rusak.” (lihat Madarijus Salikin 2/106)
Istiqomah
berasal dari kata istaqoma, yang merupakan kata bentukan dari qooma. Qooma
artinya berdiri, aqooma berarti mendirikan, sedangkan istaqoma berarti upaya
terus menerus untuk mendirikan. Ada tingkatan yang terasa menaik dari qooma ke
istaqoma. Apabila kita baru mulai melakukan sholat, itu masih dalam tataran
qooma. Apabila kemudian kita melakukan usaha untuk melaksanakan, membantu pihak
lain sholat, atau membenarkan sholat kita , maka itu berarti aqooma. Namun
apabila timbul kelemahan pada diri, mebuat diri lemah terhadap sholat,maka kita
tidak beristiqomah.
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
Rabb kami ialah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (QS. 46:13).
“Maka
tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan. “ ( QS. Huud : 112 ).
Kualitas
iman ditentukan oleh amal kita. Kualitas amal perbuatan ditentukan oleh niat
dan eksekusi ketika amal dilaksanakan. Kualitas amal seseorang sebenarnya
ditentukan oleh niat dan efek dari amal yang diberikan tersebut. Apabila
seseorang rajin melakukan ibadah. Khusyu bersujud kepada Allah. Seseorang itu
bagus dalam Habluminallah. Tetapi ternyata seseorang tersebut ternyata kurang
bekerja baik, ceroboh, malas, penuh pamrih dalam bekerja, hablumminanas orang
tersebut belum teruji. Dengan demikian amal yang dikerjakan belum pada taraf
yang sesuai.
Ketika
Rasulullah Saw mengalami penderitaan dan cobaan yang paling sulit dalam hidup
beliau, yakni setelah wafatnya Siti Khadijah, isterinya dan pamannya, Abu
Thalib, maka turunlah ayat yang menekankan kepada beliau dan umatnya untuk istiqomah
atau memiliki pendirian yang kuat dalam menyebarkan islam. Istiqomah ini
merupakan salah satu bentuk sifat yang
penting dalam pergerakan dan pemurnian islam. Dengan istiqomah, seorang muslim akan
terus maju menegakkan islam tanpa terhalang oleh perasaan apapun.
Ketika
Rasulullah saw dengan para sahabatnya, bahkan nabi-nabi sebelumnya berjuang
atas perintah Allah, mereka mereka menghadapi berbagai macam cobaan. Memang
para Nabi adalah manusia pilihan Allah. Istiqomah dalam diri mereka memang
sudah tertanam dalam. Apapun yang terjadi, penegakan untuk menegakkan Islam
tetap mereka jalanka, meskipun nyawa taruhannya. Allah SWT berfirman yang
artinya : “Maka boleh jadi kamu hendak
meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya
dadamu, karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan : “mengapa tidak
diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan) atau datang bersama-sama dengan
dia seorang malaikat ?”. Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan
dan Allah pemelihara segala sesuatu” (QS. 11 : 12)
Kokohkan dirimu!! Berpeganglah dengan Al Qur’an
dan As Sunnah beramallah dengan apa yang telah kamu ketahui sampai Allah memberkahi
ilmumu, amalanmu, umurmu, ucapanmu, dan perbuatan-perbuatanmu. Imam Syafi’i
mengatakan:
Aku mengeluh kepada Waqi’ tentang jeleknya
hafalanku
Maka beliau membimbingku untuk meninggalkan
Maksiat-maksiat
Beliau berkata: “Ketahuilah bahwa ilmu itu adalah
cahaya
Dan cahaya ilmu tidak akan diberikan kepada pelaku
kemaksiatan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar