Jumat, 06 Januari 2017

Eksibisionisme Seseorang



Eksibisionisme Seseorang
Menurut Tri Hadi, Psikolog Klinis dari Rumah Hati mengatakan eksibisionisme adalah suatu kelainan seksual yang termasuk dalam kategori Paraphilia, yaitu objek pemenuhan kebutuhan seksual yang tidak lazim dan dianggap menyimpang. Penderita eksibisionisme atau disebut eksibisionis mendapatkan rangsangan seksual ketika melihat reaksi korban saat terkejut, takut, menjerit, teriak, atau lari. Di situ dia membayangkan wajah korban dan mulai masturbasi sampai mencapai orgasme. Sedangkan Wikipedia menyebutkan Ekshibisionisme adalah tindakan memamerkan atau mengekspos, dalam konteks publik atau semi-publik, bagian-bagian tubuh seseorang yang biasanya tertutup - misalnya, payudara, alat kelamin, atau bokong. Praktik ini mungkin timbul dari hasrat atau dorongan untuk mengekspos diri mereka sedemikian rupa kepada kelompok teman-teman, kenalan, atau orang asing untuk hiburan mereka, kepuasan seksual, atau untuk kesenangan berhasil mengejutkan pengamat yang tidak menduganya.
Eksibisionis dapat terjadi pada pria maupun wanita. Pada pria, penderita menemukan kepuasaan saat melihat perempuan menunjukkan ekspresi saat  melihat genitalnya. Pada wanita, penderita menemukan kepuasan melihat pria terangsang saat melihat alat kelamin, payudara atau pantatnya. Beberapa eksibisionis ditangkap atas kejahatan yang melibatkan kontak dengan korban. Eksibionis bermasturbasi ketika berfantasi atau ketika memamerkannya.
Eksibisionisme (exhibitionism atau sering disebut dengan istilah flashing) merupakan fantasi seksual secara terus-menerus melibatkan perilaku dimana individu memamerkan bagian genitalnya kepada orang asing yang tidak mau melihatnya. Perilaku tersebut bertujuan untuk mengejutkan, menakuti, dikagumi, atau menimbulkan rasa jijik pada orang yang menjadi sasaran.
Beberapa jenis perilaku dapat dimasukkan sebagai suatu bentuk eksibisionisme menurut wikipedia, di antaranya:
  • Anasirma: mengangkat rok ketika tidak mengenakan celana dalam, dengan tujuan untuk memamerkan alat kelamin.
  • Flashing: membuka secara sementara anggota tubuh yang biasanya tertutup. Pada perempuan misalnya memamerkan secara singkat payudara telanjang dengan gerakan mengangkat dan menurunkan pakaian dan/atau bra secara singkat. Atau juga memamerkan secara singkat alat kelamin laki-laki atau perempuan.
  • Martimaklia: Suatu jenis parafilia yang melibatkan ketertarikan seksual agar orang lain menonton tindakan seksual yang dilakukannya.
  • Mooning: mempertunjukan bokong telanjang dengan cara mendodorkan celana dan celana dalam. Perilaku ini cenderung menjadi berstandar ganda berbasis jender: jika dilakukan oleh laki-laki, perilaku ini lebih sering dianggap lelucon, humor, hinaan atau ejekan, dan tidak ada hubungannya dengan rangsangan seksual; sedangkan jika dilakukan oleh perempuan, hal kebalikannya terjadi, yaitu dianggap rangsangan seksual (atau sedikitnya perhatian seksual) kepada orang sasaran yang ditunjukan.
  • Streaking: aksi berlari telanjang bulat melintasi tempat umum. Tujuannya biasanya bukan bersifat seksual, tetapi nilai ketegangan dan "kejutan", dan dapat dilakukan laki-laki atau perempuan.
  • Kandaulisme: ketika seseorang menelanjangi pasangan seksualnya dengan cara yang eksplisit.
  • Reflektoporn: aksi menelanjangi diri sendiri dan mengambil gambar (foto atau video) dengan menggunakan permukaan memantul, seperti cermin, kemudian mengunggah gambar tersebut ke internet atau forum publik. Contoh perilaku ini termasuk "pantulan laki-laki atau perempuan telanjang yang terpantul pada permukaan ceret, televisi, pemanggang roti, dan bahkan pisau, sendok dan garpu". Contoh ini dimulai dengan tren yang melibatkan seorang pria menjual ceret dalam acara lelang di Australia, dan memamerkan foto ceret dengan pantulan tubuh telanjangnya pada permukaan ceret; contoh lainnya termasuk sebagai berikut, dan istilah spesifik "reflektoporn" pertama kali dipopulerkan oleh Chris Stevens di Internet Magazine.
  • Skatologia telepon - Beberapa peneliti mengklaim bahwa perilaku ini adalah varian eksibisionisme, meskipun tidak terdapat komponen interaksi fisik secara langsung.
Secara umum, menurut wikipedia terdapat dua kelompok utama eksibisionisme. Eksibisionisme yang tidak berbahaya, dan eksibisionisme yang berbahaya. Dalam karya ilmiah Forensik dan Aspek Medik-Legal atas Kejahatan Seksual dan Praktik Seksual yang Tidak Biasa (2009) mengklasifikasikan eksibisionisme sebagai berikut.
Kelas I: Eksibisionis berfantasi
Orang-orang ini berfantasi memamerkan alat kelamin mereka kepada orang-orang yang tidak curiga, tetapi terlalu takut untuk benar-benar melaksanakan fantasi itu. Mereka cenderung untuk tetap bahagia hanya dengan fantasi eksibisionis mereka. Beberapa dari mereka mungkin beralih ke eksibisionisme zoofilik untuk memenuhi fantasi mereka, karena tampaknya ini adalah kegiatan yang lebih aman.
Kelas II: Eksibisionis murni
Orang-orang ini puas dengan hanya memamerkan alat kelamin mereka dari kejauhan dan bermasturbasi. Mereka tidak menyentuh korban mereka atau benar-benar menyakiti mereka dengan cara apapun.
Kelas III: Eksibisionis kriminal
Pelanggar jenis ini adalak kelompok eksibisionis yang paling banyak. Mereka juga terlibat dalam kejahatan seksual lainnya, terutama pedofilia dan penganiayaan anak. Setelah menemukan seorang anak sebagai korban, perilaku seksual mereka mungkin dimulai dengan eksibisionisme, tetapi dapat berkembang menjadi kejahatan pelecehan seksual dan penganiayaan anak. Hal ini dianggap sangat berbahaya bagi masyarakat dan memerlukan perhatian lebih.
Kelas IV: Eksibisionis ekslusif
Pelaku ini tidak dapat membentuk hubungan romantis normal dengan orang dari kelompok preferensi jender mereka, dan tidak bisa melakukan hubungan seksual yang normal. Bagi mereka, eksibisionisme adalah satu-satunya saluran untuk kepuasan seksual. Penderita eksibisionis tersebut tampaknya tidak dilaporkan dalam literatur sejauh ini, tetapi berdasarkan teori kesetaraan parafilia, dapat diprediksi bahwa jenis seperti ini memang ada dalam masyarakat dan mereka akan dilaporkan suatu saat nanti. Perilaku, mereka terletak di ujung ekstrem dari kontinum parafilia karena mereka tidak dapat membentuk hubungan romantis normal dengan orang lain.

Dibawah ini adalah berbagai macam penanganan penderita eksibisionis menurut https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Eksibisionis:
  1. 1. Terapi Psikoanalisis
Pandangan psikoanalisis adalah gangguan itu timbul karena adanya gangguan karakter yang dahulu disebut gangguan kepribadian, sehingga sangat sulit untuk ditangani dengan keberhasilan yang cukup memadai.
  1. 2. Teknik Behavioral
Para terapis dari aliran behavioral mencoba untuk mengembangkan prosedur terapeutik untuk mengubah aspek seksual individu. Terapi aversif dilakukan dengan memberikan kejutan fisik saat seoseorang menunjukkan perilaku yang berkaitan dengan parafilia. Metode lain, disebut satiation yaitu seseorang diminta untuk bermasturbasi untuk waktu lama, sambil berfantasi dengan lantang. Kedua terapi tersebut, apabila digabungkan dengan terapi lain seperti pelatihan kemampuan sosial, dapat bermanfaat terhadap paedofilia, transvestisme, eksibisionisme, dan transvestisme (Brownell, Hayes, & barlow, 1977; Laws & Marshall, 1991). Cara lain yang dilakukan adalah orgasmic reorientation, yang bertujuan membuat pasien belajar untuk menjadi lebih terangsang pada stimulus seksual yang konvensional. Dalam prosedur ini pasien dihadapkan pada stimulus perangsang yang konvensional, sementara mereka memberi respon seksual terhadap rangsangan lain yang tidak konvensional. Terdapat pula teknik lain yang umum digunakan, seperti pelatihan social skills.
  1. 3. Penanganan Kognitif
Prosedur kognitif sering digunakan untuk mengubah pandangan yang terdistorsi pada individu dengan parafilia. Diberikan pula pelatihan empati agar individu memahami pengaruh perilaku mereka terhadap orang lain. Banyak program penanganan yang memberikan program pencegahan relapse, yang dibuat berdasarkan program rehabilitasi ketergantungan obat-obatan terlarang.
  1. 4. Penanganan Biologis
Intervensi biologis yang sempat banyak diberikan dua generasi yang lalu adalah dengan melakukan kastrasi atau pengangkatan testis. Baru-baru ini, penanganan biologis yang dilakukan melibatkan obat-obatan. Beberapa obat yang digunakan adalah medroxyprogesterone acetate (MPA) dan cyptoterone acetate. Kedua obat tersebut menurunkan tingkat testosteron pada laki-laki, untuk menghambat rangsangan seksual.
dalam kasus postingan di media sosial, harus dilihat apa motivasi mengunggah fotonya sendiri yang telanjang. Apakah orang tersebut mendapat kepuasan seksual setelah mengunggahnya atau apakah orang yang melihat foto tersebut akan merasa takut atau malah justru senang. Tidak semua orang yang mengunggah foto tersebut dapat disebut eksibisionis. Postingan tersebut termasuk fenomena sosial yang disebut narsisme (tahap parah). Apabila perempuan sengaja (seperti penari striptease), mereka tidak dikategorikan eksibisionis, karena motivasi tidak untuk mencapai kepuasan seksual.
Di beberapa negara perilaku eksibisionisme merupakan kriminalitas karena dianggap sebagai perilaku tidak menyenangkan atau bahkan dikategorikan sebagai tindakan pelecehan seksual. Pelaku eksibisionisme tidak pernah dan jarang sekali memamerkan bagian genitalnya dengan telanjang bulat sebelumnya, berbeda dengan pelaku pornografi, untuk memberi kesan bahwa paraphilia seperti yang ia lakukannya adalah lumrah terjadi dan nyata.

Tidak ada komentar: