Kamis, 05 Januari 2017

Wedding Organizer Saat Ini



Wedding Organizer Saat Ini
Mau model apa? Tradisional? Modern? Campuran? Ribet? Atau yang simple?. Uangnya ada berapa? Udah bisa lah membuat acara nikah. Pusing? Stress? Kan ada WO. Gitu aja kok repot.
Saat ini kehidupan berasa semakin keras dikota-kota se Indonesia. Kalo bicara Jakarta, Medan, atau Surabaya, sudahlah….itu sudah merupakan kiblat kota di Indonesia. Saat ini kota besar memang menyita waktu kita. Sudah menjadi hal biasa apabila sosialita saat ini memilih dan melakukan hal yang simple. Kehadiran wedding planner atau wedding organizer (WO), menjadi sasaran utama orang-orang di perkotaan. WO juga disediakan oleh pihak hotel atau gedung –gedung pertemuan. Kita sadar, menggunakan WO pasti menambah budget. Penambahan budget ini dimaklumi dengan konsekuensi kita lebih tidak berpikir perihal “perinthilan” acara pernikahan. Kita cukup focus pada acara saja. Yah paling baju nikah aja.
Film The Wedding Planner merupakan gambaran bagaimana kita akan mengetahui konsep dan langkah perusahaan tersebut.WO saat ini merebak baik kota besar maupun kota kecil. Dalam Film Wedding Planner itulah kita akan mengerti seluk beluk secara kasar proses persiapan pernikahan.
Film Wedding Planner dibuka dengan ayah mempelai wanita yang sedang melakukan sambutan kepada undangan. Kata sambutan yang manis dan tersusun keluar dari mulut bapak tersebut. Ternyata, sambutan pria tersebut merupakan lypsinc melalui earphone yang dipandu oleh seorang wanita disuatu tempat. Wanita tersebut adalah si Wedding Planner. Bisa kita bayangkan, konsep WO sampai pada tahap bantuan untuk pidato. Kalo dipedesaan atau perkampungan, kita akan melihat WO-WO dari diri sendiri bekerja bersama-sama. Dari angkat kursi sampai masak untuk hidangan. Tetangga adalah pekerja dari otak WO. Otak WO biasanya ibu mempelai wanita.kita akan sangat maklum apabila dua jam sebelum acara sang ibu masih berantakan dandanannya. Acara untuk pembagian tugas kalo disolo akan disebut Kumbokarnan. Pembagian tugas pada acara tersebut dilakukan, mulai dari kepala adat atau yang dituakan dikampung atau keluarga sebagai pemberi pidato sambutan, saudara dekat menjadi penerima tamu dan para tetangga membantu menjadi tukang masak, memasang terpal atau tenda untuk tempat tamu, menyewa atau meminjam perabotan, para anak muda kampong atau karabng taruna atau remaja masjid kebagian jadi sinoman atau pengantar minuman dan makanan untuk tamu. Wo tradisonal memang terasa kekeluargaan dan begitu dekat. Kita akan menyadari arti penting saudara dan tetangga.

konsep WO meniadakan itu semua. Tetangga dan saudara tinggal duduk manis menikmati acara. Para tetua cukup ada didepan manggut-manggut sampai akhir acara untuk foto bersama,done. Untuk budget, ada rate harga yang sudah ditentukan oleh WO. Pelanggan juga diberi opsi mengenai sejauhmana keterlibatan WO dalam acara mereka.
Sikap terbuka antara pelanggan dan WO terkait pelaksanaan kegiatan dan anggaran. Konsep dan dana harus dibicarakan sampai dalam. Ketika kita saling terbuka dan berdiskusi, kita akan mengharapkan hasil yang kita harapkan terwujud

Tidak ada komentar: