Senin, 02 Januari 2017

Menjual Fantasi: Kisah Cinta Fiona



Menjual Fantasi: Kisah Cinta Fiona
Ingat Fiona?, ia adalah gadis cantik yang masih mengharapkan cinta kekasihnya. Fiona harus menghadapi hatinya yang ragu dan adanya orang ketiga. Pada tahun 2009, Kisah Fiona lumayan sering ditayangkan di layar televisi, kisah cinta yang dikemas dalam iklan mini produk Ponds, sebuah produk kecantikan dalam judul Flawless Beauty.
Kisah percintaan Fiona memang menarik bagi pihak adam maupun hawa. Romantisme kisah yang dibuat membuat kaum haswa melayang, sedangkan kecantikan Fiona memaksa si Adam senang melihat iklan Ponds tersebut. Cerita sengaja dipotong dan ditunda penayangan di episode berikutnya untuk memancing rasa ingin tahu dari pemirsa. Fiona yang nongol tiap hari di tv kala itu , akhirnya membuat bebrapa pemirsa mampu mengimajinasikan sendiri khayalan cinta sejatinya.  Iklan Ponds telah berhasil memberikan sebuah khayalan bagi penikmatnya si marketer akhirnya berhasil dengan selipan produk di iklan tersebut. Cinta sejati dalam balutan Ponds.
Dalam mencapai tujuan pemasaran, pemasar tidak lagi hanya mengandalkan paradigma decision-oriented approach. Dalam paradigma decision-oriented approach (menurut Roy Goni), konsumen dilihat sebagai pengolah informasi untuk membuat keputusan. Hal ini memiliki arti konsumen dipandang sebagai mahkluk rasional yang hanya memberikan keputusan berdasarkan pertimbangan rasional. Berpikir rasional artinya berpikir sistematis dengan mempertimbangkan pro dan kontra dari sebuah pilihan, dalam hal ini pilihan merk dalam suatu proses pembelian.
Memang paradigma tersebut masih tepat dan diperlukan, namun terdapat banyak hal yang masih luput diperhatikan, seperti fantasi dan mimpi.  Pengalaman hidup sehari-hari, baik pergaulan sosial, buku-buku, majalah, tontonan televisi, radio, telah memperkaya alam bawah sadar konsumen. Sehingga, tanpa disadari di dalam diri masing-masing konsumen terbentuk bermacam-macam fantasi, mimpi, dan harapan, baik yang sifatnya baru atau memperkuat yang sudah ada.
 Alam bawah sadar manusia seperti perekam tersembunyi yang merekam banyak informasi. Hasil rekaman tersebut tersimpan baik dan dapat dimunculkan sesuai dengan keadaannya. Alam bawah sadar kita  mampu menyimpan informasi secara tidak terbatas. Ketika informasi disampaikan secara berulang, rekaman otak akan semakin mudah untuk.
Iklan Ponds dibuat menarik dan ditayangkan berulang-ulang dengan bumbu to be continued menyasar pada alam bawah sadar kita. Patut untuk dicermati, model iklan tersebut seperti iklan rokok, tidak menonjolkan merk sebagai alat kosmetika Ponds mengambil porsi romantika, yakni kisah cinta, kisah yang tetap enak saja ditonton.  menumpang dalam sebuah fantasi yang lazim menjadi impian semua orang, yaitu fantasi kisah percintaan sejati dengan kekasih. Dalam iklan ini, produsen memancing konsumen untuk terlibat menjadi saksi dalam kisah percintaan Fiona. Selanjutnya kisah percintaan ini akan menjadi ilham dan inspirasi bagi konsumen, sekaligus konsumen dapat meniru cara Fiona untuk memenangkan cintanya, yaitu dengan menggunakan produk Ponds.
 Fantasi yang diciptakan oleh model iklan Ponds tersebut akan mempengaruhi diri konsumen baik secara rasional maupun irasional. Konsumen tidak akan langsung membeli, tapi radarnya akan tertanam dengan merk bernama Ponds. Ponds menjadi apa yang akan diinginkan (want), bukan membeli apa yang dibutuhkan (need). Membuat want sejajar atau melebihi need, menjadi jalan panjang Ponds.
Memunculkan want yang sejajar atau melebihi need merupakan acuan utama para marketer untuk melariskan suatu produknya. Atau bias jadi want menggantikan need, kekuatan inilah yang (bias jadi) diinginkan para marketer. Imajinasi yang ditampilkan mampu menguatkan imehj want menjadi lebih tajam.
Bentuk iklan yang elegant dan berkonsep juga menaikkan derajat Ponds. Positioning tersebut membuat para konsumen menginginkan keanggunan yang tergambar sesuai imajinasinya.
 Menciptakan fantasi-fantasi baru dan mengkaitkannya dengan merk perusahaan menjadi sangat penting bagi para marketer.  Fantasi itulah yang akan mempengaruhi trend bagi pengguna. Trend tersebut akan membuat marketer berhasil menanamkan imajinasi  menjadi lebih laku dipasar. Menurut Roy Goni, ada tiga fantasi yang fundamental di balik proses pengambilan keputusan konsumen untuk membeli suatu produk maupun jasa. Pertama, fantasi akan pengakuan sosial dan rasa bangga (self esteem). Produk-produk yang dapat memuaskan fantasi ini adalah seperti kosmetik, barang-barang mewah, kendaraan mewah, pakaian, dan barang lainnya. Kedua, fantasi akan kebebasan, suatu keinginan untuk dapat terbebas dari suatu keterbatasan, misalnya produk seperti walkman, ipod dan berbagai gadget mutakhir yang dapat memberikan kebebasan bagi pemakainya. Selain itu adalah jasa perbankan yang memberikan berbagai macam layanan akses yang memudahkan nasabah, tayangan televisi berbayar yang memberikan akses dunia lebih luas, dan lain sebagainya. Dan ketiga adalah fantasi akan idola yang dipuja. Setiap orang mendambakan role model dari seorang hero atau idol yang diidamkan, baik itu penyanyi, artis,atlet, ilmuwan, maupun tokoh politik. Pada tataran ini, bukan hanya industri musik, olahraga, perfilman yang dapat memanfaatkan fantasi tersebut, namun lebih lanjut industri seperti telekomunikasi juga dapat memanfaatkannya.
Fantasi yang dituturkan Roy tersebut layak untuk dijadikan acuan, bagian manakah bagi para marketer Ponds memposisikan bidikannya.
Setujukah anda?


Tidak ada komentar: